0.4

623 77 1
                                    

WARNING ⚠️

TIDAK ADA SANGKUT PAUT DENGAN KEHIDUPAN NYATA, MAU ITU SIFAT, KARAKTER ATAU TOKOH DALAM CERITA.

MENGANDUNG KATA-KATA KASAR DAN TAK SOPAN, KEKERASAN DAN LINGKUNGAN BXB.

BAGI KAMU HOMOPHOBIC ATAU TOXICPHOBIC, TOLONG JANGAN DIBACA.

***

"kegedean.."

"gapapa, cuman malam ini kok."

Haechan merenggut, memukul angin seolah dirinya sedang memukuli Mark yang kini membelakangi nya.

Kesal, iya. Sedari tadi ia meminta Mark untuk menolak perjodohan ini, namun lelaki itu hanya diam dan tertawa melihat kelakuan Haechan.

Dan sekarang, ia dipaksa untuk mengikuti apa yang Mark katakan.

"Mark, Haechan.. udah selesai?" Itu suara Taeyong yang berada didepan pintu kamar Mark.

"sudah mom, ini bentar lagi keluar kok. Kalau mau berangkat duluan aja." Mark menyahut dengan tangan yang asik bergerak memasang dasinya.

"Yasudah, mommy duluan ya! kalian jangan sampe telat."

Sekarang Haechan duduk ditepi kasur dengan memandangi Mark yang sedari tadi kesulitan memasang dasi nya, apa lelaki itu tidak tahu cara memakai dasi?

Haechan berdecak, ia berdiri dan mendekati lelaki itu lalu mengambil alih dasi nya "tampang doang cool tapi ngga bisa makai dasi." ucap Haechan dengan tangan nya yang asik bergerak memasangkan tali.

Sedangkan Mark terkekeh mendengar penuturan dari Haechan, ia menatap wajah Haechan yang terlihat manis. Tidak, maksudnya bertambah manis, terlebih lagi dengan bibir yang sedikit mengkilap karna ibu nya yang memberikan lipbalm pada bibir Haechan.

"udah, ayo."

Mark tersadar, ia segera mengambil barang-barang nya yang penting dan refleks menggandeng tangan si manis.

Haechan hanya diam kala tangan nya digandeng oleh Mark, ia hanya sedikit kaget tanpa memperdulikan dirinya ditarik entah kemana.

"habis selesai acara, mau pulang langsung atau mau kesuatu tempat tujuan kamu?" Tanya Mark sebari menarik pelan si manis menuju mobil yang sudah disiapkan.

Haechan tak langsung menjawab, ia membiarkan Mark membuka pintu mobil itu untuknya.

"mau pulang aja, tapi ga mau pulang kerumah.." jawab Haechan, ia masih kesal dengan kedua orang tua nya itu.

Mark yang sedari tadi juga sudah duduk disampingnya, membiarkan supir membawa mobil ke tujuan. Ia mengelus kepala Haechan "mau dirumah saya aja, atau mau nginap di apartemen saya? daddy kamu, biar saya yang urus."

Haechan tak langsung menjawab, tapi pilihan kedua sangat menarik.

"mau di apart lo aja.."

Mark terkekeh lalu mengangguk "nanti biar saya yang ngomong sama daddy kamu, ya sayang?"

Pipi Haechan memerah kala mendengar panggilan sayang itu, ia hanya mengangguk dan mengalihkan pandangan nya tidak lagi memandang Mark.

'Mark bangsat.'

***

"saya lebih berharap kalau kalian berdua ga terpaksa sama perjodohan ini."

Haechan memutar bola matanya malas mendengar ucapan sang ayah yang seakan menyindirnya, ia meremat ujung kemeja nya kesal. Terlebih lagi ayahnya itu menatap dirinya datar.

Namun tangan nya ditarik oleh Mark. Mark menarik tangan nya yang meremas ujung kemeja nya tadi, lalu di genggam dan dikecup.

Haechan menatap Mark yang sedari tadi fokus mendengarkan nasihat dari kedua keluarga itu, walaupun juga sekarang Mark mengelus tangan nya yang sekarang digenggam lelaki itu

ekhem

Lamunan Haechan buyar "hm?" ia menatap seluruh keluarga itu yang kini tertawa akibat dirinya menatap Mark dengan lekat tadi.

"terpesona ya Chan?"

Haechan menatap tajam Hendery "pala lo!"

Mark hanya terkekeh, ia tahu apa yang dipikirkan Haechan. "nanti pulang mau beli jajan, sayang?" bisik Mark dengan mata yang masih menatap seluruh keluarga nya yang kini memulai kembali pembicaraan

Bibir hati itu melengkung, Haechan segera mengangguk "mau! mau jajan!"

Mark tersenyum, lalu mengecup pipi gembul Haechan yang mana membuat si empu nya mematung.

"sejam lagi, kita nanti jajan yang banyak ya?"

Haechan tak menjawab, ia hanya diam.

Entahlah, mood nya merasa jauh lebih baik saat dimanjakan oleh Mark seharian ini.

"pernikahan nya dilaksanakan 2 minggu lagi, bagaimana kalian?" tanya Ten kepada Haechan dan Mark.

Mark mengangguk "saya bersedia, Tan."

"Mom, panggil mom saja ya Mark. Kalau Haechan?"

Haechan menggigit bibir bawahnya, terasa masih kelu untuk mengangguk atau mengiyakan.

Namun usapan tangan Mark pada tangan nya, membuat dirinya yakin. "bersedia, Mom.."

Hampir, tidak! maksudnya, seluruh orang yang berada dimeja itu langsung tersenyum dan mengucapkan syukur.

"baiklah, soal acaranya biar kami yang mengatur. Kalian cukup mengakrabkan diri." Mark dan Haechan hanya mengangguk tanpa bersuara.

HISTOIRE D'AMOUR - MARKHYUCK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang