Awal dari Suatu Obsesi

2 0 0
                                    

Perih dan pusing. Itulah yang dirasakan anak laki-laki itu setelah beberapa jam tidak sadarkan diri. Ia terbangun di atas ranjang UKS, ia menengok ke kanan-kirinya tapi nihil, tidak ada siapapun yang berada di ruangan ini selain dirinya.

Tak selang beberapa menit, seorang gadis dengan seragam training-nya itu memasuki ruangan. Di tangannya terdapat beberapa makanan ringan dan sekotak susu.

"Apa kau sudah terbangun?" tanya gadis itu. Ia melihat anak laki-laki yang menjadi korbannya itu tengah terduduk di atas ranjang UKS, ia rasa pertanyaannya sudah terjawab tanpa diberitahu sekalipun.

"Apa kau merasa pusing? Apa ada yang perlu kubantu?? Aku minta maaf atas apa yang telah terjadi, aku merasa bersalah telah membuatmu jadi begini," tanya gadis itu diselingi dengan permintaan maafnya. Ia memberikan makanan ringan dan sekotak susu itu kepada remaja laki-laki di depannya. "Tolong dimakan ya, ini sebagai permintaan maafku," lanjutnya.

"Tidak apa, aku juga sudah merasa baikan. Dan ... terimakasih atas makanannya," jawab anak laki-laki itu sembari membuka bungkus makanan di tangannya kemudian melahapnya.

"Hmm, ngomong-ngomong kita ini seangkatan tau. Kamu anak kelas 12, 'kan?" tanya gadis itu setelah melihat bet di lengan kiri anak laki-laki itu.

"Iya," jawabnya singkat kemudian melahap kembali makanannya.

"Siapa namamu? Aku Naira Avicenna dari kelas 12 Ipa 2, salam kenal ya," ucap Naira. Ia merebahkan seringainya, membuat jantung anak laki-laki itu berdegup kencang.

Entah apakah ini karena efek hantaman bola itu atau memang dirinya yang jatuh pada pandangan pertama pada gadis ini. Netranya tak berhentinya memandangi kecantikan Naira.

Naira terheran saat melihat anak laki-laki di depannya itu terdiam mematung. "Halo?? Apa kamu melamun?" tanya Naira sembari melambai-lambaikan tangannya ke wajah anak laki-laki itu.

Panggilan Naira sontak membuat anak laki-laki itu tersadar. "Ah, iya? Ada apa??" tanya anak laki-laki itu kebingungan, seperti orang linglung.

Naira menggeleng-gelengkan kepalanya terheran. Ia terkekeh, seperti ada sesuatu yang menggelitiki perutnya. "Sepertinya aku benar-benar membuat anak orang jadi gegar otak," tungkasnya.

Tidak selang beberapa menit setelahnya, bel masuk pelajaran pun berdering. Naira beranjak dari duduknya dan bergegas menuju ruang kelasnya.

"Kelas udah mulai nih, aku pamit dulu ya! Kalo ada perlu apa-apa kamu bisa minta tolong ke penjaga UKS. Sekarang dia lagi di kamar mandi. Mungkin, sebentar lagi dia akan balik lagi ke sini. Bye bye ~" pamit Naira. Namun, belum sempat ia membuka pintu UKS, anak laki-laki itu menahannya.

"Tunggu, Naira!! Namaku Raizen Zedekiah, kelas 12 ips 3," ungkap Raizen diiringi oleh senyumannya.

Naira pun membalas senyuman itu. "Kalau begitu, salam kenal ya, Raizen. Nanti setelah pulang sekolah aku balik lagi ke sini untuk memastikan kondisimu. Jadi, kamu istirahat aja dulu di sini ya, daah!" ucapnya sembari melambaikan tangannya.

Sebelum Naira benar-benar pergi, Raizen melontarkan kata-kata yang terlintas di dalam pikirannya. Ia tidak mengetahui apakah Naira mendengarnya atau tidak.

"Naira, kamu sangat cantik."

Beberapa menit setelah kepergian Naira, suasana di ruang UKS itu kembali menjadi sepi. Berbanding terbalik dengan hal tersebut, jantung Raizen berdegup dengan sangat kencang, pipinya terasa panas. Untuk sekarang, pikirannya benar-benar terasa sangat riuh hingga membuatnya benar-benar gila.

Raizen merasa terheran dengan dirinya sendiri. Pasalnya, ia tak pernah menunjukkan reaksi apapun ketika melihat perempuan cantik di dekatnya. Namun, kali ini sangat berbeda. Kecantikan Naira memilih pesona tersendiri bagi Raizen. Dan untuk pertama kalinya, ia merasakan indahnya jatuh cinta.

The Regrets ; Kepercayaan yang Telah HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang