Empat;

1K 71 28
                                    

🔞🔞❤️‍🔥

Heningnya malam semakin membuat dua anak adam yang sedang susuri gang kecil itu rasakan canggung yang teramat mencekik, atau mungkin salah satunya saja yang merasa demikian. Karena untuk pertama kalinya ia bisa berdua saja dengan sosok di depannya.

Pemuda itu adalah Minho yang kini menatap punggung Chan yang setelah ia sadari Chan memiliki bahu yang sangat lebar, dan otot-ototnya membuat tubuh pemuda itu jauh lebih besar dari miliknya. Bahkan Minho yang berada di belakamg Chan mungkin akan tidak terlihat jika ada yang melihat mereka dari depan.

"Ke arah mana lagi?" tanya Chan pecahkan keheningan yang menemani mereka sejak tadi.

"Keluar gang ini terus belok kanan, k– kalo lo mau cari warung buat beli rokok keluar gang belok kiri." ucap Minho dengan maksud agar Chan tak perlu temani dirinya sampai depan kontrakannya.

Namun setelah mereka keluar gang kecil yang menjadi jalan pintas untuk mencapai kontrakan Minho, bukannya belok kiri sesuai arahan Minho, justru Chan belok berlawanan arah, yang mana disana arah menuju kontrakan Minho berada.

Masih dengan keadaan bingung, Minho tetap diam mengikuti Chan di belakang. Minho bahkan tak berani untuk jalan sejajar dengan Chan, walaupun pemuda itu tadi sempat menyuruhnya.

"Yang rumah abu-abu itu." tunjuk Minho pada sebuah rumah abu-abu dengan halaman kecil di depannya.

Keduanya berhenti di depan rumah kontrakan Minho, dengan segera Minho membuka kunci pagar di depannya. Setelah itu Minho sebenarnya sedikit ragu apakah ia harus menawarkan Chan untuk mampir atau tidak, tapi rasanya tak sopan jika tidak menawarkan karena Chan sudah menemaninya pulang.

"M– mau mampir dulu?" tanya Minho akhirnya.

"Boleh."

Semudah itu?

Minho kira Chan akan menolak ajakan basa-basinya, tapi ternyata kini pemuda itu sedang menunggu Minho membuka pintu kontrakannya.

"Masuk, sorry ya agak berantakan." ucap Minho mempersilahkan Chan masuk terlebih dahulu.

"Mau minum apa?" tanya Minho saat Chan duduk di ruang tamu kecilnya, tempat dimana Minho menonton pertunjukan erotis Chan waktu itu.

"Air putih aja." ucap Chan.

Dengan cepat Minho menuju dapur yang masih tersambung dengan ruang tamunya. Selama mengambil air, Minho merasa setiap gerak geriknya diperhatikan, membuatnya sedikit gugup dan salah tingkah.

"Maaf ya, gue belum belanja cemilan jadi gak ada apa-apa." ucap Minho meletakan gelas yang dipegangnya ke meja.

Sedari tadi Chan belum melepaskan tatapannya pada Minho, bahkan pemuda itu masih menatap Minho sembari menenggak sedikit air yang Minho sediakan.

Jelas Minho yang ditatapnya tersipu malu dan wajahnya merah hingga telinga.

"Gue mau nanya sesuatu sama lo." ucap Chan tiba-tiba.

"Tanya apa?"

Bukannya menjawab, Chan justru bangkit dari posisinya, berjalan menuju pintu kontrakan Minho yang sedari tadi terbuka lebar, dan menutupnya rapat-rapat.

"Eh? Ke– kenapa, Chan?" dalam keterkejutannya Minho masih berpikir positif jika yang akan Chan tanyakan merupakan hal penting.

Chan melangkah mendekati Minho yang masih terdiam mematung di tempatnya, hingga jarak keduanya sudah terbilang sangat dekat.

"Lo... kemaren ngeliat gue kan?"

"Li– liat apa?"

"Waktu selesai rapat online, lo liat gue kan di kamar mandi?"

Benefit • BanginhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang