Anna seorang perawat di kota besar diberi tugas menjadi perawat di sebuah desa. Di sana dia bertemu seorang laki-laki yang membuatnya jatuh cinta. Akan tetapi laki-laki tersebut sudah mempunyai seorang istri.
Bagaimana kisah Anna sang perawat. Apaka...
Seharian berada di hutan membuat Damar merasa cukup kelelahan. Pukul 18.30, Damar memutuskan untuk pulang ke rumah. Bukan tanpa alasan Damar ingin pulang ke rumah. Melainkan ada seorang gadis yang selalu menghantui pikirannya. Gadis itu tetangganya sendiri.
Sesampainya di rumah, Damar memutuskan istirahat sejenak sebelum memutuskan untuk membersihkan diri.
Pukul 20.00
Permisi
Tok, tok, tok
Baru saja selesai mandi, Damar mendengar suara pintu di ketuk.
Krieet...
Suara pintu terbuka dari dalam rumah. Memunculkan sosok Damar yang menjulang tinggi dengan tubuh berototnya tanpa memakai pakaian. Hanya handuk sebatas bawah lututnya saja yang ia kenakan. Rambut yang masih basah menetes ke leher hingga dadanya. Membuat pemandangan itu seolah terlihat erotis di depan sang tamu.
"Waah"
Ucap tamu yang ada di depannya ini, dengan tatapan yang kagum plus ada sedikit keterkejutan di wajahnya akibat melihat tampilan Damar seperti itu.
Damar pun tak kalah terkejut melihat tamu yang datang ke rumahnya malam ini. Betapa tidak terkejut. Tamu yang datang adalah seorang gadis dengan tampilan yang err seksi sekali.
Gadis itu memakai dress dengan belahan dada yang sangat terbuka. Hingga memperlihatkan daging belahannya menyembul keluar. Di tambah lagi gadis itu tidak mengenakan bra. Bagaimana Damar bisa tahu? Karena puting gadis itu menonjol dibalik dress yang ia kenakan.
Lekuk tubuhnya pun sangatlah indah, ditambah wajah polosnya tanpa mengenakan riasan. Rambut yang digerai menambah kesan kecantikan alami di diri gadis itu.
Damar mencoba terlihat biasa saja untuk menghilangkan rasa terkejut dan mengagumkan sekaligus yang tengah ia rasakan saat ini akibat tamu tak terduganya. Damar mengalihkan fokusnya pada gadis itu dan menanyakan perihal kedatangannya malam ini.
"Ada apa?" Tanyanya memecah keheningan yang terjadi diantara keduanya.
Tapi gadis yang ada di depannya ini tidak merespon sama sekali, hanya melihat Damar dengan mulut menganganya sejak tadi.
"Ada apa?" Tanya Damar sekali lagi. Untuk memecahkan fokus gadis itu.
"Anu kak, eh pak eh mas. I-iya mas ini saya mau mengembalikan mangkok bekas sop ayam yang di kasih sama mbak Sintia tadi sore". Jelas gadis itu terbata-bata.
"Oh". Hanya itu respon yang Damar kasih atas pernyataan gadis itu. Oh rupanya dia sudah kenal dengan Sintia istrinya dan sempat berbagi makanan juga.
"Aku gak di tawarin masuk dulu gitu". Ucap gadis itu.
Mendengar ucapnnya. Damar seolah gelagapan. Apakah gadis itu ingin masuk kerumahnya. Astaga ia belum siap ditambah lagi dia ingin meniduri adik yang ada di balik handuknya itu telah terbangun gara-gara selalu melihat belahan dada gadis yang ada di depannya ini ditambah lagi putingnya yang err menghoda. Damar benar-benar tidak sanggup lagi menahan gejolaknya saat ini ingin segera menuntaskannya.
"Kamu mau masuk". Tanya Damar memastikan.
"Eh gak kok mas. Kapan-kapan aja hehe". Mendengarnya Damar menjadi lega.
"Yasudah". Ucap Damar seadanya. Karena bingung harus menjawab apa lagi.
"Ini mangkoknya mas, bilangin ke mbak Sintia. Aku pulang dulu". Sepeninggalan gadis itu Damar segera menutup pintunya dan langsung saja ia ke kamar untuk menuntaskan hasrat yang sudah ditahannya dari tadi. Untung saja Sintia istrinya tidak ada di rumah. Dia sedang pergi ke rumah kedua orang tua untuk beberapa hari.
"Ahhh, shhh ahhh". Damar memulai ritual solonya sambil membayangkan gadis yang tengah membuatnya seperti ini.
"Siapa nama gadis itu sshhh ahhh benar-benar nikmat, apalagi kalau dia yang memberikan kenikmatan itu". Ucap Damar di sela-sela ritual solonya.
"Ahhh uuhh aahhhhhhhhh". Erangan panjang itu menandakan Damar telah mencapai puncak kenikmatannya.
"Melihat gadis itu lama-lama aku bisa gila". Monolognya
Iya bisa gila. Karena setiap hari akan melakukan solo pfft.
TBC.
Jangan lupa vote dan comment 😘
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
