04

622 62 5
                                    

Nunew mengantarkan Max hingga sampai ke mobilnya.

"Phi Max, Nunew benar2 minta maaf." ujar Nunew setelah masuk ke dalam mobil Max.

"Tidak apa2 New. Tenang saja. Phi tidak apa2." ujar Max.

"Jika Nat melihat ini, apa yang harus New katakan padanya." ujar Nunew dan Max pun hanya tersenyum.

"New. Kurasa dia masih cemburu padamu, mungkin dia masih mencintaimu New." ujar Max.

"Nunew tidak yakin, Phi. Mungkin saja dia hanya merasa harga dirinya sebagai pria tergores ketika melihat yang dia kira miliknya disentuh orang lain. Sementara dia sendiri..." ujar Nunew dan menundukkan kepalanya.

"Sudahlah. Lupakan masalah ini. Phi tidak apa2, lebih baik.kau pulang dan selesaikan masalahmu dengannya." ujar Max dan Nunew pun mengangguk.

"Sekali lagi New minta maaf Phi." ujar Nunew dan Max pun mengangguk.
.
.
.

Nunew menaiki sebuah taksi dan pulang ke rumah Zee dan Nunew.
Nunew menemukan Zee yang terkejut dan duduk di sofa ruang tamu.

Nunew pun menghampiri Zee dan melotot pada Zee.
Zee yang melihat Nunew masuk pun segera bangkit dari duduknya.

"Mengapa Hia melakukan itu pada Phi Max? Apa Hia sudah gila? Sembarangan memukul orang lain." teriak Nunew.

"Dia menyentuhmu, aku tidak rela ada orang lain yang berani menyentuhmu." teriak Zee.

"Ohh. Egoisnya kamu Hia. Tidak ada yang bisa menyentuhku tapi memperbolehkan dirimu sendiri disentuh orang lain." ujar Nunew dan semakin mengeraskan rahangnya dengan kemarahan yang semakin  besar.

Zee terdiam dan hanya melihat Nunew yang menatapnya dengan kemarahan.
Belum pernah Zee melihat pandangan seperti itu dari mata Nunew.

"Apakah kau mencintainya, Nhu?" tanya Zee pelan dan parau.

"Kau begitu marah karena aku melukainya." ujar Zee lagi dan Nunew menggelengkan kepalanya.

"Khap, Nhu sayang padanya. Nhu sangat menghormatinya. Lalu kenapa?" ujar Nunew ketus dan membuat Zee menundukkan kepalanya dan tersenyum pahit sambil membantingkan tubuhnya terduduk kembali di sofa.

Nunew menarik nafas panjang berusaha menurunkan amarahnya.

"Apa kau ingin bersamanya? Apa Hia sudah tidak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki hubungan kita?" ujar Zee dan mengangkat kepalanya dan menatap Nunew.

Nunew menatap Zee dan melihat bagaimana Zee merasa sangat putus asa dan sedih.
Nunew lalu memalingkan wajahnya, entah harus bagaimana dia menjawab Zee.

Nunew membalikkan badannya dan berjalan ke kamar meninggalkan Zee yang kembali menundukkan kepalanya.

Zee meremas rambutnya dan memejamkan matanya, Zee benar2 merasa putus asa dan tidak tahu harus melakukan apa agar Nunew mau memaafkan dan menerimanya kembali.

Sementara Nunew terduduk di atas tempat tidur dan membaringkan badannya terlentang.

Nunew masih sayang pada Zee dan sebenarnya Nunew tidak tega melihat Zee yang begitu tersiksa, namun ketakutan Nunew akan pengkhianatan Zee yang akan terulang lagi di masa depan mengalahkan rasa sayangnya.

'Apakah aku bisa memberinya satu kesempatan lagi? Tapi bagaimana kalau dia kembali menyakitiku? Aku tidak akan sanggup jika ini terjadi kedua kalinya.' pikir Nunew.

Sementara Zee tidak memperdulikan keadaan sekitarnya yang gelap gulita.
Dalam pikirannya yang begitu kalut hanya ada apa yang harus dia lakukan agar suaminya kembali padanya.

'Apakah aku harus melepaskannya? Apa aku sanggup hidup tanpa ada dia disampingku? Apa yang harus aku lakukan tanpa dia?' pikir Zee.

Namun akhirnya setelah beberapa saat akhirnya Zee mengambil keputusan untuk melepaskan Nunew demi kebahagiaannya.
Kesalahannya yang membuat Nunew menderita dan tidak lagi dapat mempercayainya.

Dengan langkah berat Zee melangkahkan kakinya menghampiri kamar yang terdapat Nunew didalamnya.
Dengan beratnya Zee membuka pintu kamar itu dan menemukan Nunew yang terbaring terlentang di atas tempat tidur.

Nunew segera bangkit dan terduduk begitu melihat Zee masuk.
Nunew kemudian berdiri dan akan melangkahkan kakinya keluar dari kamar.

"Nhu, kita bicara dulu sebentar." ujar Zee lembut.
Nunew pun menghentikan langkahnya dan terdiam terpaku.

Zee memghampiri Nunew dan memegang lengannya, membawanya agar terduduk di pinggir tempat tidur dan dia pun duduk disampingnya.

Zee menatap wajah Nunew yang menghadap ke depannya dan menghindari tatapan mata Zee.
Zee pun tersenyum, tetap menatap Nunew.

"Apakah Nhu akan bahagia jika Hia melepaskan Nhu?" ujar Zee dan akhirnya airmata yang sedari tadi dia tahan mengalir juga di pipinya.

Nunew yang mendengar pertanyaan Zee segera menatap Zee.

Tiba2 Zee mengulurkan tangannya dan mengelus pipi Nunew.

"Hia merasa bersalah padamu Nhu. Dan Hia berjanji mulai sekarang hanya kebahagiaan Nhu yang Hia akan utamakan. Jika dengan Hia melepaskan Nhu, Nhu akan bahagia.... Maka Hia akan melepaskan Nhu." ujar Zee lagi dan membuat Nunew membelalakkan matanya.

"Hia tidak tahu apa yang akan Hia lakukan tanpa kamu di samping Hia. Hia tidak tahu apakah Hia akan bisa melanjutkan hidup Hia tanpa kamu, tapi... Jika dengan melepaskan Nhu, Nhu akan bahagia maka Hia rela dan akan melepaskanmu." ujar Zee sambil terus mengelus pipi Nunew dan menatap wajahnya.

"Hia serius?" ujar Nunew pelan dan walau dengan airmata yang mengalir deras dari matanya, Zee tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Hia tidak bisa membahagiakan Nhu, Hia hanya bisa membuat Nhu lelah dan terluka. Hia sadar itu sekarang. Hia ingin sekali saja membahagiakan Nhu. Nhu sudah menjadi kebahagiaan Hia, mempermudah hidup Hia selama ini. Namun Hia bodoh dan tolol tidak menyadari itu sejak awal." ujar Zee lalu menggenggam kedua tangan Nunew dan menciumnya.

"Hia cinta Nhu, Hia sayang Nhu dan Hia sangat berterima kasih pada Nhu yang selama ini mengorbankan hidup Nhu untk Hia. Sekarang waktunya Hia membahagiakan Nhu." ujar Zee dan perlahan melepaskan cincin tanda pernikahan di jari manis Nunew dan Nunew pun membelalakkan matanya lalu segera menarik tangannya sebelum Zee sepenuhnya melepaskan cincin itu.

Zee menatap Nunew dengan terkejut.

Nunew pun sama terkejutnya dengan aksinya sendiri.
Mengapa dia tidak rela Zee melepaskannya, mengapa hatinya lebih terasa sakit ketika Zee menarik tanda cintanya dari jari manisnya.

Nunew menatap pada cincin itu lalu menatap Zee lalu berdiri dan setengah berlari akan keluar dari kamar.

Zee yang melihat itu segera bangkit dan memeluk Nunew dari belakang dan menahannya untuk pergi.

Dan kali ini Nunew tidak menolak pelukkan Zee, malah sebaliknya Nunew merasa hangat dan lemas dalam pelukkan Zee.

Nunew menundukkan kepalanya sambil menangis.
Dan Zee menciumi tengkuk dan leher Nunew.
Dan keduanya pun menangis semakin keras.
















Bersambung.

Seven Years Of Love (ZeeNunew) (023)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang