4. Jejak

21 4 1
                                    


"Queen Ayana, menghilang, Pangeran."

Clovis memejamkan kedua matanya. Tanpa menunggu lama, ia beranjak tanpa pengawal.

**

Pukul 17.00 sebelumnya.

Dari jam tiga sore, Ayana diam namun pikirannya terus berjalan. Ia mencoba menuruti ketika para pelayan pamit undur diri sebentar untuk mengambil gaun pernikahan. Karena begitu megah dan berat, sehingga harus ada beberapa orang yang mengambil gaun tersebut. Dengan satu pelayan yang merias dirinya yang juga berizin ke toilet membuat Ayana tak banyak berpikir untuk segera kabur.

Dia membungkus dirinya dengan menggunakan selimut sebelum ia terjun ke bawah, ia juga berdoa agar diberikan keselamatan. Lalu ia melihat ke arah bawah, ternyata ia akan terjun dari lantai dua.

Ayana berpikir, apakah ia masih diberi kesempatan untuk hidup? Pikirnya.

Akhirnya ia terjun dengan keadaan yang cukup berantakan, dengan rambut terurai dan kepalanya sedikit pusing karena terjun tadi. Kemudian kedua kakinya yang mulai membaik lalu ia melepaskan selimut itu dan ia mulai berjalan perlahan.

Tak sampai disitu, ia berhenti di dekat gerbang tinggi yang begitu banyak sekali pengawal. Ia juga baru sadar bahwa ia hanya memakai gaun tipis berwarna lilac namun tak begitu terawang. Itu yang membuatnya bersyukur. Setidaknya baju ini masih bisa melindungi tubuhnya.

Ayana mencoba mencari cara agar ia bisa keluar dari gerbang yang dipenuhi oleh pengawal Clovis. Ia bersungguh-sungguh harus keluar dari istana dan pergi sejauh-jauhnya agar tak bertemu dengan lelaki yang sudah membunuh sahabat yang selalu membantu nya. Tidak akan pernah.

**

Pukul 18.00 sekarang.

"Queen Ayana, menghilang, Pangeran."

Clovis memejamkan kedua matanya. Tanpa menunggu lama, ia beranjak tanpa pengawal.

Kini, Ayana sudah berhasil keluar dari gerbang tanpa satupun pengawal yang melihat.

Tak menunggu lama, Ayana terus berlari di tengah hutan. Ya, Ayana berlari di kegelapan. Di hutan tak ada satupun cahaya lampu.

Di perbatasan, Ayana terdiam. Ia berhenti berlari. Ia melihat di perbatasan sana terdapat sebuah lampu menyala.

Oh, apakah ini pertanda baik? Atau buruk? pikir Ayana.

Namun, sekarang yang ada di dalam pikiran Ayana adalah, dia mencoba untuk berhenti, beristirahat sejenak sambil sesekali mengamati sebuah lampu yang menyala di perbatasan dimana ia harus melewati itu.

"Argh!" Ayana teriak dengan suara yang tertahankan.

Kenapa bisa ada panah? Ayana berteriak karena bahu kanannya terkena anak panah. Air matanya bergulir tak terasa sampai ia mencoba menahan agar tak bersuara namun itu semua hanyalah sia-sia.

Kini, di depan Ayana berdirilah seorang Pangeran berdarah dingin, keji, psikopat. Ya, Clovis kini menunduk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Ayana yang kesakitan.

"Aku tidak akan seperti ini jika kamu menurut. Salahmu membuatku jatuh cinta yang sayangnya aku tidak ingin jatuh. Tidak akan. Beri aku cinta, Ayana, maka kamu akan kujadikan Ratu."

"Aku tidak mau, Clovis. Cari saja perempuan lain, yang pastinya mau denganmu dan bisa memberikanmu cinta tanpa rasa jatuh. Tinggalkan aku. Kumohon." ucap Ayana memohon lalu menundukkan kepalanya sambil menahan rasa sakit pada bahu kanannya.

"Tidak apa tidak ada cinta. Yang terpenting kamu selalu berada di dekatku. Itu sudah lebih cukup My Queen. Selamat tidur."

Ya, setelah mendengar ucapan tegas Clovis tiba-tiba saja Ayana terjatuh tak sadarkan diri. Ternyata, panah kecil tersebut sudah ada racun yang membuat seseorang jika terkena maka lima menit setelahnya akan tak sadarkan diri.

**

Keesokan harinya di Kerajaan pukul 7.00

Ayana mendengar betapa ramainya di sekelilingnya. Ia mencoba membuka kedua matanya. Untuk pertama kalinya, yang ia lihat adalah seorang pelayan.

"Syukurlah, Ratu sudah bangun." ucapnya dengan senyum bahagia.

Ayana mencoba bangun lalu duduk di atas kasur. Ia mengangkat tangan kanannya yang ternyata terluka. Ya, Ayana masih mengingat kejadian semalam, dimana dirinya di panah oleh Pangeran gila, tak waras.

"Maaf, Ratu. Saya mendengar Ratu memaki Pangeran." Ayana terkejut kenapa pelayan wanita ini mengetahui isi hatinya. "Sebenarnya, saya tau Ratu ingin kabur dari istana ini. Mohon maaf, Ratu, sepertinya itu tidak semudah yang dibayangkan." Mendengar itu Ayana sedikit putus asa.

Lanjutnya, "Pangeran Clovis begitu sangat mencintai Ratu. Ia seperti orang kesetanan saat tau Ratu menghilang. Semoga dengan ini, Ratu mengerti." jelasnya sambil memperbaiki perban yang ada di bahu kanannya.

"Dia menyakiti ku. Dan dia ingin membunuhku. Dia bahkan sudah membunuh sahabatku." jelasku hampir ingin meneriaki pelayan wanita itu.

"Mohon ampun, Ratu. Itu semua hanya untuk Ratu. Dia begitu sangat menginginkan Ratu. Tak ingin yang lain. Ratu adalah wanita pertama yang membuat Pangeran tersenyum dan tertawa."

Pelayan wanita itu memberikan senyum hangat padanya sedangkan Ayana memejamkan kedua matanya, ia merasakan pusing di kepalanya karena banyak berpikir. Apa yang sudah diperbuat olehnya sampai ia berada dalam situasi seperti ini. Jika ini mimpi, ia ingin segera bangun dari mimpi buruk dan menakutkan ini.

Sesaat, Ayana merasakan kecupan mesra di pipi kanannya, ia terkejut sontak membuka kedua matanya dan melihat kalau yang melakukan itu adalah Clovis.

"Sampai kapanpun, hanya aku yang memilikimu dan aku milikmu, My Queen."

Ayana terdiam. Tak ingin menanggapi.

Ia merasakan Clovis menatapnya penuh cinta. Gerakan tangannya yang mengelus rambut panjangnya begitu lembut. Namun kenapa ia selalu menyakitinya.

"Mau kubantu membuka gaunmu?"

Seketika Ayana menatap nya horor. Clovis tertawa kecil. Ayana melihat ke sekeliling, mengapa hanya ada dirinya dan psikopat ini?

Lalu apa tadi? Clovis tertawa? batinnya.

"Aku hanya sekedar membantumu untuk mengganti gaun. Karena lima belas menit lagi acara kita akan dimulai."

Ayana kembali tertidur dan memasukkan dirinya pada selimut. Di dalam selimut, Ayana merasakan bahwa dirinya dipeluk.

"Kutunggu lima belas menit. Tak sampai menghadap ku. Akan kubuat kamu tak bisa berjalan." jelasnya menusuk lalu Ayana tak merasakan pelukan tadi.

Ayana terbangun dan sudah hadir sepuluh pelayan.

flashback

Mendengar Ayana menghilang, Clovis sudah duga Ayana akan kabur lebih tepatnya. Ia akan berlari dengan cepat ke perbatasan sebelum gadisnya.

Sawi di perbatasan.

Clovis mendengar suara pijakan kaki kecil lalu ia mengarahkan lentera yang ia bawa ke arah tanah yang ia pijak. Jejak kaki kecil itu sangat terlihat. Begitu nyata. Ternyata ia menemukan buruannya.

Dari jauh, Clovis mencoba memanah seseorang yang bersembunyi di balik pohon besar. Ya, perempuan yang sudah membuatnya tergila-gila. Jauh, di dalam lubuk hatinya, tak ada rasa ingin  menyakiti ataupun menakuti gadis itu. Namun, sisi devil Clovis terpancing atas penolakan Ayana yang begitu santainya menyuruh dirinya untuk pergi dan melepaskan nya.

Tak semudah itu, gadisku. Jelasnya.

Tepat. Panah kecil itu mengenai bahu kanan sang gadis.

flashbackend


👑

SKYGGEMALERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang