04

11 2 1
                                    

"Mengapa semua orang ingin menyalakan api yang telah lama padam?"

•••

Berjalan dengan arah yang tak menentu, mengikuti naluri yang masih ada di akal sehatnya kilasan demi kilasan bayangan itu terus menghantuinya. Hati dan pikiran terus menerus bertengkar seolah olah takkan ada hari esok.

Langkah gadis itu pun berhenti disebuah danau yang cukup menenangkan, danau yang tenang diiringi kicauan burung yang begitu Indah. Entah apa yang dia pikirkan tetapi nalurinya lah yang membawa dirinya ke tempat ini.

"Apa yang harus kulakukan? semua tak bisa berubah sesuai yang aku inginkan" ucapnya dengan nada yang terlihat putus asa

"Terkadang aku berfikir jika aku mengakhiri semuanya, hal apa yang akan terlewatkan? Aku belum mengunjungi beberapa tempat yang Indah di dunia ini, Aku belum sempat mencoba beberapa jajanan yang enak selain roti gandum, aku bahkan belum mendapatkan kasih sayang yang takkan pernah ada. Sekalipun aku telah tiada dimuka bumi ini, apakah mereka akan bersuka rela membaginya dengan gadis yang begitu malang ini?"

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, ia lupa jira harus membereskan rumah dan memasak.

"Apa yang telah kau pikirkan abyera, kau selalu membuang waktumu dengan hayalanmu yang tak guna itu" ujar dirinya, abyera terus menggerutu mengapa ia sangat bodoh menghabiskan waktunya dengan sia sia.

•••

"Habis dari mana kau anak sialan? apakah para pemuasmu tak membiarkan kau pulang atau dirimulah yang tak ingin pulang karena telah terpuaskan?"

Baru saja dirinya mengambil nafas karena kelelahan berjalan jauh, tiba-tiba dirinya mendapat lontaran pertanyaan yang membuat dadanya kembali merasakan sesak.

"Maaf dad, abyer tadi mampir disebuah danau yang begitu ind-" ucapan abyera terpotong

"Saya tidak peduli! sekalipun kamu mati bukan jadi masalahku. Jadi berhentilah berbicara omong kosong, dan lakukan tugasmu sekarang!!!" ujar sang ayah dengan kasar.

Setelah mendengar sambutan yang begitu menyakitkan dari sang ayah, ia kemudian melakukan pekerjaan rumah yang selama ini ia kerjakan setiap harinya.

Jika kalian bertanya bukankah setiap rumah memiliki minimal 1 asisten yang bisa membantunya mengurus rumah, apalagi dari mereka yang memiliki kekuasaan yang tinggi? jawabannya TIDAK, tidak ada satupun yang membantunya mengurus rumah.

Abyera bergegas melakukan semua pekerjaan itu sendirian, mulai dari memasak hingga membereskan semua kamar yang ada dirinya sama sekali tidak mengeluh.

"Ayo semangat, ini semua takkan sulit jika kamu mengerjakannya dengan ikhlas, mengeluh tak ada gunanya" ucap abyera sembari menyemangati diri sendiri.

Waktu demi waktu, dirinya pun telah menyelesaikan semuanya.

"Huftt, lihatlah abyera jika kamu mengerjakannya tanpa memikirkan lelah akan semakin mudah dan cepat selesai"

"ABYERAAAAAA!!!!!!"

Baru saja dirinya beristirahatkan diri dengan tenang, namun terdengar suara teriakan dari arah ruang tengah, lebih tepatnya tempat sekeluarga berkumpul. Abyera langsung berlari menghampiri asal suara tersebut, dirinya melihat banyak sekali orang disana yang terlihat asing dimatanya.

Dirinya bingung, terlebih lagi melihat keluarganya tersenyum kearahnya.

'apa yang terjadi disini? apakah ini sebuah jawaban dari segala doaku, tuhan?' lirihnya dalam hati.

"Sini sayang, duduk dekat mommy" lagi lagi dirinya dibuat bingung terhadap sikap orang orang disini, tak seperti biasanya sang Ibu berkata dengan lembut seperti itu. Entah mengapa dirinya mempunyai firasat yang tak enak untuk itu.

"Mom, sebenarnya ada apa dengan semua ini? a-apa yang terjadi dan siapa mereka mom?" tanya abyera, dirinya seperti orang yang ling lung.

"Jadi gini sayang, mereka adalah teman masa sma mommy and daddy. Mereka datang kesini bertujuan ingin melamar putri dari keluarga kita."

degggg....

Pernyataan dari mommynya membuat dirinya jantung seakan berhenti berdetak, sekarang dirinya paham mengapa mommynya bersikap lembut kepadanya. Abyera benar-benar tak habis pikir dengan isi pikiran mereka.

"Mom, kalian taukan aku masih sekolah, apa yang akan orang-orang pikirkan tentangku" ucap abyera seraya memohon agar orang tuanya paham dengan perkataannya tadi.

"Abyer, kamu tidak perlu khawatir tentang hal itu semua akan kami urus dengan rapih, kamu hanya perlu menerima jadinya saja." ucap seorang wanita yang berada didepannya.

Abyera menundukkan kepalanya, ia rasa ingin menangis tetapi dirinya sedang berada ditekanan keluarganya. Sedari tadi orang orang menatapnya tajam seakan-akan mereka memaksa dirinya untuk menerima lamaran ini.

"Mom, dad kapan sih bisa ngertiin aku?" tanya abyera dengan nada yang bergetar, dirinya sedari tadi mati-matian menahan agar air matanya tak keluar, tetapi pertahanan itupun runtuh

"Kalian selalu memikirkan ego masing-masing tanpa memikirkan perasaanku sedikitpun, kalian memintaku untuk menerima semua ini tanpa memberitaukanku terlebih dahulu."

"Kalian anggap aku apa, mom dad?" lirih abyera, dia menatap tanya kepada kedua orang tuanya.

"Bang? kak?" dia juga menatap tanya kedua saudaranya.

"BISAKAH KALIAN MENJAWAB PERTANYAANKU? A-APAKAH AKU TAK BERHAK MENGUTARAKAN SEMUA PERTANYAAN YANG BERADA DIKEPALAKU?"

"Aku selalu mencoba untuk mengikuti semua kemauan kalian, apakah kalian tak sadar akan hal itu?" ucap abyera.

Dia menundukkan badannya didepan kedua orang tuanya, mengangkat kedua tangannya seraya memohon dengan air mata yang mengalir terus menerus tanpa henti, bahkan seluruh wajahnya memerah.

'Oh god, mengapa dia terlihat menggemaskan dengan wajah yang memerah itu' batin seseorang disebrang sana








Hi cingguu, seperti biasa aku updatenya lama bgt soalnya gada ide buat lanjutin. Ni bagi kalian yang ga ngerti alurnya, semangat ya! aku juga ga ngerti dengan alur yang aku buat sendiri hehe...


see ya all :)

ILUSSION (slow update!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang