Sebelum kalian membaca cerita ini apakah kalian sudah sholat? jika belum segera sholat dulu ya, mari kita sama-sama berjalan menuju ridho-Nya Allah, jangan hanya karena kalian mau membaca cerita ini sehingga menunda waktu kalian untuk sholat. Jangan yaaa kakak kakak❤️
🌼Happy Reading🌼
🌸🌸🌸
Kringgggg......
04.00 WIB
"Eughh.., jam berapa sih ah berisik banget!." ucap seorang gadis sedikit menggerutu. Ia lalu mematikan alarm dari jam weker tersebut.
"Astaghfirullah ya Allah ya Allah ya Allah hiks hiks, huaaaaa Astaghfirullahhaladzim ya Allah apa Engkau marah kepadaku ya Allah? kenapa Engkau tidak membangunkan aku untuk sholat tahajjud? apakah kemarin aku melakukan dosa yang membuatMu marah? Huaaaaa umiiii hiks hiks hiks". Teriak Acha menggemparkan seisi rumah dikala hari masih petang.
Dengan tergopoh-gopoh Umi Hanum berlari setelah mendengar teriakan anaknya, "Ada apa Cha? kenapa? eh eh eh kok nangis sih?" cecar Umi Hanum.
"Huaaa umiii" sambil memeluk uminya yang kebingungan. " Ada apa sayang? hm kenapa nangis? Ada yang sakit?" Tanya Umi yang dibalas gelengan kepala oleg Acha.
"Enggak umi"
"Ya terus kenapa?" tanya umi Hanum.
"Acha nggak sholat tahajjud umi, Acha nggak bangun buat sholat malam. Kenapa Allah nggak bangunin Acha umiii? Apa Allah marah sama Acha umi? Apa hari ini Acha buat Allah kecewa sama Acha umi?" ucap Acha sembari mengusap air matanya.
Gadis 18 tahun itu memang sekalipun tidak pernah meninggalkan sholat tahajjud selain pada saat haid. Namun jika dia sedang menstruasi, maka dia akan berdzikir di waktu-waktu qiyamul lail.
"Udah, udah cukup jangan nangis ya sayangnya Umi" Ucap Umi sambil memeluk Acha yang masih sesenggukan.
"Kenapa ini? kok Abba denger Acha teriak-teriak? Masih malam juga." Abba yang tiba-tiba datang membuat Acha semakin terisak. "Huaaaaa umiiiii" Dengan suara yang parau, Acha semakin menenggelamkan wajahnya ke dada Umi.
"Acha nggak bangun tahajjud Ba, makanya dia nangis". Ucap Umi menjelaskan.
"Ma sya Allah Tabarakallah Ya Allah, Alhamdulillah Ya Allah." seru Abba sembari mendekati Acha. "Ih Abba kok malah bersyukur sih Acha nggak sholat tahajjud? Abba seneng ya kalau Allah marah sama Acha? Abba nggak sayang ya sama Acha ya?" tatapan sinis Acha ke Abbanya dibalas kekehan "Ma sya Allah anak Abba ini udah besar ya, sini deketan ke Abba" pinta Abba kepada Acha.
"Nggak, Abba jahat, masa Acha diketawain".
"Sini dulu sayang" Suara lembt Abba membuat Acha menurut.
"Kamu tahu kenapa Abba mengucap syukur kepada Allah?" tanya Abba yang dibalas gelengan oleh Acha.
"Karena Abba mendapatkan hadiah yang sangat luar biasa istimewa. Acha sayang, kamu adalah hadiah luar biasa yang Allah berikan kepada Abba. Begitu cintanya kamu sama Allah, sampai kamu nangis sesenggukan hanya karena ketinggalan qiyamul lail". Ucap Abba sembari mengelus puncak kepala Acha.
Acha menatap Abbanya dengan tatapan sendu "Ba, Acha juga sangat bersyukur kepada Allah karena Allah memberikan Acha orang tua yang sangat luar biasa, Acha sangat bersyukur karena Abba dan Umi tak henti mengajak Acha untuk semakin dekat dengan Allah, Abba dan Umi selalu membawa Acha untuk semakin mengejar cintanya Allah. Ba, Mi, terimakasih banyak, Acha sayang kalian". Saat tengah asyik berpelukan tiba-tiba suara adzan Subuh berkumandang.
"Yaudah Acha siap-siap buat sholat Subuh ya, habis itu mandi terus turun kita sarapan bareng ya". Titah Umi yang dibalas anggukan oleh Acha. "Udah jangan nangis lagi, sekarang berdoa minta ampun sama Allah ya" ucap Abba, Acha hanya meng-iyakan.
Setelah kedua orangtuanya pergi dari kamar, Acha langsung bergegas mengambil wudhu dan tak lupa menunaikan sholat qobliyah subuh. "Allahu...Akbar" Acha mengangkat kedua tangannya dengan gemetar menahan tangis.
Setelah melaksanakan sholat Subuh, tak lupa Acha melantukan kalimat istighfar berulang kali dengan air mata yang terus menetes.
"Ya Allah, ampuni Acha Ya Allah. Acha minta maaf, Acha mungkin kemarin membuat kesalahan sehingga Engkau marah kepada Acha ya Allah. Ya Allah jangan hukum Acha, Acha nggak sengaja ya Allah. Acha janji deh nggak akan ngulangin kesalahan lagi. Tapi Allah jangan pernah ninggalin Acha ya, meskipun ada Abba dan Umi, Acha nggak bisa kalau nggak ada Allah. Ya Allah, jagalah hati Acha agar selalu mencintaiMu dan Rasulullah, jangan biarkan hati Acha yang kecil ini mencintai yang tidak halal bagiku. Aamiin". Setelah berdoa Acha merasa sedikit lega, bergegas ia mengambil Al-Qur'an dan langsung membaca Surah Al-Waqiah.
Sebenarnya Acha sudah hafal surah Al-Waqiah, karena dia adalah seorang hafidz Al-Qur'an, namun ia selalu membaca Al-Qur'an dan tak pernah melepaskannya, keculai pada saat muroja'ah.
Setelah selesai mengulang hafalan Qur'annya, Acha kemudian mandi dan bersiap untuk pergi kesekolah.
"Assalamualaikum Abba Umiii, sobahul khair".
"Waalaikumussalam sayang, sobahunnur" ucap Abba dan Umi bersamaan.
"Sini sarapan dulu, mau makan sama apa?" Tanya Umi.
"Acha mau makan nasi goreng aja Umi".
"Ini makan yang banyak yah" Ucap Umi sambil menyodorkan piring berisi nasi goreng dan telur mata sapi.
"Ay ay kapten" seru Acha sambil memberi tanda penghormatan kepada Umi.
"Oh ya Ba, Mi, nanti Acha pulang agak telat ya, soalnya nanti ada rapat Rohis. Boleh ya?" ucap Acha.
"Boleh sayang, tapi nanti pulangnya jangan terlalu sore ya, sama kalau pulang diusahain buat nggak dianter sama cowo, in sya Allah kalau Abba udah nggak sibuk nanti Abba yang jemput." Titah Abba yang dibalas anggukan kepala oleh Acha.
Abba memang sosok ayah yang sangat menjaga keluarga, serta tak henti menanamkan nilai-nilai islam dalam bahtera rumah tangganya sesuai dengan syariat Islam dan mengambil contoh dari kehidupan Rasulullah. Abba sangat lembut, namun keras jika sudah berurusan dengan agama, bahkan beliau tidak segan memukul anaknya jika tidak mau diajak untuk sholat atau sekedar mengaji bersama. Abba adalah laki-laki yang memang Acha jadikan acuan untuk mencari sosok pendamping suatu saat nanti. Acha sangat mengagumi Abbanya itu dan sangat bangga bisa terlahir dari keluarganya saat ini.
Begitu pula sosok Umi, perempuan yang kalem dan lemah lembut itu tak pernah sekalipun mengucapkan kalimat yang menyakiti hati Acha, apapun kesalahan yang dilakukan oleh Acha Umi tidak pernah memarahinya, Umi selalu memberikan nasehat yang selalu menyentuh hati Acha, sehingga ketika ia berusaha untuk mengkhianati Uminya, dia akan sangat merasa bersalah.
Umi, yang selalu menjadi support sistem dalam kehidupan Acha, yang selalu menuruti semua kemauan Acha jika memang hal itu baik untuknya."Yaudah Acha berangkat dulu ya Abba Umi. Assalamualaikum". pamit Acha sembari mencium tangan keduanya.
"Iya sayang hati-hati ya, waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh" ucap Abba dan Umi bersamaan.
Acha pergi ke sekolah dengan diantar oleh Pak Anto, karena sepeda motor yang biasa dikendarai oleh Acha sedang ada di bengkel.
" Pak terimakasih ya, nanti pulangnya nggak usah dijemput, soalnya Acha pulang telat, tadi udah bilang sama Abba sama Umi juga kok" ucap Acha kepada Pak Anton.
"Siap neng, hati-hati ya". sambil mengulas senyum kepada Acha yang dibalas senyuman pula oleh Acha.
Setelah melihat Acha memasuki gerbang sekolahnya, Pak Anton langsung menancapkan gas untuk kembali kerumah. Tugasnya hari ini adalah mengantar Acha sekolah dan Abba pergi kekantor.
"Bissmillah ya Allah, apapun yang akan terjadi padaku hari ini aku serahkan sepenuhnya kepadaMu, maka bantulah aku untuk bisa melewatinya dengan senyuman". Batin Acha saat hendak memasuki gerbang sekolahnya.
Keep fighting Acha, Allah selalu bersamamu kapanpun dan dimanapun.
🌸🌸🌸
Jangan lupa vote ya
salam hangat dari author❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Alshabila "Mengejar Cinta-Nya Allah"
Teen FictionCukup, bahkan sangat cukup. Meski hanya Engkau dan Rasulullah yang mencintaiku. Aku tak butuh cinta dari selainMu, aku tak perlu perhatian selain daripadaMu. Maka, cintailah aku seperti Engkau mencintai orang-orang yang mencintaiMu ~Alshabila Zahran...