Tanpa sarapan dan pamit kepada kedua orang tuanya, Nazaya berangkat ke sekolah begitu saja. Di dalam kelas pun gadis itu hanya terdiam sembari menatap malas ke arah semua teman-teman sekelasnya.
"Lo sakit, Nay? Aura lo kelihatan suram banget deh hari ini," ucap seorang murid laki-laki bernama Zidni.
"Tauk tuh, dari pagi juga si Nazaya kelihatan kayak orang yang udah gak punya gairah hidup gitu," balas Marsha.
"Kamu baik-baik aja 'kan, Nay?" Aina menyentuh bahu gadis itu khawatir. Tak biasanya Nazaya bersikap seperti ini. Walaupun Aina kurang suka ketika Nazaya sedang full batery atau sedang aktif-aktifnya, Aina sekarang lebih tidak suka lagi jika Nazaya menjadi orang yang pendiam.
"Si Naya lagi galau kali gara-gara semalam Liverpool kalah," ucap lelaki berkulit sawo matang bernama Dimas.
"Wah iya, anjir, semalem Liverpool kalah. Lemes banget gue," sahut murid lain yang bernama Alfan.
"Sayang kita kemarin gak taruhan," ucap Zidni.
"Judi aja terus yang ada dipikiran lo," komentar Azka sang ketua murid yang memutuskan untuk bergabung dengan anak-anak kelasnya yang tengah mengerubungi bangku Nazaya.
"Ya abis mau mikirin ayang pun gue enggak punya, Az."
"Sad amat hidup lo, bro," ucap Alfan.
"Halah, kayak yang enggak jomblo aja lo, sempak biawak!" Ejek Marsha.
"Ya gimana kagak jomblo kalau perasaan gue lo tolak mulu, Sha."
"Lo bukan tipe gue, Fan."
"Ya udah, bilang sekarang tipe lo yang kayak gimana? Biar gue bisa memaksakan diri."
"Jangan, kata kakek gue sesuatu yang dipaksakan itu akan berakhir dengan tidak baik," ucap Danu si manusia paling kalem nan polos di kelas dua belas IPA-2 ini.
"Nah, denger tuh omongannya orang suci. Jadi lo jangan berharap banyak sama gue, Fan," ucap Marsha.
"Tapi gue kan----"
BRAK!
Nazaya tiba-tiba bangun dari posisi tengkurapnya. Membuat Zidni yang tengah bersandar pada punggung Nazaya pun seketika terjatuh ke samping.
"Kalian bisa gak sih gak usah berisik? Lagi galau ini gue ceritanya!" Bentak Nazaya.
"Galau sih galau, tapi gak usah sambil ngamuk-ngamuk juga kali," sahut Zidni yang langsung mendapat tatapan tajam dari Nazaya.
"Iya, makanya kalian kalau jadi teman itu yang pengertian dong!"
"Lo sendiri aja gak pernah cerita, gimana kita mau ngerti coba?" Ucap Dimas.
"Udah ah, jangan ada yang ganggu gue pokoknya hari ini. Gue mau bolos, bye!" Naya melangkah pergi ke luar kelas.
"Mau kemana, Nay? Hari ini ada ulangan kimia sama bahasa indonesia. Jangan bolos!" ucap Azka.
"OTAK GUE LAGI GAK BISA MIKIR SEKARANG. NANTI GUE IKUT ULANGAN SUSULAN AJA!" Balas Nazaya dari luar kelas.
"Keseringan main sama Barra kayaknya otak si Naya jadi kehilangan fungsi buat berpikir tuh," ucap Dimas.
"Eh, by the way mereka berdua beneran pacaran enggak sih?" Tanya Alfan.
"Kata siapa lo mereka pacaran?" Ucap Azka tak terima.
"Nebak aja. Habisan mereka berdua sering banget kelihatan barengan."
"Barra bukan tipenya Naya," pungkas Azka sok tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
El Barra (On Going)
Teen Fiction"Jika harus memilih antara napas dan cinta. Maka aku akan memilih napas terakhir untuk mengatakan, "aku cinta kamu."" "Gila! Gue cewek abang lo, Barra." Dua tahun berlalu dan Barra merasa jika perasaannya kepada Nazaya tumbuh semakin kuat. Barra mul...