Ingin membaca tanpa gangguan? Silahkan kunjungi Karyakarsa Qeynov untuk membaca seluruh chapter.
Disclaimer, cerita yang tersedia di Karyakarsa merupakan konten berbayar. Diperlukan koin untuk membuka setiap chapter / paket cerita.
.
.
.
"Pah, seret!" Titah Rebeca kala Gallen dibawa masuk ke dalam rumah. Semua orang telah berkumpul di ruang tamu. Para tetangga akan dijadikan saksi ijab qobul keduanya. Paman Navara bahkan sudah diundang secara dadakan untuk menikahkan keduanya.
"Apaan lagi ini!!" Jerit, Gallen. Penyiksaan terhadap dirinya ternyata belum usai. "Papa jangan tarik bokser, Gallen. Tytyd Gallen cuman boleh diliat Nava, Papa!!" Jeritan itu kontan membuat orang-orang menahan tawa mereka.
"Diem kamu, Gallen! Mau dinikahin sama Nava nggak sih kamu! Itu Pak Penghulunya udah nungguin!" Hardik sang papa mencoba memandikan Gallen secepat yang dirinya bisa.
"MAU PAPA! MAUUU!! CEPET MANDIIN GALEN!!"
"Mas Gallen emang bucin parah ke Mbak Navara."
"Ih, saya loh saksi kebucinan Mas Gallen. Dulu pas masih SMP kan nangis-nangis gara-gara Mbak Navara ikut pulang bareng Mas Sergio. Ngepel jalanan depan rumah saya itu anaknya."
"Ehem," dehem Rebeca, memutus interaksi para tetangganya yang berghibah-ria. "Aib anak saya jangan dibongkar semua dong. Malu ini saya, Pak," tutur Rebeca ingin sekali menghilang menggunakan jurus seribu bayangan. Kelakuan Gallen memang benar-benar melunturkan mukanya.
"Santai aja Bu Rebeca. Bukan aib kok. Semua warga komplek udah maklum sama tingkah bucinnya Mas Gallen."
Ya Tuhan!! Rebeca akan kutuk Gallen menjadi anak super tampan yang dapat dibanggakan oleh nusa dan bangsa. Ia tak tahan lagi— Sumpah-lah, Sumpah!
"Gallen pake baju yang bener dulu. Ya kali kamu nikah pake andukan doang!!"
Navara memegangi tangan sang bunda. Ia menatap bundanya melas. Matanya yang indah berkaca-kaca. Andai tak ada orang tua mereka, sudah ia pastikan Gallen bertemu dengan dua malaikat penanya di alam kubur.
"Sabar ya, Sayang. Nikahnya cuman dipercepat kok."
Gadis itu menggigit bibirnya mendengar ucapan bundanya. Bundanya tak salah. Pernikahan mereka memang hanya dipercepat beberapa bulan, tapi yang melandasi pernikahan itu-lah yang membuatnya ingin mati saja.
"Eh, udah pada kumpul? Mau nyaksiin saya kawin ya?" Cengir Gallen memasang deretan gigi-gigi putihnya.
"Nikah Mas!" Jawab para bapak-bapak serentak, mengoreksi perbendaharaan kata Gallen. "Kawinnya mah udah sering kali lah, Mas Gallen-nya."
"Pitnih nih, PAK RETE! Saya perjaka ting-ting ya! Dijamin masih ting-ting!" Panggul Gallen menggeol dengan irama nada yang dirinya ucapkan.
"HA-HASYEK!!"
Paman Navara menguap. Gallen terlalu banyak tingkah. Adik dari ayah Navara itu memilih menyimpan energinya daripada menanggapi kegilaan Gallen.
"Sergio tolongin, Mama. Adek kamu kesurupan setan jahanam," lirih Rebeca memegangi dadanya yang berdenyut. Disaat-saat tak terkendali seperti ini, Rebeca membutuhkan Sergio. Abang Gallen itu paling bisa mengendalikan adiknya yang suka sekali error.
"Kelamaan Om pulang aja. Istri Om kasihan bobok sendirian di rumah."
"Eh! Eh! Udah siap kok, udah! Ayo Om ijab sah!" Gallen seketika duduk bersila disamping penghulu. Tanpa sebuah perkenalan ia menyenggol lengan orang yang akan menikahinya itu, "tenang aja, Pak Kiayi. Saya udah sering latihan ini dari SD. Dijamin apal. Tinggal tambahin Almarhum aja di depan nama ayah mertua."
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVA [The Young Marriage]
RomansaGallen yang pecicilan dan Navara yang galak- Keduanya terikat pada tali perjodohan. Meski sering gontok-gontokan, nyatanya keduanya tak bisa saling lepas. Hal ini membuat Navara harus ekstra sabar menghadapi sikap terlewat najis calon imamnya. Mampu...