*Happy Reading*
"How do I thank my mother for giving me the life she desperately wanted for herself."
•
•
•
•
Zoe menyadari suasana hati Raina memburuk setelah pergi bersama Harsa. Padahal gadis itu sangat bersemangat tadinya, Zoe memutuskan mengetuk kamar Raina yang dikunci dari dalam. Tidak seperti biasanya.
"Rain, buka pintunya! Ada yang ingin Papa bicarakan." Zoe memanggil sambil mengetuk pintu, namun tidak ada sahutan sama sekali hingga ia menunggu beberapa menit.
"Rain, buka pintunya atau Papa buka pintunya sendiri?" Ancaman darinya langsung berhasil, Raina segera membuka pintu. "Ada apa Pa? Rain habis cuci muka." Ujarnya sembari membasuh wajah dengan handuk kecil.
Selama Raina berada di kamar, ia menangis sejadi-jadinya. Namun panggilan Papanya membuatnya terpaksa menghentikan aktivitasnya lalu buru-buru mencuci wajah ke kamar mandi agar Papanya tidak perlu khawatir.
Sambil bersedekap, Zoe menatap anaknys dari atas kepala hingga ujung kaki. "Kenapa belum ganti baju? Daritadi cuma cuci muka?" Pertanyaan darinya membuat Raina blank, kepalanya tidak bisa diajak berpikir setelah dibawa menangis hingga kepalanya sakit sekali.
"Jangan bohong Rain, kamu kira Papa baru mengenal kamu? Kenapa sampai nangis begini? Bertengkar dengan Kak Harsa?" Zoe menangkup pipi Raina, jelas sekali dari matanya ia baru saja menangis.
"Rain nggak apa-apa kok Pa." Ujarnya memaksakan lengkungan senyum, ia tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya pada Papanya. Dirinya bisa habis jika beliau tau anak gadisnya baru saja bertingkah murahan.
Masih dengan gaya yang sama, Zoe memiringkan kepala demi menatap mata putrinya yang tertutup rambut, "kalau ada hal yang mengganjal, cerita sama Papa, Rain. Jangan dipendam sendirian. Papa will always be there for Rain, anytime. Okay?"
Raina merasakan matanya semakin memanas, air mata siap tumpah. Ia ingin menceritakan tentang perasaan pada Papanya namun ia terlalu takut Zoe akan marah dan tidak menyetujui perasaannya pada Harsa. Ayahnya dan Harsa hanya berbeda 19 tahun, apa yang akan orang lain pikirkan tentang itu.
Namun ia belum seberani itu mengungkapkan perasaannya terhadap Harsa pada ayahnya, Raina belum siap ayahnya akan melarang dirinya menemui Harsa lagi.
Hanya anggukan kepala yang bisa Raina berikan sebagai jawaban, gadis itu menunduk semakin dalam. "Sekarang Rain istirahat, jangan begadang ya?" Ujarnya sembari mengelus punggung Raina. Gadis itu kembali mengangguk dan memasuki kamar.
Tidak ada ciuman di pipi seperti kebiasaan rutin gadis itu sebelum tidur, Zoe menghela nafas, apakah putrinya tidak merasa dekat dengannya sampai enggan bercerita? Rasanya semakin ada jarak diantara mereka, padahal ia selalu mengupayakan yang terbaik bagi Raina.
***
Cahaya dari jendela kamar serta kicauan burung peliharaan Kakeknya mulai mengusik tidur Raina, ia akhirnya memilih membuka mata, rasa perih ia rasakan dikelopak matanya, efek air mata yang terus keluar sejak semalam. Raina menangis sampai tertidur.
Sialnya, ia sudah patah hati di usianya yang baru mencapai 15 tahun padahal luka yang ditorehkan Harsa tidak separah itu.
Masih mending pria itu tidak marah akan sikap tidak sopannya kemarin, Harsa masih sudi memberi pengertian dengan sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbreakable Love
Chick-LitIni tentang gadis penderita penyakit langka 'Cystic Fibrosis', Raina Liara Evangeline Reign. Hidupnya kebanyakan dihabiskan di dalam ruangan rumah sakit hingga ia tidak mengenal apapun tentang dunia luar. Ayahnya selalu berkata bahwa dirinya terlal...