Leehan berjalan keluar dari kelas seusai dosen mengakhirinya. Ia berjalan sendiri menuju lift karena ingin cepat-cepat sampai di kosan. Saat di depan lift, ia bertemu dengan seseorang yang tengah membawa setumpukan modul. Orang itu nampak kesulitan untuk menekan tombol lift, alhasil ia lah yang memencetnya.
Leehan melirik ke orang itu dan saat itu pula lift berbunyi. Ia masuk terlebih dahulu kemudian disusul oleh orang tersebut. Ia menghela napas melihat jari mungil orang itu sibuk mencari-cari tombol angka lantai pada lift.
Lelaki itu pun membuka suara. "Mau ke lantai berapa?"
"Eh? Lantai tiga, kak." jawab orang itu yang Leehan tebak sepertinya perempuan. Ia memencet angka tiga dan lift bergerak naik.
Leehan sempat mencuri-curi pandang ke sebelahnya. Entah mengapa ada rasa kasihan kala melihat perempuan ini kesulitan.
"Gue bantu angkat, boleh?" tanya Leehan meminta izin. "Eh? Gak ngerepotin, kak?" tanya perempuan itu balik. Leehan menggeleng walau sebenarnya gak diliat oleh si perempuan.
Leehan mengambil setengah tumpukan buku, ia menatap wajah perempuan yang akhirnya terlihat beberapa detik. Sempat termangu karena wajah perempuan itu sangat familiar. Leehan melempar senyum tipis ketika sang perempuan mengucapkan terima kasih.
Lift sampai di lantai tiga. Keduanya keluar dari lift lalu berjalan menuju ruangan dosen. Leehan terus mengikuti langkah perempuan itu hingga mereka kembali ke lift.
"Makasih udah bantuin aku, kak." ujar perempuan itu dan dibalas anggukkan kepala. Leehan kira, sampai situ saja obrolan mereka, namun nyatanya si gadis menyodorkan tangan kanan ke hadapannya.
"Namaku Pharita."
Leehan menatap tangan itu cukup lama sebelum akhirnya menjabatnya. "Leehan."
Pharita mengangguk-anggukkan kepala. Ia menoleh ke Leehan yang hanya terdiam bahkan saat di lift. Ketika lift tiba di lantai satu, Leehan langsung melenggang pergi, tetapi suara dari Pharita menghentikan langkahnya.
"Kak, hari ini sibuk? Aku mau traktir kakak makan karna kakak udah bantuin aku—"
"Gue masih ada kelas."
"Oh... Kalo minta nomor WA, boleh?"
"Gak."
Leehan melanjutkan langkahnya, meninggalkan Pharita sendirian di lobi. Laki-laki itu berjalan menuju gedung unit tiga karena kelas berikutnya ada disana. Sesampainya disana, ia bertemu dengan Taesan. Keduanya sempat bertegur sapa sebelum Taesan berpamitan dan pergi ke arah gerbang. Leehan iseng menoleh ke belakang, dan sedikit terkejut melihat teman kosnya itu sedang berbincang dengan Pharita. Leehan mengernyit sebentar lalu ia memutuskan untuk melanjutkan langkah menuju ruang kelas.
Sebenernya karena Pharita tiba-tiba nengok ke arahnya terus mendadak ia salah tingkah.
- <> -
"Makasih udah mau bantuin saya, ya, Jaehyun. Nanti honor akan diurus sama akademik sekolah." ujar Pak Garry dibalas anggukkan kepala serta senyum sopan oleh Jaehyun.
"Iya, pak. Kebetulan saya juga lagi nyari tempat magang buat keperluan skripsi saya. Malah saya yang berterima kasih ke bapak karena sudah mengizinkan saya untuk magang disini." balas Jaehyun. Pak Garry menepuk bahu lelaki itu dan keluar dari ruang guru bersama.
Pak Garry menunjukkan beberapa ruangan kelas yang dilewati mereka kepada Jaehyun. Setelah cukup lama berjalan menyusuri koridor, kedua lelaki tersebut sampai di ruangan kelas yang akan menjadi tempat Jaehyun mengajar.
Pak Garry memperkenalkan Jaehyun pada anak-anak murid yang ada di kelas itu, kebetulan lagi jam kosong jadi gak semua murid ada di kelas.
Saat Jaehyun sedang memperkenalkan diri, tiba-tiba pintu kelas terbuka dan nampaklah seorang gadis dengan hoodie berwarna biru putih masuk. Pak Garry melihatnya menggelengkan kepala, sedangkan Jaehyun mengernyitkan kening.
"Ya... Jadi sekian perkenalan diri saya. Semoga kalian senang diajar oleh saya. Terima kasih." ucap Jaehyun menutup perkenalan. Bisa Jaehyun lihat anak-anak murid bertepuk tangan namun tidak dengan murid yang baru saja masuk. Malah murid itu menatapnya tajam dan membuat Jaehyun berdeham pelan lalu tersenyum.
Walau sebenernya ia bergidik merinding waktu menatap lagi murid berhoodie biru putih itu.
Pak Garry dan Jaehyun keluar dari ruang kelas. "Makasih, nak Jaehyun. Kamu bisa mulai mengajar besok Senin, selama dua bulan ke depan. Semoga betah ya, nak."
Jaehyun tersenyum, menjabat tangan Pak Garry. "Pasti, pak. Saya izin pulang dulu, pak. Terima kasih atas waktunya."
Jaehyun melangkahkan kakinya setelah mendapat anggukkan kepala dari Pak Garry. Ia menatap kelas-kelas yang masih ada jam pelajaran hingga sampailah ia di area parkiran.
Laki-laki itu mengernyitkan kening ketika melihat presensi seseorang yang familiar di matanya. Jaehyun mendekati orang yang sedang berjongkok membelakanginya lalu menepuk bahu orang itu.
"Woonhak? Lo ngapain, anjir?!" tanya Jaehyun dibalas cebikan bibir oleh Woonhak. "Gue habis dihajar sama temen satu kosnya Ciki, bang. Anjir pegel-pegel pipi gue."
Jaehyun meringis melihat warna biru di wajah laki-laki itu. Ia menepuk bahu teman satu kosnya tersebut dengan perasaan iba.
"Yang sabar ya. Semua bencana pasti ada alasannya."
Setelah itu, Jaehyun berjalan menuju motornya dan melaju meninggalkan Woonhak yang menatapnya tak percaya.
"Setidaknya bantuin, kek." gumam Woonhak dan bangkit dari posisi jongkoknya.
Rada kasian liatnya.
- <> -
KAMU SEDANG MEMBACA
[✅️] Girls Next House | bonedo ft. yuma
FanfictionGimana sih ceritanya kalo kosan cowok dan cewek sebelahan terus tujuh penghuni kosan cowok suka sama tujuh penghuni kosan cewek itu? - - GNH with: SUNGHO - RUKA RIWOO - SIO JAEHYUN - AHYEON TAESAN - ARAN LEEHAN - PHARITA YUMA - ASA WOONHAK - CHIQUIT...