BAB 1

220 16 0
                                    

Izuku Midoriya's point of view.

Aku selalu memujanya. Sosok bernama Katsuki Bakugo. Dia tampan, atletis, dan jenius. Gendernya alpha male. Soal kekuatan, jangan ditanya. Dia nomor satu. Soal memasak, dia ahlinya. Bermain musik? Dia bisa. Memainkan drum kesukaannya.

Aku tak peduli meskipun aku seorang beta dan dia alpha. Meski tahu adalah dosa besar mencintai Katsuki Bakugo, aku tetap menerobosnya. Mengiringi Katsuki kemanapun ia pergi.

Ketika masih SMA, Katsuki dikeluarkan dari sekolah karena kasus pelecehan. Aku tahu dia tidak sepenuhnya salah. Dia dijebak. Aku ada di sana sebagai saksi.

Katsuki mengalami rut diusia lima belas tahun. Dia melarikan diri ke sebuah gang sempit yang gelap. Aku berlari mengejar, dia mengelak. Mengancamku dengan kata-kata, "Jangan mendekat atau ku bunuh kau!!"

Ia menggeram, mencaci maki diriku yang keras kepala.

"Kacchan, biarkan aku membantumu--"

"Pergi, brengsek! Beta sialan bisa apa kau? Kau bahkan tidak mengeluarkan aroma sedikit pun!! Omega, aku butuh omega..." ia merintih. Kacchanku kesakitan namun aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Bodohnya aku!

Tap

Tap

Tap

Langkah seseorang? Tidak. Ada beberapa pasang kaki mendekat. Aku segera menoleh dan dihadiahi pemandangan gadis-gadis cantik dan dua seorang remaja laki-laki. Seorang male omega....

Laki-laki tersebut berjongkok di depan Kacchan. Membelai rahang tegas. "Katsuki Bakugo 'kan?" Kacchan tak menjawab. Menggeram dan mengatur napas yang berat.

Ia berbisik di telinga Kacchan. Aku tak bisa mendengarnya namun kulihat Kacchan segera menerkam omega tersebut seperti serigala kelaparan.

Salah seorang gadis tersenyum ke arahku, "Hey, kau yang di sana, teman Bakugo?"

Aku mengangguk mantap sedikit ketakutan. "Temanmu bisa dalam masalah lho kalo omega itu hamil, terlebih dia sedang mengalami heat."

Aku tersentak. Wanita itu mendekat dan menyerahkan beberapa lembar uang. "Belilah beberapa kondom. Jangan takut. Bilang saja kau disuruh mamahmu,"

Saliva kutelan susah payah. Mataku menatap nanar lembar mata uang di depan wajahku. Gemetar kusambar uang tersebut dan segera bangkit berlari keluar gang.

Ada rasa takut. Namun rasa khawatir jauh mendominasi pikiran.

Aku tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa Kacchan.

Aku kembali bersama barang-barang menjijikan untuk ukuran anak polos kelas sepuluh SMA.

Dan di sanalah, aku menyaksikan betapa gagahnya Kacchan bermain kuda-kudaan bersama jalang-jalang itu. Mereka sempat mengajakku namun aku segera menyeret diriku keluar gang. Berlari di kegelapan malam bersama perasaan yang campur aduk.

Bertahun-tahun kemudian, aku merutuki kebodohanku. Seharusnya aku membelikan supressant, bukan malah menuruti jalang tersebut.

Dua bulan kemudian dia dikeluarkan. Tak hanya itu, dia juga kabur dari rumah dan menghilang entah kemana.

Hari-hariku berlalu sepi. Tak ada omelan, cercaan, dan pukulan Kacchan yang telah membuatku candu.

Hingga kabar baik datang. Aku dan ibuku pindah keluar kota karena pekerjaan beliau. Semenjak ibu menjadi orang tua tunggal, kami sering berpindah-pindah tempat tinggal.

Mendaftar ke sekolah baru di kelas sebelas. Aku mendapat kejutan istimewa. Kacchan ada di sana. Duduk malas di atas kursi. Ia nampak terkejut melihat aku memperkenalkan diri di depan kelas. Hanya sejenak dan kembali menenggelamkan wajah ke dalam lipatan tangan di atas meja.

Scum Season 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang