"AYOK KANTIN COY! GUE LAPER BANGET! PERUT GUE UDAH KERONCONGAN ANJIR!!" Harsa menggandeng lengan Kevin membuat Kevin mengerutkan keningnya. " BURUAN AYO KE KANTIN! BIAR PALA GUE NGGAK PUNYENG LAGI GARA-GARA ULANGAN!!"
"Nggak usah teriak juga anjir! Kayak apa aja teriak-teriak!!" Kevin menyingkirkan tangan Harsa dari lengannya. "Nggak usah pegang-pegang tangan segalak, Sa! Kalau mau modes jangan ke gue, gue tau kalau gue emang ganteng, tapi jangan modus ke gue dan nggak usah pegang-pegang tangan gue!"
"Idih, sok ganteng banget lo, Vin! Gantengan masih gue yaelah," ucap Harsa sambil benerin rambut.
Zidan terkekeh. "Sok sok an benerin rambut, padahal yang berantakan isi kepalanya," ujar Zidan, dengan nada menyindir. Seketika Harsa mendadak hancur mendengar perkataan dari Zidan.
Harsa menatap Zidan tidak percaya. "APA SALAH GUE, DAN?!"
Harsa mengambil ponselnya dari saku celananya lalu memutar sebuah lagu berjudul 'Salah Apa Aku' dari ILIR7. "TEGA BANGET LO SAMA GUE, DAN! GUE SALAH APA SAMA LO, DAN?! SALAH APA GUE SAMA LO, HAH! TEGA BANGET SUMPAH! KIT ATI DEDEK DENGERNYA!"
Kevin menatap Harsa dengan wajah terkejut. "Terlalu dramatis sekali leee ..."
Cakra menggeleng pelan melihat tingkah laku sahabat'nya itu. Tidak di markas atau sekolah, Harsa dan Zidan tidak henti-hentinya mencari ribut. Sepertinya Cakra akan membawa mereka ke salah satu ustadz kenalan ayah'nya. Kalau Kevin? Alhamdulillah, masih sehat.
"Teman lo, tuh," Ujar Cakra sambil mendorong bahu Radit yang duduk di sebelahnya. Kebetulan mereka berdua satu meja dan juga sedari tadi memperhatikan ke-ributan sahabat'nya.
"Gitu gitu dia juga teman lo," Balas Radit. Cowok itu terlihat tengah menatap layar Headphone yang menampilkan room chat dirinya dan juga Bulan sambil sesekali mengembuskan napas. "Belum di balas juga ternyata," Gumam Radit, ia mematikan Heaphone'nya dan ia menjatuhkan kepalanya di atas meja dengan lemas.
"Lo kenapa, Dit? Lemas banget." Tanya Cakra, ia tahu jika wakilnya itu tengah bersedih.
"Bulan, Cak," Balasnya singkat sambil menatap Cakra, membuat Cakra ber'oh'ria sembari mengangguk-angguk mengerti.
"Bulan kenapa?"
"Chat gue belum di balas, padahal dia tadi online," Radit mengembuskan napas panjang, sebelum mengalihkan pandanganya ke arah Heaphone ia mendengar benda Heaphone'nya berbunyi. Lantas Radit tersenyum kegirangan, ia berfikir jika itu adalah Bulan. Perempuan yang ia tunggu tunggu akhir'nya membalas pesan'nya.
Radit mengambil kembali Heaphone itu, namun setelah'nya ia berdecak dan menghela napas panjang saat mengetahui jika yang mengirim pesan itu adalah semponsor bima+ bukan Bulan.
Bima+
SELAMAT KAMU BERUNTUNG! HOT SALE Kuota 30GB berlaku 30 hari, bisa digunakan di semua Jaringan, 24 jam. Cuma 75rb, klik di sini bit.ly/s-HotSale30GBCakra mengerutkan kening'nya saat melihat ekspresi wajah Radit." Udah di balas belum?"
"Belum," Ucap Radit singkat, ia langsung memasuki Heaphone di dalam saku celana'nya.
"Mungkin lagi sibuk," balas Cakra, membuat Radit mengangguk-anggukkan kepala mengerti.
Radit meneguk potol minum air mineral milik'nya, lalu beranjak berdiri. "Gue mau ke kantin," Ucap Radit, Lalu ia lantas dengan segera Radit berjalan keluar kelas untuk bergegas menuju ke kantin, tak peduli dengan Zidan yang sudah meneriaki namanya.
"Woi, Dit! Kalau mau ke kantin ajak-ajak ngapa!" Teriak Zidan.
"BETUL! SEKALIAN BELIIN GUE BAKSO KANG ANTANG, DIT!" Teriak Harsa. Makan melulu pikirannya nih, anak, hadehh!

KAMU SEDANG MEMBACA
BULANRADIT [REVISI]
Teen FictionSEBELUM BACA WAJIB FOLLOW DULU YA ••• Bulan Audreynia Donia dan Radit Revangga Aleandro tumbuh dewasa bersama. Ya, mereka sudah bersahabat sejak mereka berdua umur 8 tahun dan keluarga mereka pun sudah dekat layaknya saudara. Akan tetapi seiring ber...