Tiga;

921 73 17
                                    

Minho tak tau jika melihat seseorang yang sedang mandi, lebih tepatnya Chan yang sedang mandi bisa membuatnya panas dingin seperti ini, wajahnya sudah total merah walaupun ia hanya melihat Chan mandi dengan sewajarnya.

Ia sendiri bingung harus kembali selesaikan catatannya dan melewati kesempatan sekali seumur hidup ini, atau mengambil kesempatan ini dan membiarkan dirinya kepanasan dengan adiknya yang sudah sedikit bangun.

Dan jelas pilihannya jatuh ke pilihan kedua, Minho tidak akan melewatkan kesempatan ini.

Saat sedang menatap lurus ke kamar mandi di seberang layarnya, Minho dibuat terkejut saat melihat Chan melakukan hal diluar perkiraannya, karena saat ini pemuda di depannya terus sabuni satu area dibawah pusarnya.

Sekali lagi Minho dikejutkan saat melihat bayangan Chan yang kini dengan bangga menggenggam kejantanannya dan mulai mengocoknya pelan, yang menurut Minho itu benar-benar hal paling sexy yang pernah ia lihat.

Semakin cepat kocokan Chan pada miliknya, semakin deras pula keringat dingin Minho yang mengalir lewati wajahnya yang sudah sangat merah.

"Nghhh.. anghhhhh..."

"Hmmhhh..."

Sayup-sayup desahan dan geraman Chan terdengar, membuat milik Minho menegang dibalik celananya, dan tanpa sadar tangannya sesekali menekan miliknya untuk memberikan sentuhan. Minho sebisa mungkin menahan diri untuk tidak mengeluarkan adik kecilnya dan mengikuti ritme kocokan Chan.

"Nghhhhh~"

Tapi di detik berikutnya, Minho yang sudah tak bisa menahan akhirnya mengeluarkan miliknya yang sudah tegak sempurna. Dengan sedikit kocokan saja, precumnya sudah basahi telapak kecilnya yang sebelumnya kering.

Sambil menatap pertujukan erotis Chan, Minho tanpa sadar sudah mengikuti ritme kocokan pemuda di depannya. Dan pikiran-pikiran jorok tentang dirinya dan Chan sudah tak bisa lagi dihindari.

Hal itu membuat Minho merasa sudah hampir mencapai puncaknya hanya dengan geraman Chan dan fantasinya.

"Ahhh.... hmmmmhhhhh...."

Dan desahan panjang menjadi penutup pertunjukan erotis Chan, begitu pula Minho yang telah mencapai puncaknya dan sebisa mungkin menahan desahannya.

Buru-buru Minho membersihkan dirinya yang kacau dengan beberapa lembar tisu, dan setelah itu ia kembali berpura-pura sibukan dirinya dengan catatan tadi.

Dan benar saja setelah itu Chan kembali setelah berpakaian lengkap.

Pemuda itu dengan santai duduk di tempat semula, seolah-olah ia barusan tidak melakukan pertunjukan erotis di depan Minho, yang bahkan sampai saat ini jantungnya masih berpacu cepat dengan nafas tersenggal.

"Udah selesai?" tanya Chan yang kini nyalakan satu batang rokok yang entah sejak kapan sudah terselip di antara belah bibirnya.

"Se- sebentar lagi." jawab Minho yang bodohnya terlihat gugup.

"Oke, kalo udah selesai langsung bacain aja."

Dan akhirnya kegiatan video call itu berakhir setelah Minho membacakan catatannya, dan Chan yang kembali mengingatkan Minho untuk menjaga keprofesionalan dirinya.

-;;

Sudah beberapa hari sejak malam itu, dan Minho masih sangat jelas mengingat pertunjukan erotis Chan yang membuat wajahnya kerap kali memerah setiap berpapasan dengan Chan di sekre BEM atau pun di gedung fakultas mereka.

Apa lagi hari ini mereka akan mengadakan rapat, entah kemana Minho harus memusatkan fokusnya agar pikirannya tetap aman.

"Ho, muka lo kok merah banget? Lo sakit ya?" tanya Felix yang dengan cepat taruh punggung tangannya di dahi Minho.

Benefit • BanginhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang