chapter 07 : his life

8.4K 499 52
                                    


"He was born to stand out."

༺❀༻

Berlin mengunci pintu perpustakaan ketika jam telah menunjukkan pukul lima sore, dia membalikkan tubuh untuk segera beranjak dari sana, bertepatan dengan itu Milan dan Tiffany tertangkap dalam pandangannya.

Berlin memperhatikan kedua orang itu untuk beberapa saat, di sana Milan tengah mengikat rambut Tiffany yang sempat digerai. Berlin menipiskan bibir sembari menghela pelan, ingatannya kembali ke sore kemarin-tepatnya ketika Milan mengajak gadis itu untuk pulang bersama-namun hari ini lelaki itu kembali bersikap seolah-olah mereka tidak saling mengenal.

"Milan itu friendly jadi jangan coba-coba pake perasaan kalau sama dia," celetuk seseorang di belakang membuat Berlin sontak membalikkan tubuhnya.

"Lo sejak kapan?" tanya Berlin.

"Sejak Tahun kemerdekaan, mungkin?"

Berlin mendengus, "susah ngomong sama manusia jaman megantropus," ucap Berlin lalu segera beranjak dari tempatnya.

"Jam segini kok belum balik, Lin?" tanya lelaki itu sembari mengikuti langkah Berlin.

"Bosen di rumah." Berlin menoleh, "lo sendiri, Ga, ngapain masih di sekolah?" tanyanya.

"Nunggu hujan reda, kalau lo setelah ini mau langsung pulang atau gimana?" tanya Raga.

"Iya, tapi mau balikin kunci perpus dulu ke Satpam," ucap Berlin.

Raga manggut kecil, "mau bareng gak?" tanya Raga yang mendapatkan gelengan dari Berlin.

"Gak usah, Ga, lo duluan aja, masih hujan juga paling gue mau nunggu sampe reda," ucap gadis itu.

"Gapapa nunggu sendirian?" tanya Raga memastikan.

Berlin mengangguk, kemudian Raga kembali berujar, "oke deh, tapi jangan kesorean, denger-denger sekolah ini berhantu."

"Sembarangan." Berlin meninju lengan Raga pelan.

Raga terkekeh, "duluan, Lin." Berlin melambaikan tangan ketika Raga berlari menuju motornya yang terparkir.f

Berlin menjatuhkan pandangannya terhadap genangan air dari sisa hujan tadi, gadis itu menghembuskan napas berulang kali kemudian dia kembali mendongak ke tempat parkir yang dimana motor Milan masih terparkir di sana.

"Punten Neng, saya mau ambil kunci perpustakaan yang kata Mrs. Jola ada di Neng Berlin ya?" tanya Satpam yang baru saja tiba.

Berlin mengangguk, "iya, Pak, kebetulan tadi saya mau ke Pos, ini ya Pak kuncinya." Berlin menyerahkan kunci tersebut kepada Satpam.

MILAN [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang