*Happy Reading*
•
•
•
•
Arkan Hardyantara, seorang dokter bedah umum berusia 32 tahun berlari menghampiri seorang gadis kecil yang tengah terduduk di lantai, berusaha mengeluarkan lendir berupa dahak yang tertahan di saluran pernapasan. Gadis kecil itu berusaha sekuat mungkin mengeluarkan dahak yang terus menyiksanya. Tidak peduli batuknya sudah diiringi darah yang keluar.Arkan segera berlutut, menghampiri gadis kecil itu, "biar saya saja Sus." Ujarnya mengambil alih gadis kecil itu dari seorang suster yang menemani sejak tadi.
Arkan memijat leher gadis kecilnya secara perlahan dengan gerakan melingkar dan menekannya lembut, "sudah, jangan dipaksakan Rain." Ujarnya menghentikan gadis itu dari batuk-batuknya, "sakit sekali." Lirihnya pelan, mata bulatnya sudah dipenuhi air mata.
"Sus tolong ambilkan tisu basah." Titah Arkan pada suster yang berdiri di dekat mereka, Suster itu segera menyerahkan tisu basah pada Arkan.
Dengan telaten Arkan membersihkan bibir mungil gadis kecil dihadapannya. "Lain kali batuknya jangan dipaksa Rain, jadi berdarah banyak banget sayang." Ujarnya memberi pengertian, setelah memastikan bibir gadis itu telah bersih, Arkan menggendongnya menuju brankar yang tidak jauh dari posisi mereka berlutut.
"Hujan." Lirihnya menunjuk hujan yang membasahi bumi sejak beberapa waktu lalu dari kaca jendela besar yang menghadap langsung kearah taman bermain di rumah sakit.
Arkan mengusap rambut gadis kecilnya, tersenyum lembut kearahnya, "Rain belum boleh mandi hujan ya sayang." Ujarnya memberi pengertian, paham maksud gadis itu menunjuk hujan.
"Kenapa begitu? Padahal namaku Rain, tapi aku sama sekali belum pernah menyentuh air hujan." Tanyanya polos, mata bulatnya yang lucu serta bibir dan hidung mungilnya membuat Arkan gemas. "Iya, karena Rain masih belum sembuh. Setelah Rain sembuh, baru boleh main hujan-hujanan." Arkan kembali mengusap rambut sebahu gadis itu, "Rain tidur lagi ya, nanti Papa datang pasti bawa mainan."
Gadis kecil itu menggeleng pelan, "tidak perlu, mainan Rain sudah banyak. Tapi tidak ada teman bermain." Ujarnya menunjuk dua box besar berisi mainan serta boneka-boneka yang terus diberikan oleh orang sekitarnya, tersusun rapi diujung ruangan.
"Bagaimana kalau Rain main sama Om saja?" Tawaran darinya membuat gadis kecil itu menggeleng pelan, "aku mau menunggu Kak Harsa saja." Lirih gadis kecil berusia 5 tahun itu, namanya Raina Liandra Evangeline Reign. Gadis penderita penyakit langka sejak balita, membuatnya harus menghabiskan seluruh masa kecilnya di ruangan rumah sakit yang menurutnya sangat membosankan, namun kehadiran seorang pemuda yang sering mengajaknya bermain mengubah warna kehidupannya yang semula gelap berubah menjadi berwarna. Laki-laki itu sering kali datang untuk mengajaknya bermain.
Seperti hari-hari biasanya, Rain selalu menunggu kedatangannya. Pemuda itu bilang namanya Harsa Dewangga, Raina sangat menyukai nama itu. Terdengar sangat keren menurutnya, tapi bukan hanya namanya, tapi sosoknya juga sama kerennya.
Ketukan pintu di kamar ruang rawat inapnya membuat keduanya menoleh, senyuman langsung terbingkai di bibir gadis kecil itu melihat seseorang yang sejak tadi ditunggunya, "Kak Harsa!!" Wajahnya yang sebelumnya pucat pasi, berubah menjadi sangat girang melihat kedatangan seorang Harsa Dewangga.
"Halo Raina..." sapanya dengan wajah yang sangat tampan menurut Raina, tapi siapapun yang melihat Harsa pasti sependapat dengannya. Wajahnya yang tampan dengan rahang tegas, hidungnya yang mancung, kelopak matanya yang besar, alisnya yang tebal serta bibirnya yang kecil mampu membuat setiap wanita takhluk dengan pesona pria berdarah campuran Amerika-Taiwan itu, tidak terkecuali gadis kecil seperti Raina. Ia mengagumi Harsa dari rambut hingga ujung kukunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unbreakable Love
Literatura FemininaIni tentang gadis penderita penyakit langka 'Cystic Fibrosis', Raina Liara Evangeline Reign. Hidupnya kebanyakan dihabiskan di dalam ruangan rumah sakit hingga ia tidak mengenal apapun tentang dunia luar. Ayahnya selalu berkata bahwa dirinya terlal...