******
Hahahaha
Jadi kalian penasaran dengan adikku ya? Baiklah. Sebagai awalan untuk kisahku kali ini, aku akan menceritakan sekaligus mempraktekan apa yang sering aku lakukan untuk adikku.Jadi kalian harus tau terlebih dahulu disini ada 3 tier di rumahku.
Asisten, aku mempunyai 4 asisten disini. Tugas mereka sama seperti asisten pada umumnya. Mereka membantuku dalam berbagai hal, entah itu perusahaanku atau soal napsuku. Berbeda dari slave lain, mereka berempat bisa menjadi domku.
Yang kedua, Bestie?
Aku sebenarnya aneh juga dengan sebutan ini mengingat orang mana yang menjadikan temannya slave? Tapi mereka sudah ku anggap temanku sendiri. Tak ada pengekangan yang kuat pada mereka asalkan mereka patuh dan tidak ember kemana mana. Karena jika aku tau mereka membocorkan hal itu kepada orang lain. Aku akan menarik orang yang mengetahui itu agar menjadi slave ku juga.Lalu terakhir.
Ada ultimate slave. Mereka semua terpenjara, berbeda dengan bestie yang bisa berkeliaran pergi kesana kemari dengan tenang. Untuk yang ini mereka memiliki ruangan khusus di rumahku. Rata rata dari mereka adalah orang orang membangkang pada aturan yang ku buat. Walau sudah sekeras apapun aku memperlakukan mereka tapi mereka tetap masa bodoh dan melawan.Tapi justru itu yang aku suka. Perlawanan sesungguhnya bukan hanya acting.
Dan ya.
Untuk kali ini kita akan berkenalan dengan salah satu bestie yaitu adikku sendiri, Angelina Christy Viltian. Aku sudah meneleponnya kemarin memberitahunya untuk datang hari ini.Aku berjalan ke arah balkon ketika melihat sebuah mobil datang ke halaman rumahku. Tak lama, keluar Christy dari kemudi. Kacamata hitam, baju croptop dipadu dengan kemeja putih tipis itu menjadi ciri khas adikku akhir akhir ini. Tubuhnya yang ramping membuat hasrat pamer tubuhnya itu semakin besar, kepercayaan diri sekaligus kebinalan yang ada di dirinya menjadi salah satu faktor lain.
Dia melirik ke arahku yang berada di atas sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah. Aku berjalan keluar ruangan, "Gracia tolong siapkan ruangan untuk Christy ya," ucapku pada Gracia yang berdiri di dekat pintu keluar.
Gracia segera mengangguk dan membungkuk, "Baik nyonya,"
Aku tersenyum kemudian berjalan cepat turun menjemput adikku. Saat kami bertemu, matanya menatapku dengan kesal. Aku pun memandangnya heran, "Kenapa? Gamau?"
"Aku ada janji sama pacarku. Jadi harus dibatalin,"
"Kan emang harusnya gitu. Kamu harus lebih nurut ke aku daripada siapapun,"
"Iya iya. Makanya kan aku juga udah batalin? Gausah memperkeruh suasana deh,"
Aku menatapnya, matanya begitu sayu. Ia memang masih bisa bersikap arogan jika disini tapi nanti aku akan membuat dia benar benar bertekuk lutut. Christy dan aku kemudian berjalan ke arah ruangan yang menjadi saksi dimana semua hal terjadi.