Bagian Sembilan

179 34 7
                                    

Dua belas anak muda itu mulai menikmati barbeque setelah daging dan beberapa makanan selesai dipanggang. Mereka duduk memencar, ada yang di kursi depan pintu masuk kosan, ada yang di lantai teras, dan ada yang di tangga kecil dekat kursi.

"Enak gak?" tanya Jaehyun pada Ahyeon yang duduk di sebelahnya. Keduanya memilih duduk di tangga karena space yang tersisa cuma disitu.

Ahyeon menoleh, menatap Jaehyun bingung karena lelaki itu tiba-tiba mengajaknya berbicara. Ahyeon menganggukkan kepala, ia memasukkan potongan daging yang lain ke mulutnya lalu mengunyahnya.

"Dagingnya mateng, kan?"

"Ya mateng lah. Kan dimasak."

"Oh iya juga..."

Dah. Segitu aja obrolan mereka berdua. Geser dikit ke kursi, ada empat orang yang duduk disana, yaitu Taesan, Aran, dan Pharita. Taesan dan Aran tidak berhenti beradu argumen yang sebenarnya karena Taesan membahas kembali kejadian izin ke toilet waktu itu dan membuat Aran kesal bukan main.

Sedangkan, Pharita hanya diam. Pharita merasa terhibur dengan pertengkaran tetangga masa kecilnya dan teman satu kosnya tersebut. Ia tertawa tiap kali Taesan mengejek Aran dengan ekspresi wajahnya yang menyebalkan. Hingga Leehan datang membawa satu toples bening berisikan berbagai jenis jelly.

"Kok lu malah makan jelly sih, jir?" tanya Taesan yang sebenernya protes. Sahabatnya yang satu itu selalu makan jelly di jadwal makan siang dan malam. Bahkan, Leehan pernah seharian gak makan nasi dan hanya mengunyah jelly.

"Kakak suka jelly, ya?" tanya Pharita diangguki oleh Leehan. Pharita ikut mengangguk-anggukkan kepalanya lalu ia berucap, "aku juga suka ngemilin jelly kalo lagi males makan."

Mendengar itu, Leehan menolehkan kepalanya ke Pharita. "Lo suka jelly juga?"

"Heum. Tapi gak terlalu sering makan sih soalnya aku punya masalah gigi dari kecil, jadi jarang makan atau minum yang manis-manis." jawab Pharita menatap Leehan. Keduanya saling bertatapan hingga Leehan memalingkan wajahnya duluan karena salah tingkah dengan tatapan yang dilayangkan Pharita.

"Kak Leehan kalo mau jelly, ambil aja di kamarku nanti. Ada banyak dan baru dimakan dikit tuh."

Ucapan Pharita tersebut membuat Taesan, Leehan, dan Aran sontak menatap Pharita terkejut. Gadis blasteran Thailand itu belum sadar kalo ucapannya bermakna ambigu yang membuat Leehan kembali salah tingkah.

Yaelah, salting mulu lo, bre.

- <> -

Beralih ke tempat lain, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam namun Sungho baru menyelesaikan cicilan skripsi nya di perpustakaan kota. Ia keluar dari gedung perpustakaan yang remang-remang dan sepi. Masih ada beberapa orang sih yang ngerjain tugas disana, jadi suasana gak terlalu horor waktu Sungho berjalan menuju eskalator.

Sesampainya di parkiran, ia mengeluarkan kunci motor dari saku celana dan bersiap untuk meninggalkan area perpustakaan tersebut.

Namun baru saja ia menyalakan mesin motor, ponselnya berdering. Menandakan ada telepon masuk.

Sungho mengambil ponselnya dari tas lalu menatap ID Caller di layar gadget itu. Ruka.

Buat apa gadis itu meneleponnya malam-malam?

"Halo?"

Tak ada suara membalas dari seberang sana. Tetapi Sungho bisa mendengar suara grasak-grusuk seperti Ruka sedang berlari dan ponselnya masih tergenggam di tangannya.

"Halo? Kak?" panggil Sungho sekali lagi. Ia mengernyit ketika melihat ada notifikasi chat dari Ruka. Sungho menekan notifikasi itu dan semakin bingung karena gadis itu mengiriminya lokasi saat ini.

Merasa ada yang tak beres, Sungho memasangkan earphone bluetooth di kedua telinganya kemudian melajukan motornya menuju lokasi yang dibagikan Ruka.

Selama beberapa menit perjalanan, Sungho tiba di sebuah jalanan komplek sepi yang gelap karena tak ada lampu penerangan. Dengan tangan yang memegang ponsel serta mata menatap titik lokasi di WhatsApp, Sungho sedikit menyerah untuk mencari alumnus kampusnya itu. Namun saat kedua matanya menjelajahi sederetan rumah di sebelah kiri, ia mendapati presensi seseorang tengah berjongkok di bawah pohon.

Walau agak ragu seseorang yang berjongkok itu adalah Ruka, Sungho tetap menghampirinya dengan langkah pelan. Ia sedikit membungkukkan tubuhnya kemudian ikut berjongkok di sebelah orang itu.

"Hey." Sungho menepuk bahu si orang dan benar saja, orang tersebut adalah Ruka. Namun, kondisi Ruka yang penuh luka lebam di wajah membuat Sungho mengernyit bingung.

"Please... Please save me from him..." lirih Ruka. Sungho menatap sekeliling lalu membantu Ruka berdiri. Memapah gadis itu menuju motornya kemudian melajukan kendaraan tersebut meninggalkan area komplek. Selama perjalanan, keduanya sama-sama tak membuka suara hingga sampai di sebuah minimarket. Sungho memarkirkan motornya lalu membiarkan Ruka untuk turun terlebih dahulu.

"Duduk disini. Gue beli obat-obatan dulu." ucap Sungho dibalas anggukkan oleh Ruka. Gadis itu duduk di kursi dan menatap jalanan di depannya dengan kosong. Sambil mengusap luka merah di lengannya, kedua mata Ruka kembali berkaca-kaca mengingat apa yang sudah terjadi dua jam yang lalu.

"Jangan digaruk lukanya. Ntar makin parah."

Ruka terkejut ketika bahunya ditepuk, ia menoleh ke belakang ternyata Sungho baru saja keluar dari minimarket. Lelaki itu duduk di kursi sebelah Ruka lalu mengeluarkan betadine dan kapas dari dalam plastik.

Sungho menuangkan betadine ke kapas kemudian menempelkannya perlahan di luka yang terdapat di wajah, leher, dan lengan Ruka.

Ia meringis ketika menyadari tubuh gadis di hadapannya ini terdapat banyak luka seperti habis disiksa.

Beberapa menit kemudian, Sungho selesai mengobati Ruka kemudian merapikan barang-barang.

"Makasih..." ujar Ruka dengan pelan. Sungho menatap gadis itu lalu menganggukkan kepalanya. "Lo pulang kemana? Biar sekalian gue anter."

Ruka sempat terdiam karena bimbang, apakah ia harus memberitahu lokasi tempat tinggalnya pada adik tingkatnya ini atau tidak.

Setelah berpikir beberapa saat, Ruka pun menyebutkan alamat kosannya. Mendengar itu, Sungho terkejut. "Loh? Sebelahan sama kosan gue, dong?"

Ruka ikut terkejut. Ia menatap Sungho kemudian berucap, "lo tinggal di kosan cowok itu?"

Sungho mengangguk. "Iya. Tapi kenapa gue gak pernah ngeliat lo, ya, kak..."

"Soalnya gue jarang disana juga. Gue biasa lembur di kantor." ujar Ruka membuat Sungho mengangguk paham. Lelaki itu menoleh ke Ruka dan menatap si gadis dengan lekat.

"Kalo lo biasa lembur di kantor, kenapa hari ini lo nelpon gue dan jongkok di bawah pohon dengan kondisi babak belur gini, kak?"

- <> -

[✅️] Girls Next House | bonedo ft. yumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang