9. Rumah Cinta

1.3K 32 3
                                    

"Mah, aku mau nginep di rumah Cinta ya." Aku menghampiri mamahku yang sedang beristirahat di ruang keluarga, kemudian meminta izin kepadanya.

"Gak boleh." Mamahku menjawab tanpa melihat kepadaku. 

"Kenapa mah? Tapi kan aku udah janjian sama Cinta." 

"Kamu lupa kalau kamu dari kemarin ngompol terus? Nanti kalau ngompol di rumah temen kamu gimana?"

"Nggak kok mah. Kemarin Alia lupa pipis aja sebelum tidur." Aku membuat-buat alasan kepada mamah.

Setelah itu, mamah masih belum menjawabku untuk beberapa saat. Mungkin dia sedang berpikir untuk membuat jawabannya.

Dari dulu mamah sering mengizinkan aku untuk menginap kok. Gara-gara kejadian itu aja mamah menjadi ragu.

"Ya sudah deh. Mamah izinin kamu pergi." Dengan sedikit mendengus, mamah akhirnya mengizinkanku pergi.

"Serius mah? Yeay! Sayang mamah!" Aku berseru dengan sangat senang. Terlepas dari mamahku yang memang agak galak, dia pasti tetap akan membiarkanku untuk pergi bermain bersama sahabatku, Cinta.

"Tapi ingat ya, pipis sebelum tidur. Jangan main terlalu capek, jangan begadang, jangan nonton tv terus, jangan sampe buat mamah malu sama temen kamu."

Kalimat larangannya banyak banget. Itu kan malah bikin aku lebih tertarik untuk melanggar.

"Ya udah mah. Alia siap-siap dulu ya." Aku pergi ke kamar untuk mengambil barang-barang yang sudah kusiapkan.

"Iya, hati-hati di kereta."

***

Setelah menaiki kereta dan berjalan singkat menuju komplek perumahan, akhirnya aku tiba di depan rumah Cinta yang besar. Mungkin tiga kali lipat lebih besar dari rumahku.

Rumahnya memiliki tiga lantai dengan halaman yang luas dan pagar yang tinggi. Warna temboknya selaras dengan nama anak si pemilik rumah. Merah muda yang menggambarkan Cinta.

Aku menekan tombol bel rumahnya di dekat gerbang. Kemudian seseorang terlihat datang dari dalam rumah dan menuju pintu gerbang. "Alia ya?"

"Iya, mba."

Ternyata itu sang pembantu rumah tangga yang biasa menjaga dan menemani Cinta.

Namanya mba Eva. Usianya paruh baya, dan dia masih belum menikah. Pakaian yang dia kenakan adalah pakaian maid yang sering aku lihat di TV. Dan dia yang datang ke sini untuk membukakan pintu gerbangnya. 

"Silahkan masuk. Cinta sudah menunggu di kamarnya."

"Baiklah, Mba."

Begitu gerbang terbuka, aku diantarkan masuk ke dalam rumah Cinta yang besar. Pintu ganda yang tinggi, perabotan yang mewah, televisi yang besar, dan juga aquarium dengan banyak jenis ikan.

Di dalam rumah itu juga banyak pembantu yang bisa aku lihat. Seingatku, rumah Cinta memiliki 5 orang pembantu, termasuk pembantu pribadinya dan penjaga kebun. Memang sangat beda anak orang kaya mah.

"ALIAA!!"

"CINTAA!!"

Begitu kami bertemu, kami langsung saling berlari menghampiri dan berpelukan. Cinta terlihat sangat senang begitu aku sampai di rumahnya. Dia sampai melompat-lompat seperti anak kecil.

"Yeay, akhirnya Alia udah sampe! Ayo ke kamar aku." Ajak Cinta sambil menarik tanganku.

"Ayo!" Kami berdua berjalan menaiki tangga menuju kamar Cinta di lantai 2. Kamarnya dua kali lipat lebih besar dari kamarku, dan juga memiliki banyak sekali perabotan yang imut.

Alia dan PopokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang