1. Haura Athaya dan Tersangka

25 3 0
                                    

—Happy Reading—

*****

"Ck. Kasus Haura ini bukan yang pertama kalinya, tau. Dulu-dulu juga banyak, cuma ketutup sama isu lain aja!"

"Akreditasinya aja A, tapi sebenernya banyak sisi gelap di sini. Gue bukannya ngeremehin sekolah, tapi... kasus yang ada bukannya diselesein malah ditutup sama kasus lain atau berita-berita prestasi."

SMA Niskala, dulu Ayra mati-matian berusaha masuk ke sini agar tetap bersama dengan ketiga sahabatnya. Juga ribuan anak lain yang berusaha sama kerasnya. Untuk kali ini, diantara puluhan kasus yang terkumpul sejak beberapa tahun lalu, Haura Athaya menjadi nama yang menyita atensi para penghuni sekolah. Mungkin karena era digital, beritanya dengan cepat tersebar luas, menyadarkan orang-orang bahwa mereka tidak seharusnya tutup mata dengan kejadian seperti ini hanya karena bukan mereka yang mengalaminya.

Nabila meletakkan kliping di atas meja kantin dengan kasar. Cewek berambut pendek dengan kacamata minus itu memutar bola matanya setelah mendengar nama Haura disebut berkali-kali. Masih dengan kasus yang sama, yang belum juga menemukan titik terangnya. Mungkin Nabila sudah muak mendengar berita itu dibicarakan lagi, tanpa akhir yang jelas. Dengan kronologi yang belum pasti dan pelaku yang tidak tahu siapa namanya. Tahu-tahu viral begitu saja saat akun lambe turah memberitakan kalau Haura melapor pada pihak sekolah tentang kasus pelecehan yang di alaminya satu hari yang lalu.

Mungkin pihak sekolah tidak mau ambil tindakan karena mereka merasa kasus ini bisa saja di luar tanggung jawab sekolah karena Haura tidak menyebutkan nama pelakunya. Atau mungkin saja mereka sedikit tahu, tetapi lebih baik tutup mulut demi keselamatan sekolah.

"Ih, coba cek akun Twitter yang namanya hauraathaya08," celetuk Nada yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.

Ayra berhenti menyeruput jus alpukatnya. Nabila segera membuka ponselnya dan melakukan apa yang Nada katakan. Ayra ikut melihat layar ponsel Nabila. Mereka penasaran.

Kecuali Rinai. Gadis itu meminum jus jeruknya seraya bertopang dagu. Ia sudah tahu hal itu. Tahu sejak semalam.

"Anj—" Umpatan Nabila tertahan. Ayra setengah menganga. Mereka tampak kehilangan kata-kata.

"Ya kan? Profilnya pake fotonya Haura. Postingannya juga full foto Haura yang diedit... jadi bahan pelecehan. Caption-nya juga nggak banget, seolah-olah Haura itu emang cewek nggak bener," cecar Nada.

"Itu bukan akunnya Haura. Dia nggak mungkin kayak gitu," ucap Ayra dengan tatapan tak percaya sekaligus iba.

Nabila melirik Rinai. Bertanya mengapa sahabatnya itu terlihat biasa saja. "Lo udah tau?" tanyanya.

Rinai mengangguk seraya tersenyum tipis. "Akunnya udah gue laporin. Nggak sampai sehari juga bakal ilang," ujarnya dengan tenang.

Ayra menghela napas lega. Meski tak sepenuhnya. Ia sudah mengenal Haura Athaya sejak duduk di bangku SMP. Dia yang paling dekat dengan Relia Putri Nirmala, meski di depan publik tidak terlihat sedekat itu. Relia, anak organisasi yang sibuk rapat tiap hari. Ayra tahu, Relia pasti ikut pusing memikirkan kasus sahabatnya itu. Dan Ayra tahu, Relia akan melakukan segala cara untuk mengungkapnya.

"Tapi kasian anjir, yang liat udah ribuan. Pasti Haura lagi down banget sekarang," sahut Nada lagi.

"Gue juga udah beberapa hari nggak liat dia di sekolah. Kalian sadar nggak?" tanya Rinai yang sedari tadi memperhatikan sekelilingnya.

"Iya, mungkin sejak dia speak up, dia udah nggak berangkat sekolah lagi," balas Ayra disertai anggukan kecil.

Nabila menegakkan badannya. "Gue jadi penasaran gimana respon sekolah waktu Haura speak up kasusnya, sampai-sampai dia nggak berangkat sekolah sampai hari ini."

School Case & Direct Message Where stories live. Discover now