1. senja sendiri lagi

13 1 0
                                    

Senja, perempuan itu berdiri di halte depan sekolahnya untuk menunggu bus yang akan ia Naoki setiap pulang sekolah. Perempuan dengan baju putih abu-abu berdiri dengan tatapan kosong, tak lupa dengan Hoodie dan topi yang sudah melekat di tubuhnya, menjadi kebiasaanya dalam setiap hari.

Memang setiap harinya senja berangkat dan pulang sekolah dengan menaiki bus sekolah, orang tuanya sendiri yang menyuruhnya untuk berangkat sekolah dengan angkutan sebab mobil yang dimili kedua orang tuanya untuk mengantarkan sang kakak kesekolahnya.

Senja Aishwarya, perempuan yang mempunyai senyum manis, dan kecerdasan dalam dirinya, ia sering dipanggil senja, sama seperti namanya, ia indah dan juga memiliki hati yang baik. Perempuan yang jarang sekali menampakkan senyumnya, bahkan jarang berbicara dengan siapapun, perempuan yang suka menulis dan begitu menyukai hal yang berhubungan dengan sastra.

Senja adalah perempuan yang suka sekali dengan langit, pantai, Indomie,dan eskrim strawberry, perempuan yang memiliki alergi durian, dan perempuan yang selalu berhasil menutupi segala lukanya.

"Eh si jelek masih disini ternyata," ucap seseorang secara tiba-tiba dengan sedikit mendorong tubuh senja, membuat tubuhnya sedikit bergeser, ia menatap lima orang perempuan dihadapannya dengan tatapan tajam, biarpun ia sendiri ia sama sekali tidak takut, meskipun sudah beberapa kali dirinya di lukai.

"Ialah bel, palingan juga nunggu bus, lagi siapa juga yang mau nganterin perempuan jelek, dan cengeng kaya dia," sahut Aurora

"Apa hubungannya sama kalian?" Dengan nada berani senja mengucapkan kata tersebut, membuat kelima gadis dihadapannya bertepuk tangan

"Keren si lemah ini berani juga," ucap Winda salah satu mereka.

Kelima gadis ini adalah teman sekelas senja, namanya Aurora, Bella, Angelina, Winda, dan cellista. Merekalah yang selalu membully senja.

Senja, gadis tersebut, sepertinya sudah sangat biasa dengan bully, saat ia masih duduk di bangku SMP, ia pernah di bully oleh satu sekolah, ia juga tidak tahu ia melakukan kesalahan apa, pasalnya gasdis itu adalah gadis yang tidak banyak bicara.

Saat ia memasuki SMA saat ia berfikir tidak akan pernah ada pembullyan lagi pada dirinya, ternyata salah. Justru disinilah puncaknya, dari ia kelas X dan sekarang kelas XI.

"Minggir gua mau naik bus." Ujar senja dengan nada penekanan, ia menerobos gerombolan Bella, membuat salah satu dari mereka ada yang jatuh.

Benar adanya, senja menaiki bus yang sedari tadi ia tunggu, untuk hari ini ia lolos, tapi untuk besok ia tahu kelima gadis itu akan kembali mengganggunya.

"Sialan liat Lo ya besok," teriak Bella, namun di abaikan oleh senja, toh setiap hari memang mereka selalu menggangu dirinya.

Seperti biasa senja memejamkan matanya, menahan semua rasa sakit, capek yang terjadi padanya hari ini, kadang ia berfikir mengapa harus ia yang merasakan ini, senja adalah salah satu gadis yang selalu memendam semua rasa sakitnya.

Setelah hampir dua puluh menit, senja kini sudah sampai depan rumahnya, jarak ia turun dari bus ke rumahnya adalah jarah yang bisa dibilang lumayan, ia menarik nafasnya, setelah ini bukan masalah di luar yang akan terjadi, namun ia harus siap menghadapi masalah didalam rumahnya.

"Eh non senja udah pulang?" Tanya sang bibi, senja menoleh, ia tersenyum, ingat ia hanya menampakkan senyumnya pada orang-orang tertentu saja.

Bi Dina, adalah orang yang menemani, dan mengurusnya sejak ia kecil, ia tidak akan pernah lupa itu, dimana sang bibi lah yang selalu menyiapkan segala keperluannya, sedangkan mamahnya hanya menyiapkan keperluan sang kakak, dan Abang saja.

"Hehe iya bi, kok rumah sepi Bi?mamah, ayah, kak Nindya, sama bang Adit kemana bi?ini udah sore banget padahal?" tanya senja,

Mendengar pertanyaan tersebut sang bibi menjawab dengan sedikit kikuk, takut jika ia menyakiti hati senja,

"mamah ga ngasih tau ya non?" Tanya bi dina, senja menggeleng pelan.

"Katanya mereka hari ini ke rumah nenek, dan mungkin pulang agak malam," bi dina menghembuskan napasnya berat

"Senja enggak diajak lagi ya bi? Kok Meraka ga bilang, dan gak nunggu senja?" tanya gadis tersebut dengan suara yang bergetar menahan tangis.

Ia memang sudah biasa, sudah biasa selalu ditinggal sendirian, tapi mengapa salah satu dari mereka sama sekali tidak ada yang bilang kepada dirinya??

Bi Dina yang mendengar tersebut megelus lengan senja, seraya tersenyum, namun dengan senyum yang beda, seperti senyum dengan rasa sakit

"Non, bibi udah masak makanan kesukaan non, gih non bersih-bersih abis itu makan. bibi kedapur dulu ya non." Ujar BI di na setelah itu meninggalkan senja di ruang tamu sendirian.

Lagi dan lagi, senja harus menerima, bahwa kali ini takdir masih tidak berpihak dirinya, sampai pada akhirnya air matanya menetes begitu saja, seperti mewakili rasa sakitnya.

Orang bilang anak terakhir adalah anak yang manja, orang bilang anak terakhir banyak mendapatkan kasih sayang, namun tidak, tidak dengan senja, senja selalu sendiri, senja tidak pernah merasakan apa yang sering orang-orang ucapkan tentang anak terakhir.

Pada akhirnya ia kembali menguatkan dirinya sendiri, dan pada akhirnya ia harus kembali menerima takdir bahwa ia yang sangat takut sendirian, harus menerima fakta bahwa ia harus bisa hidup dan berjalan sendiri, dengan rasa sakit yang ia rasakan.

....

Halo teman-teman udah sekian lama aku Hiatus wkwkwk, selamat membaca kembali ya, btw kalian bisa baca versi AU tiktoknya yaaa, ini aku kasih link nyaaa yaaa

https://vt.tiktok.com/ZSFswFhto/

Terimakasih

Senja dan lukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang