Chapter 12

1.7K 208 9
                                    

Holla guys, i'm back!
Selamat membaca!

###

"Kak Rora udahan dong marahnya, mau sampai kapan diemin adek."

Canny terus saja mengekori kemanapun kaki Rora melangkah.

Mereka baru pulang dari sekolah, Rora memasuki rumah dengan wajah badmood-nya diikuti Canny yang terus saja merengek sambil bergelayut manja di lengannya.

Walaupun harus menahan beban tubuh Canny, Rora seolah tak merasa keberatan dan tetap berjalan dengan langkah tegas. Ia mengabaikan rengekan adiknya walaupun kupingnya sudah panas sejak tadi.

Canny sendiri masih tak ada tanda-tanda akan menyerah, ia terlihat tak ingin berhenti meskipun tak mendapatkan respon baik dari sang kakak.

Rora berbelok mengambil langkah ke arah dapur, ia berniat minum karena merasa tenggorokannya kering. Sementara Canny tetap menempel seperti cicak pada sang kakak.

Sesampainya di dapur, Rora mendapati ada empat kakaknya disana. Pritha, Asa, Ayona dan tentu saja Hara. Seperti diketahui keempat gadis itu pulang lebih awal hari ini.

Asa yang pertama kali melihat Canny merengek dan bergelayutan di lengan Rora dibuat heran melihat tingkah konyol adiknya itu.

"Kamu ngapain gelendotan gitu sih dek, kasian itu Rora-nya." bukan Asa yang bicara, melainkan Pritha.

"Kak Roraaa." bukannya menanggapi omongan Pritha, Canny malah terus memanggil nama kakak termudanya dengan nada rengekan yang semakin menjadi.

Bahkan sepertinya sebentar lagi si kecil pirang itu akan menangis mendengar dari nada suaranya. Bibir tipisnya juga sudah mulai melengkung ke bawah.

"Dia kenapa Ra? Prik banget dah." cibir Ayona geli melihat tingkah adik bungsunya.

"Eh dek, lo kira badan lo enteng apa main gelendotan begitu. Udah ah, kasian tuh si Rora mukanya udah tertekan gitu." Hara ikut menimpali sambil sedikit menoel tunuh sang adik.

Rora sendiri hanya melirik tak acuh menanggapi ucapan demi ucapan dari kakak-kakaknya, ia sedang malas bicara karena rasa kesal yang masih menggumpal di hatinya.

Sementara itu Asa yang tak suka bicara dan lebih mengutamakan tindakan memilih mendekati Canny dan mencoba menarik tubuh gadis itu untuk menjauhkannya dari Rora.

"Dek, sini sama kakak." ujar Asa lembut.

Asa menarik paksa tubuh Canny yang memberontak dan menolak melepaskan Rora.

"Dek..."

"Nooo, gak mau! Mau sama Kak Rora.. Kak ayo ngomong, jangan diemin adek terus." tangis yang sejak tadi ditahan Canny pada akhirnya pecah juga.

Ia meraung dan berteriak meminta agar Rora bicara padanya. Keempat kakaknya yang lain semakin heran melihat Canny menangis sehisteris itu.

Pasalnya Canny bukanlah orang yang mudah menangis, yang ada dia yang sering membuat kakak-kakaknya ingin menangis karena kelakuannya.

Terakhir kali Canny menangis adalah beberapa hari yang lalu saat ia berdebat dengan Asa.

"Rora ini ada apa sih?" tanya Pritha yang sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Situasi ini membuat Pritha bingung, apalagi sekarang posisinya hanya ada dirinya sebagai yang tertua di rumah itu.

Rora mendengus, sangat malas untuk bercerita. Tapi ia tau jika ia tetap diam itu pasti malah akan memancing kemarahan dari kakak-kakaknya.

"Tanya aja nih sama dia." Rora melirik tipis Canny yang masih menangis.

Daddy's Girl ; BabyMonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang