Clovis melumat bibir Ayana yang sudah menggodanya sejak pertemuan pertama. Ia gigit kecil-kecil upaya ini agar Ayana membukakan bibirnya yang begitu rapat ia pertahankan. Tak sampai disitu, Clovis mengelus perut rata milik Ayana sampai ia melenguh geli. Kesempatan itu Clovis pakai untuk menyerang Ayana lewat lumatan panas itu.Selang beberapa menit kemudian, Clovis berhenti membuat Ayana mengambil napas dengan banyak.
"Aku tidak ingin menodaimu. Percayalah padaku, kau satu-satunya. Tidak ada lagi. Dan satu lagi, aku tidak suka dikhianati. Dengar, aku bisa saja membunuhmu." jelas Clovis mengecup kening Ayana lalu beranjak keluar dari kamar tanpa melihat Ayana yang masih menghirup napas sebanyak-banyaknya.
Setelah kejadian itu Ayana tak terasa tertidur. Ia terbangun pada pukul 17.00
"Aku ketiduran?" tanyanya pada dirinya sendiri.
Sungguh, Ayana mencoba untuk berdiri namun yang ia rasakan malah sakit yang luar biasa sekaligus nyeri pada pergelangan kakinya. Ia pun terdiam mencoba menangis tanpa bersuara.
Selang beberapa menit. Seorang pelayan wanita menghampiri Ayana.
"Queen Ayana, harap bersiap, Pangeran akan memasuki ruangan."
Datang lah Clovis dengan wajah tampannya yang tak pernah terlihat lelah. Dari kejauhan Ayana melihat Clovis, wajahnya sedikit berkeringat.
"Tinggalkan ruangan ku. Kalian tak ingin kan ada mayat di dalam ruangan ku lagi."
Beberapa pelayan pun langsung beranjak pergi dan menutup pintu besar ruangan tersebut lalu meninggalkan Ayana yang mematung sambil membulat kan kedua matanya saat mendengar penuturan Clovis tadi.
Apa katanya? Mayat? batin Ayana.
"Aku ingin berendam. Kau mau ikut, um tapi sepertinya kamu masih kelewat cantik." goda Clovis di akhiri senyuman nakalnya dan juga kedipan sebelah matanya.
"Aku sudah mandi." jawab Ayana kesal.
"Jangan kesal denganku. Aku bisa membuatmu terus tidak bisa berjalan." kekehnya lalu beranjak untuk berendam.
Setelah itu, Ayana mengambil napas panjang dan menghembuskan nya dengan perlahan.
"Hah, mengejutkan. Begitu mengerikan. Aku salah bertemu sampai berkenalan dengannya. Aku menyesal." ucap Ayana terisak pelan agar tak terdengar oleh Clovis.
Sedangkan Clovis di tempat pemandian. Dia tersenyum bisa mendengar suara merdu dari gadisnya. Baru kali ini, ada yang menolak dirinya secara gamblang. Ayana takut, namun Clovis menyukai itu.
**
Pukul 18.00 di ruang makan.
"Pangeran, Queen Ayana tidak mau makan."
"Begitu?" tanyanya sambil menyeringai.
Membuat siapa saja yang tidak mengetahuinya akan melihat ia sebagai lelaki yang sangat tampan. Peter dan pelayan lainnya sudah ngeri hanya dengan melihat seringaiannya.
"Pangeran Clovis datang." ucap prajurit yang menjaga di depan pintu ruangan tempat Ayana berada.
Di dalam hanya ada Clovis dan juga Ayana.
"Kamu tidak mau makan?" tanya Clovis berdiri tak jauh dari kasur tempat Ayana duduk sekaligus beristirahat.
Ayana mengangguk.
"Apa ada sesuatu yang ingin kamu makan? Bilang saja nanti aku berikan."
Clovis melihat Ayana masih terdiam. Ia melawan rasa emosinya agar tak tersulut. Ia sangat begitu mencintai dan menyayangi Ayana saat pertama kali mereka bertemu. Ia tak bisa menyakiti gadisnya. Dan ia sangat menghormati Ayana nya.
Clovis menghampiri Ayana dan duduk di hadapan Ayana.
"My Queen, dengarkan. Aku tidak mau menyakiti mu. Jangan mencoba denganku. Sudah kukatakan siang tadi, bahwa aku bisa saja membunuhmu." Ayana tertegun lagi ketika mendengar jika dirinya bisa saja dibunuh. "Mau kutunjukkan kesenian ku?"
**
Ayana melenguh geli ketika Clovis memperlihatkan bagaimana cara ia menguasai seni dengan cara melukis tepat pada bagian paha samping milik Ayana. Clovis memaksa Ayana agar tidur menyamping di atas tubuhnya. Lalu Clovis mencengkram kuat paha Ayana membuat Ayana begitu geli sekaligus perih merasakan cengkraman panas dari Clovis. Ayana hanya menahan apa yang ia rasakan dengan bersandar pada dada bidang milik Clovis. Ayana juga meringis sambil mencengkeram baju Clovis ketika menerima cengkraman yang begitu tambah pedih pada pahanya.
Ayana menyerah, "Aku akan makan, Clovis,"
Tiba-tiba saja cengkraman nya bertambah kuat, "Maksudku, aku akan makan, Pangeran Clovis."
Setelah itu, Clovis merapikan gaun Ayana lalu membawanya ke atas kasur dan Ayana mulai memakan makanannya. Ayana menunduk takut, tak berani bertatapan dengan Clovis walau lelaki itu mencoba untuk menatap dirinya.
"Ayana, sudah kubilang jangan mencoba ku untuk," ucap Clovis sambil mengangkat dagu Ayana agar bisa menatap dirinya.
"Maaf, Pangeran Clovis. Aku tidak bermaksud untuk,"
Cup
Belum selesai bicara Clovis mengecup Ayana secepat kilat lalu berlalu dari hadapan nya. Keluar dari ruangan.
**
Dari kejadian Clovis mengecup kening Ayana, ia sudah tak terlihat lagi. Para pelayan seperti biasa mengganti perban tak lupa mengoleskan obat salep untuk Ayana.
Pukul 8.00
Ayana mencoba untuk berdiri dan alhasil ia bisa. Ia pun mencoba berjalan walau tertatih-tatih. Ia membuka pintu ruangan tersebut dan ia bisa melihat keadaan di luar begitu sepi ditambah dengan cuaca yang begitu dingin.
Ayana tertatih-tatih sampai akhirnya ia sampai berada di sebuah taman dengan lokasi di entah lantai berapa. Ayana berdecak kagum. Ia menatap kagum ke banyaknya bunga yang berhasil bermekaran di taman tersebut. Ia juga berdiri menghadap ke arah gunung dan danau Ruby. Lalu ia pun memetik bunga chamomile lalu ia taruh di selingan rambut dekat telinga kanannya sambil menikmati sejuknya cuaca di pagi hari ini.
Seketika ia terkejut dengan sebuah pelukan yang melingkar di sekitaran tubuhnya.
"My Queen, jangan pergi tanpa izin pada ku lagi. Karena aku memiliki hukuman jika sampai itu terjadi."
Ayana terkejut bukan main setelahnya, "My Queen, kenapa tubuhmu dingin sekali." bukan pertanyaan, itu melainkan pernyataan dan tanpa ba-bi-bu lagi. Clovis segera menggendong Ayana kembali ke dalam ruangan kamar megah yang sudah dua hari dengan hari ini Ayana tempati.
"Clovis,"
Tak menyahut, ia sibuk menyuruh pelayan agar membawakan selimut dan menambah suhu penghangat ruangan.
"Clovis, cukup,"
Tak ada sahutan kembali karena Clovis melebarkan selimut tebal itu dengan mudahnya membuat Ayana terpana. Lalu selimut tersebut menenggelamkan tubuh Ayana.
"Ssstt, aku dengar. Aku hanya ingin membuat mu hangat."
"Clovis, aku sudah terbiasa kedinginan."
"Aku tidak ingin!"
"Tapi ini sungguh merepotkan. Tak ada gunanya."
"Kamu itu calon istriku, aku tidak ingin kamu jatuh sakit."
Ini sebenarnya adalah catatan untuk Clovis. Karena dia juga tak mempan saat merasakan panas dan dingin, menurut dia itu adalah hal yang sama. Ungkapan ini pantas untuk dirinya juga yang begitu tak mempan soal perasaan, suhu, dan lainnya. Ia bahkan baru mengerti tentang perasaannya karena seorang Ayana Birdie. Cam kan itu.
"Malam ini adalah pesta pernikahan kita. Janji suci, kita. Aku mau sore ini kamu sudah harus bersiap-siap." setelah mengatakan itu seperti biasa ia mengecup kening Ayana lalu berlalu.
**
"Queen Ayana, menghilang, Pangeran."
Clovis memejamkan kedua matanya. Tanpa menunggu lama, ia beranjak tanpa pengawal.
👑
KAMU SEDANG MEMBACA
SKYGGEMALERI
Romance^Blurb^ [15+] Di sebuah Pemakaman. Terdapat dua orang yang saling tidak mengenal namun dingin yang melelehkan. Dan yang satu menginginkan yang satunya lagi. Apakah bunga akan layu atau bunga akan bermekaran? *** "Aku tidak ingin menodaimu. Percaya...