Tak berbeda jauh suasana rumah selepas 2 hari ketibaan mereka di Kota Bandung. Hanyalah hari ini terdapat sesuatu peristiwa yang mengganjal hati Rose, sehingga Rose dibuat terus bertanya tanya.
Sinar matahari menusuk kulit orang orang diluar sana, tanpa awan terlihat. Aktifitas kendaraan Kota Bandung pula, kian sibuk. Pun dengan Seohyun yang bahkan sudah menuntaskan satu pesanan, ditemani Rose.
"Itu betah banget kayaknya Jaehyun di kamar." Begitu terampil Seohyun memposisikan dimana kain itu akan dijahit mesin. "Iya ma, tumbenan. Kemarin aja heboh sana sini. Sekarang malah diem dikamar." Bingung Rose.
Memang sempat keluar untuk waktu sejenak di waktu sarapan tadi pagi. Tapi, begitu dia menerima telpon dari Wendy, langsung saja dia masuk ke dalam kamar.
Rose enggan menanggapi perihal itu. Dia kini mencoba memanfaatkan waktu seminggu ini, menggantikan waktu waktu hampanya selama ini bersama Sang Ibunda. Yakin?
Bertolak belakang dengan Seohyun. Ia justru mengkhawatirkan kondisi Jaehyun. "Kamu cek dulu sana. Nanti dia kenapa kenapa lagi." Tanpa membantah, Rose berat hati menuruti perintah Seohyun. Tiba di kamar Jaehyun, dia berdiri di depan pintu.
Ruang tamu begitu senyap. Begitu pula ruangan lain. Pengecualian, kamar Seohyun, dan kamar Jaehyun. Sunyi itu berubah saat Rose tiba di depan pintu kamar Jaehyun. Samar namun jelas, Rose dapat mendengar percakapan Jaehyun.
"Ya lo tunggu aja bisa gak sih? Gua di Bandung gak lama lama banget kok."
"Bukannya gimana gimana, ini masalahnya cuma seminggu doang elah. Gue tau gue ketinggalan banyak materi. Tapi lo terkesan maksa banget pengen ketemu gue."
"Lu kan bisa kirim materi ke gue. Terserahlah. Gue gak peduli. Gue cuma seminggu di Bandung, gak lebih. Gak usah lebay."
"Gue sibuk."
Tahu percakapan itu selesai, Rose bergegas kembali ke ruangan kerja Seohyun. Takut saja kalau setelah itu Jaehyun tiba tiba membuka pintu dan Rose dipergoki menguping.
Mendengar decit pintu terbuka, Seohyun lantas berbalik badan mengangkat kedua alisnya sekaan bertanya keadaan Jaehyun. Rose menggelengkan kepalanya seraya menghampiri Seohyun. "Gak tau tuh ma, dia abis telpon-an sama seseorang. Kayak marah gitu masa."
"Yaudah lah kalau begitu, masalah pribadi berarti." Mendengar kata 'pribadi', tanpa alasan membuat Rose bimbang akan suatu hal. Terlebih lagi, pembahasan utama dari percakapan tadi merujuk pada kedatangan Jaehyun di tanah Bandung.
Siapa itu? Apa keputusan Jaehyun tepat untuk datang kesini? Apa Jaehyun terpaksa datang kesini? dan, bagaimana kalau orang dibalik telepon itu kekasih Jaehyun?
Rose terdiam. Angannya kacau balau. Seolah olah dia segera ingin mendapat kejelasan dari orang itu.
Jaehyun harus pulang?
"Ma, ada yang bisa Jaehyun bantu?" Tanpa mengetuk, Jaehyun hadir ditengah sepi suasana ruangan itu. Jelas lamunan itu pecah. Pandangan Rose teralihkan pada orang yang justru tengah dipusingkan Rose. "Loh, dateng juga. Mama kira kamu lagi ngambek di kamar, makanya gak keluar keluar." Perkataan itu mendapat senyum dari Jaehyun.
Senyum paksa. Tidak ada ketulusan dari senyum itu. "Bantu Rose tuh, milah kain jahit." Mata Jaehyun melirik pada gadis yang terlihat gundah, namun serius memilah kain.
Ia meraih satu kain putih memanjang, dengan sengaja Jaehyun lilitkan mengelilingi lingkar kepala Rose. "Apaansih gak jelas." Alisnya bertaut, dia bingung. "Kok sensi?" Pantang menyerah, dia kembali mengusili Rose. Harap harap mood Si Adik Kelas kembali bagus.
Senang menjahili, senang pula merancang. Walaupun abstrak, sembari memilah, Jaehyun mencoba merancang baju di badannya sendiri. Hal itu tentu mengundang senyum Rose untuk merekah lagi. "Ma! Kak Jaehyun mainin kain nih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali
Romanceakhir adalah permulaan baru Permulaan baru bermula atas sebuah pengakhiran.