12. Ke Kota

140K 839 2
                                    

Pagi sekali seorang wanita sudah mandi dan berpakaian rapi. Ia mengenakan hotpans jeans pendek dan dipadukan dengan baju lengan panjang bermotif bunga dengan memperlihatkan belahan dadanya. Ia juga menenteng tas jinjing berwarna hitam.

Melihat sekali lagi penampilannya di cermin untuk memastikan apakah sudah rapi atau belum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Melihat sekali lagi penampilannya di cermin untuk memastikan apakah sudah rapi atau belum.

Saat sudah memastikan penampilannya sudah rapi, ia segera keluar rumah menuju kediaman Damar.

Belum sempat mengetuk pintu rumahnya, seseorang telah membukanya dari dalam dan memunculkan seorang wanita muda yang tengah hamil 3 bulan. Memang perutnya belum kelihatan besar.

"Eh Anna, ada apa ya." Tanya Sintia saat melihat Anna ada di depan rumahnya. Benar, itu adalah Sintia, istri Damar.

"Mbak Sintia. Emm aku kesini mau manggil mas Damar."

Sintia kebingungan perihal Anna mencari suaminya.

Seakan paham, Anna pun menjelaskan niatnya untuk memanggil Damar.

"Aku udah janji mau ikut mas Damar ke kota, mbak hari ini. Sekedar mau refreshing mbak."

"Owalah, gitu ya. Maklum kamu kan dari kota, pasti sedikit asing sama suasana di sini kan." Ucap Sintia

"Bentar ya, An aku panggilin mas Damar dulu."

"Iya mbak."

"Duh, kok aku jadi merasa bersalah ya sama mbak Sintia. Kan sama aja apa yang aku lakuin sama mas Damar itu seperti selingkuh. Maafin aku mbak. Padahal mbak Sintia baik sama aku." Batin Anna bergejolak antara merasa bersalah kepada Sintia.

Lamunannya buyar ketika Damar sudah ada dihadapannya.

"Mas. Aku udah siap, kapan berangkat."

"Sekarang juga kita berangkat."

Damar pun berpamitan kepada istrinya. Walaupun ia tidak mencintainya tetapi Damar masih menghargai keberadaan Sintia.

Anna pun juga pamit kepada Sintia. Kemudian mereka berdua menuju pick up milik Damar. Di belakang baknya telah dimuat beberapa barang kerajinan kayu yang akan diantar ke pemesan yang ada di kota.

Damar langsung menyalakan mesin kendaraannya dan melajukan mobil pick up tersebut menuju toko mebel miliknya. Dia pun memberikan instruksi kepada para pekerjanya yang sama-sama akan berangkat dengan menggunakan kendaraan terpisah.

Setelah memberikan instruksi, tiga iringan mobil pick up itu pun melaju meninggalkan pedesaan dan membelah jalan untuk menuju kota.

Di sepanjang jalan, Anna hanya berdiam diri tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Apa mungkin Anna masih merasa bersalah?

Melihat Anna yang sedari tadi hanya diam dan menatap lurus ke depan melihat jalanan, Damar pun berinisiatif mengajaknya bicara.

"Anna, di kota nanti kamu mau ngapain."

PERAWAT ANNA (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang