"Arghhhh" Teriak seseorang begitu kesakitan.
"Oma oma... Apa yang terjadi Oma? " Isak seorang gadis kecil kepada Oma nya.
"Oma.. Bertahan oma... " Gadis tersebut kalang kabut kala melihat Oma nya bernafas dengan kesulitan.
"YAYA, APA YANG TELAH KAMU LAKUKAN?!!" Marah Seorang pria paruh baya pada gadis kecil yang ternyata bernama Yaya.
"Aku.. Aku tak tau Ayah... Se-setelah aku tiba... Oma.. Omaa terbaring lemah.. " Adu Yaya ketika melihat ayahnya - Nathan akan marah besar.
"BOHONG PAMAN!! Tadi Zahra liat Yaya memasukan racun kedalam minuman Oma. " Tuding Gadis satunya yang bernama Zahra dan tak lain adalah sepupunya.
"Maksudmu apa bocah sialan?! " Untuk kedua kalinya Nathan membentaknya.
"Kamu ingin membunuh ibu saya?!! "
Fitnah mengapa begitu menyakitkan ya Allah, mengapa mereka tak ingin mendengarkan penjelasan dari dirinya dan asal menuduh seperti ini.
"Na-Nathan... Ya-yaya tidak salah... Jangan kamu marahi dia. " Suara yang terputus putus mengalihkan atensi Nathan.
"Ibu tak perlu membela anak sialan ini lagi bu!! Cukup ibu berkorban untuk anak kurang ajar ini!! Benar memang dia, harus diberi sedikit pelajaran agar tak seenaknya. " Hardik Nathan.
"Nggak.. Ayah... Yaya... Yaya nggak salah... Yaya nggak tau apa apa ayah.. " Yaya terus menangis melihat Oma nya yang lemah juga kemarahan ayahnya.
"Arghhh"
"OMAA / IBUU" Pekik mereka semua yang berada di sana.
"Yaya sayang... Kamu nggak salah kok... Udah tenang okee. " Ucap Oma menenangkan cucunya yang menangis tersedu sedu, walaupun dirinya merasa nyawanya sudah diujung tanduk.
"Husein... Reyhan... Kalian berdua... Tolong jaga Yaya dengan baik ya.. Oma percaya kan Yaya pada kalian... Terima kasih semua, Oma pamit. " Ucap Oma untuk yang terakhir kalinya.
"Nggak Oma!! Oma bangun Oma.. Jangan tinggalkan Yaya Oma.. Oma bangun. " Yaya bertambah histeris ketika sang nenek menutup mata dan menghembuskan nafas terakhirnya.
Semua menjerit dan menangis, namun tidak untuk dua orang ibu dan anak satu ini. Mereka terlihat begitu bahagia dan senang, terbukti ketika semua menangis mereka malah tersenyum kemenangan.
Tiada yang menyadari bahwa di sela sela kesedihan mereka ada yang begitu bahagia.
"Oma bangun... Yaya ga mau ditinggal. "
PLAKK!!!
"MAS NATHAN!! " Jerit Meyra - bunda Yaya.
"Apa maksud kamu nampar Yaya mas!! Dia masih kecil, jangan pakai kekerasan dong. "
"Diam kamu Meyra!! Bocah tak tau diri ini harus menanggung semua akibat yang dirinya perbuat. "
"Tapi nggak harus pakai kekerasan. " Meyra terus membela anaknya.
"Sudahlah mbak, lagian bener kok kata mas Nathan. " Ucap Elena - ibu dari Zahra dengan kata lain adalah tante Yaya.
"Sekarang kamu masuk dan tak perlu keluar sebelum pemakaman Oma selesai!! "
"Nggak mau.. Yaya mau nganterin Oma ayah.. Yaya mau liat Oma. " Tolak Yaya
Namun, Nathan seolah tuli dan langsung menyeret paksa anak gadis nya itu menuju kamar miliknya.
Mengunci dan meninggalkan nya.
"Ayah... Ayah bukain pintunya... Ayah... Yaya pengen liat Oma ayah... Ayah... " Di dalam kamar Yaya terus berteriak memanggil sang ayah untuk membuka kan pintu.
"Jangan ada yang membukakan pintu memberi makan atau minum pada bocah sialan itu. "
"Mas! Ini berlebihan, Yaya bisa sakit. " Ucap Meyra.
Bagaimana pun, dirinya adalah seorang ibu pasti tak ingin anaknya diperlakukan seperti itu. Walaupun suaminya sendiri yang melakukannya.
"Aku tak perduli lagi, biarkan saja pingsan sekalipun. "
Nathan pergi meninggalkan Meyra yang mematung. Dengan segera Meyra mengejar Nathan yang terlebih dulu membawa Oma ke rumah sakit terdekat.
***
Hay hay hay kembali lagi sama aku
Kasian ya, YayaYuk bantu Yaya buat gak sedih lagi, dengan cara tekan tombol 🌟
Salam manis
Yaya
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me Yaya
General FictionSeorang anak harus menelan pil pahit dalam hidupnya, tak dianggap, diabaikan, dibenci, dimaki, itu menjadi makanan sehari harinya. Bahkan teman-teman nya sekali pun, ah bisakah mereka disebut teman? Sepertinya tidak. Bagaimana ada teman yang membua...