BAB 4

169 15 4
                                    

"Deku!"

Manik hijau zamrud membola mendengar suara bariton meneriaki namanya dengan nada khawatir.

Kacchan ...

Hati lelaki hijau berdesir bahagia bercampur bersama perasaan lega yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata.

"Deku, aku di sini!" Suara itu semakin mendekat bersamaan dengan tangan kokoh memeluknya erat.

Izuku ingin memandang alpha tercinta, namun penglihatannya yang mengabur dan menggelap menghalangi. Rasa sakit di sekujur tubuh tak mampu lagi ditahannya.

Namun pasti, meski samar, dia dapat mendengar nada sedih Katsuki mengalun lembut, "Deku, Deku, kau dengar aku?"

Katsuki melepas rantai yang membelenggu omeganya, dengan hati-hati menggendong sosok rapuh yang kini memejamkan mata. Tak lupa membalut tubuh ringkih Izuku dengan selimut putih yang ternodai oleh bercak darah.

"Tidak apa-apa, aku di sini, bersamamu ..." bisik Katsuki di telinga Izuku. Coba menyampaikan mantra penenang meski ia sendiri tak tahu apakah Deku-nya dapat mendengarnya atau tidak.

Tungkai kaki alpha pirang melangkah panjang melewati Shinsou yang terkapar tak sadarkan diri. Darah mengucur hebat dari kulitnya, cukup untuk menumbangkan alpha kurang ajar yang telah berani menyentuh bahkan menyakiti milik Katsuki.

***

Langit musim semi menyapa ramah setiap orang yang mau meluangkan waktu untuk menyaksikan kehangatannya. Biru cerah menjadi naungan alami merah muda bunga sakura yang bermekaran menghias jalanan dan taman-taman kota.

Katsuki dan Yagi Toshinari duduk bersisian di salah satu kursi panjang taman rumah sakit. Mengeluarkan permen tongkat merah putih dari mulutnya, mulut Katsuki terbuka untuk berkata, "katakan sesuatu atau aku akan kembali ke kamar omegaku."

"Kasar sekali," protes mantan atasan Katsuki, mertuanya—secara tidak langsung— Lewat ekor mata, pria tua melirik Katsuki mengerutkan kening semakin dalam.

Katsuki menjilat permen tongkat merah putih, pengganti nikotin yang telah membuatnya kecanduan selama bertahun-tahun. "Dua menit. Aku menyia-nyiakan waktuku hanya untuk menunggu ceramah lelaki tua renta sepertimu."

Yagi mendengkus. Merilekskan punggung dengan bersandar ke sandaran kursi. "Yah, tentang hal-hal yang terjadi. Sejujurnya aku ingin menghajarmu dan mencabik-cantik dagingmu namun ..." ada jeda sebentar. Yagi selalu menyalahkan Katsuki atas kematian Inko, ibu dari seorang omega yang telah ia anggap seperti anak sendiri. Menyalahkan Katsuki atas melayangnya banyak nyawa, kerugian besar, dan penderitaan Deku. Semua salah Katsuki, namun ... "Aku juga menyalahkan diriku sendiri karena telah terlibat dan membiarkan Izuku memilih alpha bodoh, bajingan ini." Lanjutnya bersamaan ibu jari menunjuk remeh Katsuki.

"Jadi," Yagi menghela napas, " Aku tidak akan ikut campur urusan rumah tangga kalian, namun aku berpesan agar kau tidak pernah menyakiti Izuku. Jika aku mendapati Izuku menangis, sedih, dan menderita karena kebrengsekanmu, maka kau tahu apa yang bisa aku lakukan."

Memisahkan Deku dari Kacchan, seperti yang ia rencanakan sebelum Izuku dengan bangga menunjukkan gigitan kawinnya, "ayah, Kacchan telah menjadikan aku mate nya. Kami bahkan akan menikah secepat yang kami bisa!" Kalau bukan karena senyuman malaikat sehangat sinar mentari itu, Yagi pasti telah memenggal kepala Katsuki.

Katsuki dihujani petuah dan ceramah panjang lebar Yagi. Untung saja permen tongkat di mulutnya bisa mengurangi sedikit rasa bosan dan gatal untuk mengumpat dan bersumpah.

"Aku dan Deku akan menjadi orang tua—"

"Apa?!" Rahang Yagi merosot tajam. Manik biru membelalak sempurna. "S-sejak kapan? Bagaimana bisa?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Scum Season 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang