Hari ini kelas dua belas IPA-2 tidak melangsungkan kegiatan belajar-mengajar karena pihak sekolah tengah melaksanakan rapat, dan beberapa murid lainnya pun diminta untuk menghadiri perkumpulan ekstra kurikuler masing-masing termasuk Aina dan Marsha. Sedangkan Nazaya, gadis itu malah asyik bermain ponsel karena dirinya tidak mengikuti ekstra kurikuler apapun.
Terlihat jari jemari lentik milik gadis itu mulai membuka aplikasi sosial media dengan logo kamera berwarna ungu untuk sekedar mengambil foto selfi dengan filter-filter bagus yang disediakan oleh aplikasi tersebut. Setelah puas berfoto, Nazaya pun berniat untuk mengunggahnya. Namun, jarinya yang tak terkontrol itu malah tak sengaja menggeser laman sebelumnya ke laman penelusuran.
"Baru di foto beberapa kali aja kok gue udah tremor begini ya?" Ucap Nazaya dengan niat ingin kembali ke laman awal. Namun, manik hazelnya lebih dulu melihat foto Jefri di akun milik seorang wanita dengan nama @anita.anastasyia
"Eh, eh, tunggu. Ini beneran Jefri 'kan? Kok dia bisa ada dipostingan cewek ini sih? Nyebelin banget," gerutu Nazaya seraya men-scrool semua postingan gadis itu.
"Apa si Anita Anastasyia ini selingkuhannya?
"Hidih, banyak banget foto cowok gue di sini, gila!"
"Kurang asem nih pelakor! Pantas aja si Jefri betah banget lama-lama tinggal di Seoul. Tahunya sama si ulat bulu in---"
"---nnalillahi wainnaillaihi rojiuun!" Nazaya memeki latah begitu sesuatu yang dingin menyentuh pipi bulatnya.
Suara tawa membahana terdengar dari lelaki yang paling ia benci. El Barra Adzani. Oknum itulah yang telah membuat Nazaya terlonjak kaget dan nyaris melemparkan ponsel mahal dengan logo apel tergigitnya itu ke lantai.
"Sialan ya lo, curut. Bikin gue jantungan aja deh!" Omel Nazaya seraya meninju perut rata Barra yang tepat berada disampingnya.
"Habisnya muka lo merah begitu kayak orang yang lagi kepanasan. Makanya gue inisiatif buat mendinginkan muka lo pake air ini." Barra mengangkat plastik es teh manis miliknya. Lalu menghisapnya melalui lubang sedotan.
"Mau gak?" Pemuda tersebut bertanya saat sedotan es teh itu baru saja keluar dari mulutnya.
"Gak mau bekasan."
"Ya gak apa-apa, biar secara enggak langsung lo bisa merasakan bibir gue lewat sedotan ini," kekeh Barra seraya mendudukkan dirinya disamping Nazaya.
"Hidih apaan? Males banget. Sorry ya, gue masih mampu timbang beli es teh manis kayak begituan doang." Gadis itu melipat tangannya di dada. Pongah.
"Iya, Sayang." Barra kembali menyedot es teh manis itu dengan santainya.
"Sayang-sayang muka lo mirip kuyang! Pacar juga bukan, main sayang-sayangan aja, lo!" Ketus Nazaya seraya memukul paha Barra dengan buku paket pelajaran bahasa indonesia yang kebetulan berada di atas mejanya.
"Oh, jadi lo ngode nih ceritanya pengin gue pacarin, hm?" Goda Barra.
"K, kagak begitu juga maksud gue, Bambang! Lagian gue udah punya pacar, wlek!" Nazaya menjulurkan lidahnya. Mengejek.
"Halah, pacar modelan kayak kakak gue mah mending putusin aja, Nay."
"Dih, siapa lo ngatur-ngatur?"
"Kan calon pacar baru lo."
"Mimpi!"
"Eh, gak apa-apa Nay, 'kan segala sesuatu juga berasal dari mimpi."
"Iyain aja deh, Bar. Udah pergi sana, gue mau belajar nih," usir Nazaya seraya mendorong-dorong tubuh Barra yang mulai memojokkannya ke dinding.
"Belajar apaan? Orang dari tadi juga gue perhatiin lo lagi main hp kok," sewot Barra.
Lelaki itu kemudian membuang plastik bekas minumannya ke kolong meja Nazaya.
"Y, ya 'kan belajarnya emang lewat hp. Eh, itu jangan di buang ke sana, oi. Ke tong sampah tuh, di luar!" Nazaya mengambil kembali plastik itu, dan melemparkannya ke pangkuan Barra.
"Yaelah, nitip bentar doang Nay, Nanti juga gue buang kok." Barra meletakkan kembali sampah plastik itu di kolong meja Nazaya.
"Bandel banget ya lo, kalau dibilangin. Tauk ah!"
Masa bodoh dengan si usil Barra, Nazaya lebih tertarik untuk kembali berselancar di aplikasi berwarna ungu tersebut. Dan bukan Barra namanya jika ia tidak kehabisan ide untuk menjahili Nazaya. Dengan cepat Barra merampas ponsel itu dari tangan Nazaya, kemudian berlari keluar kelas.
"BATU BARRA BALIKIN HAPE GUE!!!" pekik gadis itu seraya berlari cepat menyusul Barra.
"Astagfirullah Naya, lo suka nontonin yang kayak beginian? Gue juga punya Nay, lo gak perlu download, lo bisa langsung sentuh punya gue, nih!" Barra berbalik sebentar seraya menunjukan perut kotak-kotak miliknya yang serupa dengan milik cowok-cowok bule yang berada dilayar ponsel Nazaya.
"Punya lo keras kayak adukan semen!" Jawab Nazaya asal. Tanpa peduli pada teriakan histeris dari para gadis yang telah dengan cuma-cuma melihat bentukan otot perut milik Barra.
"Dih, siapa bilang? Jangan-jangan lo pernah sentuh secara diam-diam ya? Lo sering datang ke kamar gue pas malam, terus grepe-grepein gue. Astagfirullah, istighfar Sayang, istighfar!"
"Ngomong apaan sih lo, orang gila? Balikin si---awh!" Ucapan Nazaya terpotong begitu saja ketika hidung mancungnya membentur punggung kokoh milik Barra setelah lelaki tersebut berhenti begitu saja tanpa aba-aba.
"Jadi cewek ini yang suka gangguin A' Jefri di Korea? Cantik sih, bagus buat di ajak---"
"Siniin hp gue, dasar tukang nyolong!" Nazaya buru-buru merebut kembali ponselnya selagi Barra lengah.
"Selingkuhannya A' Jefri cantik ya, Nay?" Ucap Barra yang membuat Nazaya semakin kesal kepadanya.
"Kenapa emang kalau cantik? Suka lo, huh? Ya udah pacarin aja sana!" Balas Nazaya seraya mendongak untuk menatap mata belok mirip Barra yang sering sekali membuat para gadis terpikat.
"Astaga Naya, hidung lo mimisan!" Wajah ceria Barra sontak berubah menjadi khawatir begitu melihat darah segar mengalir dari hidung Nazaya.
Nazaya yang belum sadar lekas menyentuh bawah hidungnya yang memang terasa sedikit basah.
"Ayo ke UKS!" Barra segera menarik tangan Nazaya. Namun, gadis itu menolaknya.
"Gak usah, dongak bentar kayak begini juga darahnya pasti berhenti, kok." Nazaya langsung mendongakkan kepala sesuai ucapannya.
"Gak usah batu, deh. Buru!" Secara tiba-tiba Barra menggendong tubuh Nazaya ala bridal style, dan segera membawa gadis itu menuju UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
El Barra (On Going)
Novela Juvenil"Jika harus memilih antara napas dan cinta. Maka aku akan memilih napas terakhir untuk mengatakan, "aku cinta kamu."" "Gila! Gue cewek abang lo, Barra." Dua tahun berlalu dan Barra merasa jika perasaannya kepada Nazaya tumbuh semakin kuat. Barra mul...