Lima;

1.1K 77 23
                                    

Penyatuan mereka terasa sangat nikmat, dengan Minho yang kini lagi-lagi bergerak diatas Chan. Minho rasakan lubangnya penuh, pun hatinya juga penuh. Perasaannya membucah setiap ia menyadari jika pemilik hatinya berada dipelukannya malam ini.

Tak pernah terbayang oleh Minho, jika ia akan mendapatkan kesempatan untuk dekat dengan sosok penyelamatnya, bahkan mereka sampai menghabiskan malam bersama, lantunkan nama satu sama lain saat rasakan nikmat tiada tara.

"Ahhh... Chan, terlalu dalem— nghhh..."

Seru Minho saat rasakan Chan, yang berada dibawahnya, gerakan pinggulnya berlawan arah. Membuat milik Chan semakin terbenam di lubang senggama Minho.

Minho yang mulai lelah pun melambatkan gerakannya, tangannya sudah tak kuat menopang tubuhnya, walaupun Chan sudah bantu sanggah pinggang rampingnya.

Merasa masih jauh dengan puncaknya, akhirnya Chan sedikit bangkit, sehingga kini Minho berada di pangkuannya.

"Nghhh... hmm—"

Bibir Minho kembali dibungkam oleh Chan yang saat ini sedang mempercepat permainan mereka, ciumannya terus turun hingga ke dada. Minho memekik rasakan nikmat, busungkan dadanya dengan tangan yang memeluk kepala Chan erat.

Puas permainkan dada Minho, kini Chan kembali fokus pada permainannya. Minho sendiri memilih benamkan wajahnya pada ceruk leher Chan, karena yang bisa ia lakukan hanya desah dan desah saja.

"Chanie— ahhh... nikmat banget nghhh..."

Geraman Chan terdengar usai Minho ubah nama panggilannya, "lagi, panggil gue kaya tadi lagi... hhhhh..." ucapnya, berikan tamparan di pipi bokong Minho yang sejak tadi ditangkupnya.

"Shhh... Chanie sakithh— hahhh enakh.."

Chan sunggingkan senyum miringnya, gerakannya dibawah sana semakin menjadi. Berulang kali tumbuk titik lengah Minho, membuat si empunya memekik kencang lantunkan nikmat.

Hingga Minho rasakan milik Chan yang semakin membesar di dalamnya, remasan di bokongnya pun semakin kencang.

"Chanie, nghhhh— mau keluar..."

Dalam beberapa kali tumbukan, Minho capai puncaknya, yang entah ke berapa malam ini, lebih dulu. Sedangkan Chan masih terus kejar puncaknya, tak peduli jika Minho masih sensitif di pelukannya usai pelepasan.

"Ahh.. Chanie!"

"Shhhh... sialan lo enakh banget... ahhhh.."

Dan akhirnya, desah panjang Chan menjadi akhir dari malam panas mereka. Setelah itu, Chan baringkan Minho dan dirinya di tengah ranjang, membuat penyatuan keduanya terlepas. Dengan dada yang masih memburu, Minho rasakan kosong dibawahnya, sedikit mendesis karena tubuhnya masih sangat sensitif.

Lama keduanya mengatur nafas, kini rasanya Minho sangat lelah, ia ingin cepat-cepat turuti kantuknya. Namun, sebelum ia benar-benar terlelap, ia rasakan jika bagian samping ranjangnya berderit.

"Mau kemana?" tanya Minho dengan suara parau juga wajah lelahnya, saat melihat Chan pakai kembali dalaman juga celana ripped jeans-nya.

"Mau ngerokok, lo tidur duluan aja."

Benar saja, pemuda itu keluarkan bungkus rokok dari saku jaketnya yang telah tergelatak di lantai. Buka jendela kamar Minho sebelum nyalakan sebatang rokok, lalu hembuskan asapnya keluar.

Minho yang melihat itu pun tersenyum dengan mata yang hampir terpejam, perasaannya menghangat melihat sosok Chan benar-benar berada di depannya.

Malam itu, Minho lagi-lagi jatuh cinta dengan sosok Chan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Benefit • BanginhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang