three

265 51 3
                                    

"Yoonbin!"

Lagi dan lagi, Yedam selalu saja bisa menemukannya, bahkan di saat sekarang Yoonbin sedang ingin merokok sendirian dengan tenang.

Yoonbin bergegas melepaskan earphone yang masih menempel di telinganya, karena menurutnya tidak sopan berbicara dengan orang lain jika benda itu tetap menyala, meskipun dia sendiri tidak mengharapkan kehadiran Yedam.

"Ngapain lu di sini?"

Sengaja tidak menjawab, Yedam menunjuk sebatang rokok yang terdapat di antara kedua jari Yoonbin. "Kalo ngerokok, nanti cepet mati."

Begitu katanya dengan polos hingga Yoonbin menatapnya aneh. "Kalo nggak ngerokok juga bakal mati."

Yoonbin sebenarnya bukan perokok berat, dia hanya sesekali merokok untuk menghilangkan stres. Tapi tidak bisa dipungkiri kalau rokok menjadi salah satu ketergantungan baginya akhir-akhir ini, karena hampir setiap hari dia menyulut satu demi satu batang rokoknya.

Di luar dugaan, tangan kanan Yedam tiba-tiba meraih bungkus rokok miliknya yang tergeletak di meja, tepat di sebelah asbak. "Jadi pengen nyoba, deh."

Yoonbin berdecak, tanpa ragu langsung merebutnya kembali. "Jangan macem-macem."

Yedam mendengus. "Kenapa?"

"Nggak boleh." tegas Yoonbin, dan langsung mengamankan bungkus rokoknya ke dalam tas.

"Iya, tapi kenapa?" desak Yedam.

"Kalo gue bilang nggak, ya berarti nggak." Yoonbin mengubah posisi duduknya menjadi lebih tegap, menatap Yedam yang sedang menatapnya balik. "Susah kalo lu udah mulai ngerokok, nanti jadi kecanduan."

Yedam belum pernah merokok, jadi dia tidak tahu seberapa susahnya berhenti merokok. Sebenarnya dia tidak masalah kalau Yoonbin mau merokok, tapi kan kasihan paru-parunya.

Yedam hanya takut kalau nyawa Yoonbin akan ikut keluar juga lewat mulutnya. "Yaudah kalo gue nggak boleh nyobain, lu juga harus matiin rokoknya."

"Dih?" Respon itu cukup untuk membuat Yoonbin kembali mengapit puntung rokok di antara bibirnya tanpa menghiraukan ucapan Yedam.

"Menurut WHO, 40 persen perokok di dunia meninggal karena penyakit paru-paru."

Yoonbin mengangguk-angguk, masih santai menikmati rokoknya sambil mendengarkan penjelasan dari Yedam. "Oh, gitu."

Yedam paham betul kalau Yoonbin itu sulit ditebak, apalagi jika hanya dilihat dalam sekali pandang. "Ada lebih dari 7.000 bahan kimia di dalam rokok dan sekitar 70 di antaranya itu bisa menyebabkan kanker. Lu tau nggak sih--"

"Nggak tau." sela Yoonbin, bersamaan dengan asap tipis yang keluar dari belah bibirnya.

"Ngerokok tuh banyak efek negatifnya, nanti lu jadi penyakitan kayak misalnya kanker paru-paru, stroke, serangan jantung, terus nanti rentang umur lu makin berkurang, terus--"

"Bawel banget, dah." Yoonbin mendesah frustrasi, dia yang tadinya masih mau lanjut merokok langsung mengurungkan niatnya dan menaruh rokoknya yang masih sisa setengah di pinggir asbak.

Tidak pernah ada yang melarang Yoonbin merokok bahkan kedua orangtuanya, tapi sekarang Bang Yedam menjadi satu-satunya orang yang berani menceramahinya tentang bahaya rokok.

Yedam tersenyum senang sambil mengangkat jempolnya, tanda bahwa dia puas dengan apa yang dilakukan Yoonbin.

"Gue punya gantinya, nih." Yedam mengeluarkan beberapa bungkusan kecil yang ternyata adalah permen rasa kopi dan permen karet yang memang selalu tersedia di saku celananya. "Mau yang mana?"

Yoonbin menatap bungkusan permen itu sekilas. "Terserah."

Yedam cemberut, tapi belum menyerah. "Nggak nerima jawaban terserah, cepetan pilih."

"Yaudah, yang kopi." jawab Yoonbin malas, antara benar-benar ingin atau tidak.

Buru-buru Yedam menyerahkan semua permen rasa kopi miliknya, yang langsung diterima Yoonbin begitu saja. "Jangan ngerokok ya, mending makan permen aja."

"Iya." Yoonbin sendiri menerima permen dari Yedam bukan karena dia butuh, tapi dia tahu, jika dia menolak, maka Yedam akan terus mengoceh dan memaksanya untuk menerima.

tbc..

~~~^^~~~

Run to You - [yoonbin × yedam] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang