Sang netra terpaku riuh-rendah suka cita. Dari kejauhan tergambar kebahagiaan. Nyanyian kecil terdengar merdu, beberapa tawa ikut serta mengiringi. Teduh dan tenang, menutupi segala celah-celah luka yang mungkin sedang mendera.
Di antara dedaunan kering ini aku menyaksikan, pohon cemara di seberang menari menikmati alunan tawamu. Anginnya menyejukan, memayungi segala macam rasa dan karsa di bawahnya. Melebur dan menyatu, membuahkan panas hati yang menjalar kedalam diri ini.
Ingin ku coba bertamu, ikut berteduh di sana sambil sesekali bergurau dengan keadaan, sembari bersenandung lelaguan kesukaanmu. Masuk kedalam duniamu dan mengambil sedikit peran didalamnya. Menelah setiap alur lalu menghadapinya berdua.
Nyatanya pintu itu tak terbuka, terkunci rapat dengan keintiman disana. Seakan tak membiarkan sesuatu asing membubuhi. Tak membolehkan ikut campur suka cita yang sudah lahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Huru hara jatuh sendiri
PoésieAku jatuh sendiri, tanpa aba-aba. Rasaku terlalu tergesa hingga aku sendiri tak paham bagaimana cara mengakhirinya. Selamat membaca beberapa tulisan pendek ketika aku beneran jatuh cinta sama seseorang sendirian. Bukan bertepuk sebelah tangan, mela...