Chapter 11

137 17 30
                                    

Hari ini cuaca di kota Seoul benar benar sedang memasuki musim dingin. Jadi hari ini sangat dingin. Di kediaman keluarga Choi, sekarang mereka semua berkumpul. Ada Rose juga di rumah si twins Choi.

Entah hari ini kenapa, terlihat Haruto di kamarnya yang tidak bisa mengendalikan nafsunya. Haruto benci musim dingin. Haruto selalu berharap tidak bertemu lagi di musim dingin. Seketika ingatannya saat ia umur 7 tahun dulu kembali terputar.

Dimana saat dirinya di siksa habis habisan bahkan di kurung di gudang yang cukup gelap tepatnya di musim dingin. Haruto juga bukan cuman di kurung, tapi dirinya di cambuk berkali kali sampai Haruto benar benar tak berdaya.

Haruto meremat kuat dadanya. Ia sontak berjalan terpapah keluar kamar. Terlihat Yoshi, Mashiho, Asahi, Hyunsuk dan Jihoon ada di ruang tengah sedang bermain dengan baby Jeongwoo sedangkan Rose tengah memasak di dapur.

Haruto terus berbisik memanggil Asahi, meminta bantuan pada lelaki jepang bersurai blonde itu. Namun jarak mereka terlalu jauh? Jadi bagaimana Asahi bisa mendengarnya?

Tapi sesuai feeling.

"Kenapa, asa?" Tanya Rose yang baru kembali dari dapur.

Asahi terdiam sejenak.

"Ini musim dingin. Yoshi, Mashi. Kalian ingat sesuatu?" Tanya Asahi pada kedua sepupunya.

"Musim dingin ya mu--HARU!" Ucapn Yoshi terpotong saat dirinya tidak sengaja menoleh ke belakang dan mendapati Haruto yang terduduk di pintu kamarnya sambil memegang kuat dadanya.

"HARU!"

J-line itu menghampiri Haruto dan memapah Haruto, membawa Haruto duduk di sofa. Asahi menggosok gosokkan kedua telapak tangannya, dan ia tempelkan ke tangan Haruto guna mengurangi rasa dingin.

Haruto terus meremat kuat dadanya. Ingatan itu tidak mau hilang. Mashiho dengan terpaksa menarik keras tangan Haruto agar tidak meremat dadanya.

"Haru tenang!" Ucap Mashiho agak sedikit menaikkan nada suaranya.

"G-gelap, j-jangan hiks..."

Yoshi menggeleng. "Tidak Haru, kau aman disini. Haru dengar kakak kan? Jawab kakak Haru!" Yoshi mengguncangkan tubuh Haruto namun anak itu tidak mau menjawab dan tetap diam lagi lagi meremat kuat dadanya.

Rose juga terlihat bingung ada apa? Sama halnya dengan si twins Choi. Jeongwoo mengedipkan mata bulatnya beberapa kali. Ia memberontak turun dari pangkuan Rose dan berjalan menghampiri Haruto. Susah payah Jeongwoo berusaha naik ke pangkuan Haruto, namu gagal karena kakinya pendek. Hyunsuk lantas membantu menaikkan Jeongwoo kepangkuan Haruto.

Jeongwoo meraih tangan Haruto dan menggenggam nya dengan tangan yang lebih kecil dari Haruto. Balita tersebut mengelus elus lembut dada Haruto. Anehnya, Haruto sedikit tenang sekarang. Tubuh bergetar nya mulai bisa di ajak kerjasama.

"Taaa nan kittt antii jee cedihh" ucap Jeongwoo sembari tak henti mengelus dada Haruto.

Ngomong ngomong, Jeongwoo sudah agak lancar bicara karena kemarin seharian di rumah sakit Haruto mengajaknya bicara, tentu juga mengajari nya bicara agar lebih fasih.

J-line tersenyum mendengar ucapan Jeongwoo begitupula Rose dan si twins Choi.

"Taaa loww kittt antii jee cedihh, taaa nyum. Yall anteng" ucap Jeongwoo lagi.

Entah apa yang membuat Haruto tersenyum. Ia benar benar tersenyum sekarang. Apa, Jeongwoo obat dari segala lukanya? Apakah ini hanya kebetulan?

"Naahhh taaa nyumm liatan anteng nya. Tayak jeee hihi~" bocah itu terkikik geli saat mendengar ucapannya barusan.

Sebuah Kenangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang