2. Darah Manis

24 4 0
                                    


"Harold."

Tak ada sambutan dari Clovis. Jabatan tangan milik Harold bergantung tak ada balasan. Clovis menatap datar Harold, ia berpikir bahwa sahabat Ayana ini adalah seorang perempuan namun ia salah. Harold adalah seorang lelaki yang cukup gagah.

"Clovis, dia Harold sahabatku. Dia seorang Prajurit dari Kerajaan Pevlisia di dekat gunung Hwani."

Sepagi ini, pukul 9.00. Ayana melihat kedua lelaki itu saling beradu tatap.

"Oh, ayolah, aku sedang memasak. Hey! Aku gadis miskin yang tak ada seorang pun yang membantu."

Dengan cepat Clovis dan Harold membereskan halaman setelahnya keduanya lihai dalam memotong sayuran yang akan dimasak oleh Ayana, dengan sambil tak lepas kedua lelaki itu saling memandang sengit.

"Maafkan, aku. Kalian ada apa? Jangan bertengkar. Aku mohon." ucap Ayana sambil membawa mangkok berisi penuh sayuran dan beberapa potong daging. "Silakan, dimakan." ujar Ayana dengan wajah penuh keceriaan.

Mereka pun akhirnya makan dengan lahap.

Tanpa aba-aba, Harold menyeka bibir bagian bawah milik Ayana. Dan itu membuat Ayana terkejut sekaligus reflek terpaku. Keduanya saling bertatapan. Lalu sebuah barang pecah begitu saja dengan sangat keras.

"Ya Tuhan, ada apa, Clovis?" tanya Ayana sedikit terperanjat.

"Aku sudah tak tahan, Ayana. Aku ingin membunuhnya." ucapnya dingin sudah bersiap mengeluarkan pedang.

"Tidak, Clovis. Harold sahabat ku. Kuminta kau kembali ke asalmu saja, Clovis."

Mendengar hal itu membuat Clovis bertambah emosi. Lalu ia melepaskan pedangnya dan keduanya, ia bersama Harold bertengkar dengan sama-sama menggunakan pedang. Tak sampai hitungan detik, semua yang ada di dalam tempat tinggal Ayana, sudah sangat berantakan akibat kedua lelaki yang sedang beradu pedang.

"Cukup, kubilang, cukup!" teriak Ayana namun tak ada yang mendengarkan.

"Aku mencintai Ayana." ucap Harold tegas membuat Clovis terkejut bukan main. Sudah Clovis duga dan tidak ada persahabatan antara lelaki dan perempuan.

"Aku lebih dulu mengenalnya." jelas Clovis dengan nada bass bukan main.

"Oh, ya? Aku sahabatnya, seharusnya aku yang lebih dulu mengenalnya." ujar Harold sambil menyeringai.

"Persetan!" ucapnya dengan datar dan suara dalam.

Ayana meminta bantuan pada orang sekitar. Namun, apalah daya rumah tetangganya cukup jauh dari tempat tinggalnya. Harus jalan sepuluh menit baru sampai. Padahal biasanya banyak yang melewati tempat tinggalnya hanya untuk pergi ke perbatasan membeli beberapa barang dagangan.

Dengan suara lantang Ayana meneriaki Clovis yang sudah membunuh Harold.

"Lelaki gila! Kau gila, Clovis. Kau membunuh sahabatku. Aku tidak sudi kenal denganmu lagi! Pergi dari hadapanku!"

Ayana berlari ke arah Harold yang sudah tak bernyawa. Namun belum sampai, kedua kaki Ayana tergores oleh pedang milik Clovis dengan begitu mudahnya. Ayana berteriak kesakitan. Kedua pergelangan kakinya berdarah. Ia langsung jatuh terduduk. Ayana melemah betapa terkejutnya saat pergelangan kedua kakinya di tebas oleh pedang Clovis dengan sangat mudahnya. Ia menagis menahan sakit.

"Maaf. Kamu harus tinggal bersamaku." ucap Clovis.

"Jangan harap! Lepaskan aku!"

Terkejut. Ayana terkejut melihat Clovis menjilati darah yang mengalir dari pergelangan kedua kakinya. Ia merasa jijik dan hisapan itu cukup keras sehingga menimbulkan rasa sakit sekaligus nyeri pada kedua kakinya.

SKYGGEMALERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang