3 Minggu yang lalu...
Vyora turun dari bus setelah pulang dari hari kerjanya yang melelahkan. Diiringi rintik kecil air hujan, Vyora hanya tersenyum saat tetesan tersebut mengenai telapak tangan.
Tiba-tiba seorang anak kecil berlari ke arah Vyora sembari membawa bunga, kemudian memberikannya kepada gadis berlesung pipi itu.
"Eh, buat aku, Dek?"
Bocah itu hanya mengangguk dan memberikan amplop yang ia ambil dari kantong celananya.
"Hadiah utama nungguin kamu di pabrik bekas Pak Bima. Selamat hari valentine, my Vyora."
Anak kecil itu langsung berlari menjauh, diiringi suara kemresek dari kantongnya yang sepertinya penuh dengan permen.
Sementara Vyora, masih tersenyum dan membaca surat itu. Klise namun penuh kejutan, agaknya inilah yang sering Vyora rasakan saat berpacaran dengan seorang Tian. Manis seperti permen, segar seperti embun pagi, dan hangat seperti sinar mentari.
Tanpa ragu, Vyora memasuki pabrik bekas yang dimaksud. Derap langkahnya diikuti gemuruh pelan, disertai pikiran dan bayangan tentang senyuman jahil Tian yang penuh kejutan.
Krieett
Vyora membuka gerbangnya yang berkarat dan menua, kemudian masuk dan membuka pintu utama. Gelap, sunyi, dengan bau debu dan aura pengap mengisi seluruh ruangan. Seketika membuat Vyora tak nyaman.
"Tian?" Sedikit terbatuk, Vyora masih mencari keberadaan pacarnya itu yang mungkin bersembunyi di suatu tempat.
"Gausah main-main, ya. Udah mau Maghrib, nih. Aku juga mau cepet pulang." Diliputi rasa takut yang tiba-tiba menyeruak, Vyora mengambil handphone dan berusaha menghubungi Tian. Namun nihil, ponsel Tian mati.
"Tian? Aku pulang, ya. Surprise-nya besok aja." Entah mengapa atmosfer yang ia rasa seketika berbeda. Vyora begitu berdebar hingga ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri dalam kesunyian.
Tap tap tap...
Tiba-tiba, Vyora mendengar suara langkah kaki mendekatinya. Sementara semburat jingga di luar sudah mulai terbenam, membuat ruangan itu semakin remang dan terasa memuakkan.
Seorang pria, tertangkap manik mata Vyora sedang mendekatinya. Dengan kemeja hitam dan rambut yang diacak pelan, sosoknya semakin jelas ketika ia hanya beberapa meter di hadapan.
"Rian?"
Awalnya Vyora ragu, sempat mengira bahwa ia adalah Tian. Namun berpacaran bertahun-tahun membuat Vyora bisa membedakan si kembar identik itu hanya dengan merasakan auranya dan melihat sorot mata keduanya yang teramat sangat berbeda.
Tian selalu memancarkan hawa yang dingin, namun sikapnya hangat. Dia juga selalu membuat Vyora merasa nyaman ketika ia berada di dekatnya, senyum dan perlakuannya begitu manis dan lembut seperti permen kapas. Sementara Rian, memiliki aura panas. Ia sangat santai sebenarnya, namun intimidasi sangat terasa meski hanya bertatapan mata. Dan yang jelas, Rian berbahaya. Entah apa yang membawanya kembali, tapi kini Rian di sini. Menunjukkan eksistensi setelah 3 tahun menghilang bak ditelan bumi.
"Vyora, will you marry me?"
Sementara itu...
"Itu mbak-mbak yang masuk bekas pabrik Pak Bima kok nggak keluar-keluar, ya?" Bapak-bapak bergulung sarung bertanya penasaran.
"Eh, iya to? Belum keluar juga mbake tadi?" Bapak-bapak berkacamata dengan aksen ngapaknya menimpali. Kini bapak-bapak lain yang ikut mengopi di meja itu saling memandang satu sama lain.
"Gimana kalo kita samperin aja? Jaga-jaga kalo ada hal yang nggak diinginkan."
"Setuju, Pak RT!"
•••

KAMU SEDANG MEMBACA
Abience
RomanceHubungan Tian & Vyora yang berlangsung bertahun-tahun terpaksa kandas karena kembalinya Rian--saudara kembar Tian setelah tiga tahun menghilang. Dijebak dengan skandal pabrik bekas hingga digrebek warga dan dinikahkan paksa, Vyora terpaksa merelaka...