Lampung, 25 Juli 2018
Hai, J
Shen membenci Ramzi. Shen membenci berada di satu kelas bersama bocah-bocah idiot kelas 1 SMP yang hobi merundung. Yang gaya selangit tapi kelakuan lebih buruk daripada babi.
Shen kira pindah ke SMP akan jauh dari para bajingan kecil yang dulu pernah satu SD. Yang penuh teriakan nama orang tua. Celaan. Hina.
Tapi ternyata jenjang SMP lebih parah. Lebih banyak anak nakal yang dibiarkan berkeliaran begitu saja. Lebih banyak spanduk "anti bully" terkesan bacot.
Dan guru BK tidak pantas dijadikan tempat konsul yang aman. Alhasil anak yang tidak dewasa seperti kami akan lakukan segala cara untuk balas dendam.
Shen hanya mau bantu para korban.
Shen bukan korban bully, setidaknya sebelum Ramzi nyebar fitnah kalau Shen itu——
"Shen itu lesbi, ya!"
Dan satu kelas tertawa seraya menampakkan wajah jijik menghina mereka yang lebih jelek daripada wajah bulldog.
"Najis!"
"Apa iya?!"
"Dia bilang suka Sarah!"
Shen sebatas melotot waktu Ramzi bilang begitu. Tapi yang terakhir dia tidak salah.
Sebut aja Shen stalker. Dari awal masuk kelas Shen memang memperhatikan Sarah. Waktu dia ngobrol dengan teman-temannya, waktu dia memberantas habis pertanyaan guru—apapun itu.
"Sarah itu menel, ya? Kaya lonte, caper banget." Tiba-tiba Vidia bisik begitu.
Selalu ada perbedaan antara kagum dan iri. Menurut Shen, Sarah itu keren. Apapun yang dia impikan seolah ada keajaiban yang menuruti kemauannya. Seolah selalu ada support di semua tindakan, bahkan kalau salah sekali pun.
Pasti murid kesayangan guru. Apalagi kalau bukan karena rajin dan pintar?
Kenapa bisa? Kenapa bisa seberuntung itu?
Sedari tadi Shen selalu bertanya begitu, sebelum kepergok pendapat iri Vidia.
Bukan salah Sarah dia punya segalanya. Bukan salahnya dianggap manusia. Shen yang salah karena sempat ada rasa keirian.
Karena Sarah punya apapun yang Shen ingin punya juga.
Shen juga mau dianggap jadi manusia. Tapi, Shen lebih setuju;
Rasanya, semua orang susah untuk sekedar menganggap mu manusia ...
... jika dirimu memang payah.
Jadi, Shen jawab——
"Nggak. Shen suka Sarah."
Dan dari situ lah Ramzi tidak sengaja mendengar. Semuanya jadi kesalahpahaman.
Sakit, ya.
Yang terakhir Shen lihat sebelum keluar kelas adalah ekspresi Sarah yang—entah itu kaget, takut, malu, atau khawatir. Dan Shen balas menatap seakan ingin membunuh saat itu juga.
Bagaimana Shen ingin dianggap manusia?
Kalau ternyata benci spesies mereka.