2. Si Paling Percaya Diri

69 8 2
                                    

"Kak Baji!"

Yang dipanggil mengernyitkan kedua alisnya, bingung.
"Kak?" Tanya orang yang dipanggil dengan sebutan 'Kak Baji.'

"Iya, kak Baji. Kenapa?"

"Kenapa manggilnya begitu?"

"Karena kak Baji lebih tua dariku? Iya, kan?"

"Hm, iya sih."

Bagaimana Baji tidak bingung. Orang yang terkenal paling angkuh, belagu, dan tidak sopan ini tiba-tiba memanggilnya dengan embel-embel 'Kak', siapapun yang mendengarnya juga pasti akan bingung. Nanti gak bingung kalo udah di surga.

Omong-omong, Baji tahu sifat si kecil pirang yang angkuh dan tidak sopan ini dari beberapa mulut di kelasnya. Memang sih, Chifuyu baru beberapa hari masuk SMA. Tapi ini anak tidak boleh diremehkan, masih hitungan hari masuk sekolah saja sudah buat onar sana-sini, wajar saja kalau ia menjadi buah bibir di sekolahnya. Terutama di kelas Baji, karena anak kelas Baji merasa kebingungan, takut, dan juga kasihan kepada Baji yang tiap hari didatangi Chifuyu. Mereka pikir Baji pasti sudah dijadikan kacung oleh si kecil itu.

"Kasihan sekali ya si Baji itu. Padahal ia anak baik-baik, tapi harus berurusan dengan bocah tengil itu."

Chifuyu yang mendengarnya setiap kali ia masuk kelas Baji hanya berdecak kesal.

'Anak baik-baik anak baik-baik! Belum lihat saja kak Baji kemarin sore, beuh keren banget sialan!' Batin Chifuyu.

"Kenapa manggil?" Tanya Baji.

"Mau ajak ke kantin bareng, ayo!" Tangannya menarik tangan yang lebih tua. Padahal belum diberi izin oleh si pemilik tangan.

"Gak, gak bisa. Aku sibuk." Tolaknya.

"Sibuk kenapa? Bikin surat lagi? Nanti aja bisa kok, nanti aku ajarin nulis huruf-huruf yang sulit lagi deh, janji!"

Baji pun terpaksa mengiyakan ajakan si pirang.

"Kak Baji mau makan apa? Aku traktir!"  Tanyanya.

Baji menautkan kedua alisnya, merasa sedikit kesal. Ia pikir Baji tak bawa uang ke sekolah hah?

"Aku bisa bayar sendiri." Tolaknya.

"No! Aku traktir kak Baji bukan tanpa alasan."

"Ya terus?"

"Aku mau berterimakasih karena kak Baji sudah menolongku waktu itu! Maka dari itu, aku Matsuno Chifuyu kelas 10-B akan mentraktir kak Baji untuk makan sepuasnya sebagai rasa terimakasihku!" Jelasnya dengan amat antusias.

"Haha, serius? Kalau begitu aku tidak akan sungkan-sungkan."

Yang ditanya hanya mengangguk kencang.
"Sebutkan saja apa yang kau mau."

Alisnya berkedut tatkala Baji menyebutkan indomie, sari roti, cilor, cilung, basreng, tempe mendoan, bakso, siomay, es teh, dan power f.

Chifuyu tersenyum canggung.
"Memangnya tidak kebanyakan, ya?"

Baji menyeringai puas karena berhasil mengerjai Chifuyu.

"Tidak, porsi makanku memang segitu."

Tak lama setelah itu, makanan mereka pun sampai. Baji menatap Chifuyu dengan heran.

"Kau cuma makan siomay? Kecil sekali porsi makanmu."

Chifuyu memajukan bibirnya beberapa centimeter. Dirinya pundung. Ia hanya makan siomay bukan karena porsi makannya kecil, yang mengecil itu justru porsi dompetnya setelah mentraktir Baji untuk makan sepuasnya.

"Haha kasian sekali, makanya jangan jadi anak belagu. Sini makan indomie, bagi dua ya."

𖦹⋆彡🍜꩜♪⋆

"Kak Baji, kalau aku tidak salah dengar, kemarin kak Baji ada sebut kapten divisi satu Tokyo Manji. Itu apa?" Tanya Chifuyu.

"Geng motor." Jawabnya dengan singkat.

"Woah! Keren! Ayo ajak aku dong, kak! Aku juga mau menjadi anggota Tokyo Manji, apa lagi kalau langsung naik pangkat jadi wakil kapten divisi satu, gak bakal nolak sih."

Baji melirik Chifuyu dengan tatapan tidak suka.
"Ha? Lu itu gak diajak."

"NYEH! Kenapa sih? Aku kurang apa coba? Cakep iya, jago gelut iya, percaya diri juga iya. Kalau mau cewek sih aku tinggal tunjuk aja, cewek mana sih yang tidak mau dengan Matsuno Chifuyu ini."

Baji rasanya ingin sekali menoyor bocah yang tingkat percaya dirinya setinggi langit ini. Memang sih percaya diri itu bagus dan tidak semua orang bisa tampil dengan percaya diri. Tapi, jika percaya dirinya sudah seperti bocah disampingnya ini apa tidak jadi kesal kalau berlama-lama berada didekatnya? Tentu saja kesal, kan.

"Oke! Karena hari ini aku sudah ditolak. Maka, aku tidak akan mengulanginya lagi. Untuk hari ini saja. Kalau besok sudah beda cerita. Omong-omong kak Baji, kenapa penampilanmu di sekolah dan di luar sekolah sangat berbeda? Di sekolah sok-sokan jadi kutu buku padahal menulis saja banyak salahnya."

Baji benar-benar kesal. Tangannya sudah diangkat keatas, siap untuk memukul bocah disampingnya namun perlahan ia turunkan sebab teringat sesuatu.

"Eh? Ke-kenapa ya?" Tanya Chifuyu dengan ragu-ragu.

Baji menghela nafas pelan.
"Aku tidak ingin membuat ibuku menangis lagi."

Chifuyu menyimak dengan baik apa yang Baji ceritakan. Sesekali ia mengganggukkan kepalanya tanda bahwa ia mengerti.

"Ditahun sebelumnya aku memiliki banyak masalah yang membuat guru tidak bisa meluluskanku tepat waktu. Ibuku menangis saat mendengarnya, jadi aku harus berubah agar ibu tidak menangis lagi. MAKA DARI ITU MATSUNO CHIFUYU!"

"EH? IYA KAK BAJI?!"
Chifuyu terkejut saat Baji tiba-tiba memanggil namanya dengan lantang, membuat dirinya ikut menjawab panggilan dari Baji dengan tak kalah lantangnya.

"Jangan mengikutiku terus-menerus, itu akan membuatku terjebak dalam masalah yang ingin aku hindari." Jelasnya.

Chifuyu mengangguk.
"Lantas bagaimana caranya supaya aku tidak membuatmu terjebak dalam masalah? Jelaskan padaku, kak Baji!"

Baji menatap Chifuyu dengan wajah datarnya. Tampak sekali bahwa ia enggan untuk menanggapi pertanyaan dari Chifuyu. Namun jika tidak dijawab, Chifuyu akan bertanya tentang hal absurd lainnya. Dan itu amat sangat menjengkelkan.

"Yah, minimal kau ubah dulu gaya rambutmu yang norak itu."







to be continue...













Yeay! Chapter 2 unlocked!

Seperti yang sudah dijelaskan secara singkat pada chapter sebelumnya. Cerita ini lagi-lagi banyak diambil dari beberapa momen yang ada di anime dan juga di manga. Terutama manga spin off ya. Bagi yang belum baca, monggo silahkan dibaca juga tokrev spin off nya.

Terimakasih sudah baca chapter ini!
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komen, thanks ol♡.

𝗣𝗼𝗶𝗻𝗱𝗲𝘅𝘁𝗲𝗿 | 𝗕𝗮𝗷𝗶𝗳𝘂𝘆𝘂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang