Kini di dalam kereta kuda milik kediaman Duke Horte diisi oleh Vainas sang Duke Horte dan Tatiana sebagai Duchess Horte. Mereka hanya diam di dalam kereta membuat suasana dingin membekukan obrolan mereka.
Tatiana lebih memilih melihat keluar jendela kereta yang terlihat sedikit berembun karena dinginnya suhu. Akhir-akhir musim dingin membuat es mulai mencair sudah banyak pejalan kaki di arena jalanan dibandingkan saat dirinya mengunjungi istana minggu lalu.
"Maaf merepotkanmu," Vainas tiba-tiba berkata demikian.
Tatiana langsung menoleh ke arah pria itu, Vainas tak menatapnya. Pria itu terlihat sedang merapikan lengan bajunya yang terlihat baik-baik saja dimana Tatiana.
"Anda tak perlu berkata seperti itu tuan Duke, sudah kewajiban saya." Jawab Tatiana setelah terdiam sejenak.
Vainas menatapnya. Kali ini Tatiana dapat dengan jelas melihat kedua pupil mata Vainas yang terlihat jernih tak seperti bulan lalu seperti zombie. "Sepertinya akan lebih baik jika kau memanggilku dengan nama depan." Vainas berkata sambil menopang dagunya.
Tatiana tertegun kaget, "tapi, bagaimana bisa saya melakukannya," jawab Tatiana mencari-cari alasan.
Tak ada untungnya juga kalau aku memanggilmu Vainas, sayang, sampai suamiku sekalipun, batinnya dengan wajah jutek.
"Ini akan lebih memudahkanmu saat bertemu dengan raja dan ratu nantinya," kata Vainas dengan santainya.
Seakan berat hati Tatiana menelan ludahnya. Saat ini sudah pasti Vainas menyuruhnya untuk memanggilnya dengan nama. Seakan sedang uji coba apakah dirinya bisa memanggil namanya dengan lancar.
"Va.. Vainas!" Panggil Tatiana.
Vainas mengangguk, "tolong panggil aku seperti itu saat bertemu raja dan kedepannya."
"Apa? Saya tidak mun-"
"Aku tidak menerima penolakan," potong Vainas dengan nada tegas.
Tatiana dibuat terdiam begitu mendengar Vainas dengan suara jelas memotong kalimat penolakannya. Tatiana sampai dibuat mengigit bibir saking kagetnya melihat Vainas yang seakan sembuh total dari masa galaunya.
Selagi suami istri itu sibuk di dalam kereta sana kereta yang mereka tumpangi sudah memasuki arena istana. Istana megah berwarna putih tulang yang terlihat sangat indah walaupun dibawah musim dingin dan hamparan salju yang mulai mencair.
Tatiana mendadak terdiam matanya kini kembali menatap ke arah labirin bunga mawar. Saat dirinya dengan susah payah mengejar Rue Martin namun gagal karena kehilangan jejaknya begitu saja.
Huh~ aku harap saat itu aku bisa menghentikannya walaupun harus menjambak rambut putih si Rue itu, batin Tatiana terlihat sedih.
Kereta kuda berhenti tepat di depan tangga menuju pintu utama istana raja. Mereka berdua turun dari kereta. Vainas lah yang terlebih dahulu turun kemudian menjulurkan tangannya saat Tatiana turun dari dalam kereta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Setelah Akhir [On Going]
Fantasy[MARI FOLLOW SEBELUM BACA] ✨Bukan Novel Terjemahan✨ FANTASI STORY 🙏Typo sebanyak dosa Malin Kundang Akhir yang bahagia kedua pasang kekasih yang selama ini menjalani hubungan mereka dengan penuh rintangan akhirnya berakhir manis. Para pemeran uta...