5. My Teacher

2.5K 231 17
                                    

"Kantin yuk!" Haechan yang duduk disamping Jisung bangkit berdiri.

"Gue ga ikut, males."

Renjun, Chenle dan Haechan mengangguk, mereka tak heran mengapa Jisung begitu murung. Pasti lelaki itu sekarang memikirkan nilainya nanti. Karena Jisung termasuk orang yang ambis, dia selalu ingin mendapatkan nilai yang sempurna. Bahkan meski dipelajaran yang lelaki itu tidak sukai, Jisung tetap akan berusaha sebisanya. Karena ada alasan yang tidak bisa dianggap remeh dibalik itu semua.

"Mau nitip?" Tanya Renjun dan dibalas gelengan Jisung.

Mereka mengangguk kemudian pergi meninggalkan kelas. Menyisakan Jisung seorang diri.

Jisung mengambil headset yang ia bawa lalu memakainya. Memilih membaca novel di ponselnya untuk mengusir rasa gelisah akibat memikirkan nilainya.

Sementara ditempat lain. Jaemin baru saja menyelesaikan makan siangnya bersama guru guru lain. Mereka memang mempunyai ruangan masing masing. Namun ada juga tempat yang khusus dipergunakan untuk mereka makan bersama ketika istirahat. Mereka juga bisa membuat teh atau kopi disitu. Tak perlu heran, karena memang sekolah ini termasuk sekolah elit.

Jaemin keluar lebih dulu dengan segelas kopi ditangannya. Ia merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya namun tak mendapati benda pipih itu disana. Langkahnya langsung terhenti, perasaan panik mengerangnya. Berusaha mengingat dimana terakhir kali ia meletakkan ponselnya.

Kelas Jisung. Jaemin ingat ia meletakkan ponselnya diatas meja guru. Maka ia dengan langkah cepat langsung memutar arah. Sesampainya dikelas Jisung, Jaemin langsung membuka pintu kelas yang tertutup. Berjalan menuju meja guru dan untungnya ponselnya masih ada disitu.

Jaemin mengambil benda pipih tersebut lalu meletakkannya kedalam sakunya. Ia  berniat keluar kelas namun perhatiannya jatuh pada murid laki laki yang tengah meletakkan kepalanya keatas meja sembari bermain ponsel. Tentu saja itu Jisung, siapa lagi?

"Kenapa dia tidak pergi ke kantin?" Pertanyaan itu bersarang dikepala Jaemin. Namun ia teringat sesuatu, dan sepertinya itu alasan kenapa Jisung sendirian dikelas.

Jisung tersentak ketika ada yang meletakkan gelas kertas berisi kopi ke hadapan wajahnya. Ia dengan cepat mengangkat kepalanya dan sedikit terkejut mendapati Jaemin yang berdiri dihadapannya.

"Saya ga mau, ambil aja."

"Itu bukan untuk mu."

"Terus kenapa ditaro disini?"

"Nitip."

Jisung berdecak kesal mendengar jawaban Jaemin. Ia memilih abai dan kembali meletakkan kepalanya keatas meja.

Jaemin tersenyum tipis. Ia berjalan menuju jendela kelas lalu menarik gorden untuk menutup akses bagi orang yang diluar agar tidak bisa melihat kedalam. Ia kemudian kembali berjalan menghampiri Jisung lalu duduk disamping lelaki itu.

Tubuh Jisung lagi lagi tersentak ketika ada tangan yang terselip diantara ketiaknya. Matanya membulat terkejut ketika merasakan tubuhnya melayang dan berkahir terduduk diatas paha guru matematikanya itu.

Jisung menatap horor Jaemin. Bagaimana bisa Jaemin mengangkatnya semudah itu? Padahal ia termasuk yang paling bongsor diantara temannya. Ditambah berat badan Jisung itu cukup tinggi. Namun Jaemin mengangkatnya seperti menggendong anak kecil.

Tapi, itu tidak penting sekarang. Yang penting sekarang adakah posisi mereka yang cukup ambigu untuk seukuran murid dan guru.

Jisung berusaha untuk turun namun Jaemin sudah lebih dulu melingkarkan tangannya ke pinggang ramping Jisung.

"Pak!"

"Maaf."

Alis Jisung mengernyit, "Untuk?"

"Sudah memberikan mu soal yang sulit."

MY TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang