Mata Lisa udah bengkak, dia udah gatau harus gimana lagi, hampir seharian ini dia nangis gak jelas.
Hiks —
Dia ambil tisu lagi, terus merenung sebentar, " Ah, bodoh banget sih Lisa. " Dia merengek kembali terus mengambil ponselnya dengan kesal.
Lisa mencari nomor seseorang dan langsung menelponnya saat itu juga.
" Iya, Lisa ? "
Akhirnya panggilan itu dijawab.
" The worst idea i ever do. "
" Loh, kenapa ? " Seseorang bertanya khawatir, Lisa menelponnya dan langsung mengatakan hal seperti itu.
" Idemu, kak. " Lisa menggerutu gak suka. Sebenarnya Lisa gak ingin menjauhi Ruby. Namun seseorang menyarankannya untuk bermain tarik-ulur, katanya cara ini cukup ampuh untuk memikat cowok dingin gitu, tapi kayanya cara itu gak mempan ke Ruby.
" Loh, bukannya berhasil, ya ? Aku nyoba ke Jeffrey bisa kok. " Orang itu menyahuti Lisa, sejauh ini ide yang dia sarankan selalu berhasil. Lalu, kenapa malah Lisa mengeluh ? Aneh banget.
" Berhasil ? Engga! Ruby malah diem kaya orang bego. Kalau udah kaya gini, kan aku gak berani deketin Ruby lagi. " Lisa merengek, dia masih suka sama Ruby, dia masih ingin mengejar Ruby dan mendapatkan hatinya. Tapi melihat tindakan heroiknya di bioskop itu, Lisa gak berani mendekati Ruby kembali.
" Seriusan ? Ruby normal, kan ? "
" Tentu saja normal. Bahkan dia menciumku di bioskop tadi. " Lisa gak sengaja cerita soal ciumannya bersama Ruby.
" Wait! Dia menciummu ? Demi Tuhan! Dia suka kamu, bodoh. " Perempuan itu berteriak di telepon, kaget bercampur senang karena Lisa sudah mencapai level tersebut.
" Itu aneh. Dia menciumku dan mengajakku untuk berpacaran. Hei! Itu aneh dan gak romantis sama sekali. " Lisa masih gak terima, dia sangat sadar waktu Ruby mengajaknya pacaran, dan saat pria itu mencium bibirnya. Hanya saja — Lisa terlalu takut Ruby hanya mempermainkannya atau mengasihaninya.
" Lalu, apa yang kau inginkan sekarang, Lisa ? Aku sudah membantumu sedikit, kan ? Aku memberikan tips yang mungkin bisa kau lakukan. "
Lisa menghela nafas panjang, " Aku bingung, kak. Apa yang harus aku lakukan ? " Dia bertanya. Dia benar-benar bingung.
Perempuan di seberang telpon diam, seolah-olah memikirkan sesuatu, " Heum, apa kau mau mengujinya ? Maksudku begini, jika dia beneran menyukaimu maka dia akan mengejarmu kembali. " Dia menerangkan.
" Maksudnya, kak ? "
" Kau harus cuek, Lalisa. Saat ini biarkan dia mengejarmu. "
Lisa memainkan jari-jari tangannya di sarung bantal, " Bagaimana jika dia tidak mengejarku kembali ? " Dia bertanya ragu, dia gatau apakah Ruby akan melakukan itu atau engga. Entahlah —
" Artinya kau harus berhenti, Lisa. Terkadang cinta harus menyakitkan. Dan, cinta itu harus datang dari dua orang, bukan dari satu orang saja. Sekarang tugasmu hanya menunggunya datang dan mengejarmu. Jika dia tidak melakukan itu, maka kamu harus melupakannya dan berhenti mengharapkannya. "
Lisa tersenyum, perempuan satu ini memang sangat layak mengambil jurusan psikologi, dia sangat ahli menenangkan hati Lisa, dan memperbaiki moodnya.
" Makasih kak Soraya. " Lisa mengatakannya dengan bahagia, dan mematikan ponselnya tanpa menunggu balasan dari gadis tersebut.
Di lain sisi, Ruby sudah ada di kamarnya, matanya menatap kosong ke langit-langit kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLICK ON YOU
Romance° JENLISA'S STORY ° GENDER BENDER ° ABSOLUTELY ▪︎ JENTOP ▪︎ and ▪︎LISBOTT ▪︎