"Del hari ini lo ya," sebuah kalimat singkat yang cukup jelas dan mudah dimengerti oleh Adel.
"Gw banget nih?"
"Iya, udah lama kan?"
"Iya sih udah lama. Cuma..." Zee mencengkram rahang Adel, wajahnya mendekat dengan mata yang tajam ke arah Adel.
"Cuma apa? Lo berani nolak gw?" Adel menggeleng dalam cengkraman itu. Zee tersenyum kemudian melepas cengkraman tangannya pada Adel.
"Gw tunggu jam 4 nanti," pamit Zee sambil merapikan dokumen dokumen yang ia bawa lalu keluar dari ruangan itu.
Zee merupakan boss yang sangat baik. Kinerjanya pun disukai oleh setiap pegawainya, Zee bukanlah bos pengekang dan tak memperlakukan pegawainya seperti budak, justru ia memperlakukannya layaknya teman. Tak heran banyak dari mereka betah dan bekerja dengan efektif dan efisien. Zee mengetahui rahasia itu semua dari Papanya. Bahkan kebiasaan memiliki slave di rumah pun dari Papanya.
Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya bukan?
Tapi sejauh ini tak ada yang tau. Atau mereka memang pura pura tidak tau akan hal itu? Yang jelas tak ada kebocoran apapun.
Zee berjalan ke ruangannya. Saat masuk, ia sudah melihat Marsha tengah duduk di mejanya. Bukan duduk di atas meja, tapi di kursinya ya....
"Kamu udah disini aja,"
"Udah selesai semua meetingnya,"
"Terus?"
"Aku akhirnya milih buat kesini deh. Nungguin kamu, abis dari mana lama banget?"
"Meeting sama anak anak aja. Terus ngobrol bentar sama Adel,"
"Ngobrol doang nih?"
"Hahaha. Iya ngobrol doang kok,"
Zee kemudian bertukar tempat dengan Marsha. Ia duduk di kursinya lalu Marsha duduk di pangkuannya. Saat sedang mode pacaran ini keduanya memang sangatlah romantis. Marsha tipikal yang sangat clingy, membuatnya selalu nempel dengan Zee. Zee sebenarnya tak bisa diperlakukan seperti itu, tapi karena Marsha terus memaksa akhirnya Zee takluk juga.
"Nanti sore aku mau main sama Adel,"
"Ikut,"
"No,"
"Hufttt..."
"Kamu main aja sama Chika,"
"Males ah. Ga seru kalo gaada kamu,"
"Kemaren giliran sama aku. Kamu malah milih mainin aku sama Chika,"
"Hehe, kemaren kan aku lagi sange sangenya sama ka Zii," Marsha mengecup bibir Zee.
"Mau main dulu gak?"
"Yuk~"
********
Zee pulang ke rumahnya dengan mobil Adel yang sudah terparkir disana. Ia tersenyum senang melihatnya walaupun ketika ia datang nanti. Adel akan mengeluh bahkan mungkin memukulnya karena ia telat.
Saat Zee masuk ke rumahnya, ia hanya melihat Shani yang sedang tertidur dalam posisi duduk di meja penerimaan tamu. Zee tak mempermasalahkan itu. Ia juga tak mau mengganggunya. Zee memilih naik ke kamarnya, mata Zee melihat Chika keluar dari ruangannya.
"Di dalem ada Adel,"
"Oke Chik,"
"Red Room udah aku bersihin. Maaf tadi udah pake buat mainin Ashel.. Aku ke bawah dulu," Chika pamit undur diri dari hadapan Zee setelah laporan singkat.
"Ah Ashel ya," Zee kemudian melangkah menuju kamarnya.
Saat membuka pintu, ia melihat Adel yang menatap tajam ke arahnya.
"Hehe,"
"Sekarang jam berapa?"
"Kelewat setengah jam doang Del, elah..."
"Hahh..."
"Lagian Marsha enak,"
"Si anjing malah main sama Marsha dulu,"
"Udah. Ayo buruan. Biar ga banyak bacot tu mulut lo. Kek berani berani aja lo sama gw,"
"Berani aja. Gw hajar sekarang juga bisa lo,"
"Sini hajar," Zee menyodorkan pipinya ke arah Adel tapi tentunya Adel tak meladeni Zee.
"Cemen, kalo kata Flora sih lo mental kerupuk,"
"Gw pengen sama Flora deh jadinya," tutur Adel.
"Yang ada gw suruh Flora siksa lu aja,"
"Gila lo. Dia penuh amarah ntar nyiksa gwnya,"
"Hahahaha,"
Adel dan Zee pun masuk ke dalam red room milik Zee. Zee kemudian menyuruh Adel untuk melepas semua pakaian yang ia kenakan. Lalu memintanya duduk di sebuah device yang sudah disiapkan disana.
Tbc
Lanjutannya ada di karyakarsa.com/Gq5555