"fourth! Di sini rupanya" panggil prim, ia berjalan mendekati fourth
Mereka berdua berada di atas atap sekolah, sejak jam istirahat hingga sekarang jam pulang sekolah prim tidak melihat fourth berada di kelasnya, ia menjadi khawatir. Apalagi setelah isu yang ia dengar belakangan ini, fourth di rundung.
"Nona, kenapa di sini?" Fourth memalingkan wajahnya menatap prim, fourth sempat melamun di depan pagar pembatas atap sekolah, menatap sinar matahari yang mulai menguning dengan awan-awan berbagai bentuk aneh di iringi aliran angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya
"Harusnya aku yang tanya! Kenapa kamu di sini? Ini jam pulang sekolah tau! Kamu tak ingin pulang?" Prim menegaskan suaranya, tampak khawatir dengan ekspresi wajah fourth yang begitu sendu
"Err... Apa sudah saatnya pulang? Aku lupa, ini sudah petang ternyata." Ia mengerang lalu berjalan melalui prim
Prim memutar tubuhnya dan membuka suara "kamu baik-baik saja fourth? Aku dengar kamu di rundung, apa itu benar?"
Langkah kaki fourth terhenti dan membalikkan tubuhnya menatap prim "jangan khawatir nona, hal kecil seperti ini takkan membuatku takut. Mereka tidak melukaiku di fisik jadi ini bukan apa-apa." Fourth menarik nafasnya "lagi pun aku yakin siapapun pelakunya kalau aku tidak menggubris semua hinaan nya, dia akan bosan dan akan berhenti" ucapnya dengan santai
"Melihat mu setenang ini aku sedikit lega. Aku pikir kamu benar-benar sedih, tapi kalau perlakuan ini tambah buruk aku akan menyuruh ayah turun tangan jadi jangan ragu untuk bilang kalau kamu terganggu."
Prim memegang bahu fourth dan menatap fourth dengan tatapan membara seakan memberi semangat padanya.Fourth mengembangkan senyumnya, kepedulian prim semakin membuatnya lebih tenang. "Tunggu aku di parkiran nona, aku akan menyusul kesana setelah mengambil tasku di kelas"
"Okeh" jawab prim, fourth segera melesat menuruni anak tangga menuju kelasnya
Lorong sekolah begitu sepi, hanya satu-dua orang yang lewat, mungkin mereka adalah anak-anak yang memiliki kegiatan tambahan di sekolah.
Fourth melangkahkan kakinya memasuki kelasnya dan segera mengambil tasnya dan bergegas menuju parkiran, jarak parkiran dari kelas fourth cukup jauh. Sekolah ini begitu besar dan luas, dengan suasana sunyi seperti ini membuat fourth merasa merinding meskipun hari tidak gelap saat itu.
Tinggal beberapa langkah lagi menuju belokan lorong yang menuju parkiran, namun ia urungkan niatnya dan mulai memundurkan langkahnya. Ia ingin buang air kecil saat ini dan mulai mencari toilet terdekat, fourth ingat tak jauh dari tempatnya ada sebuah toilet.
Fourth buru-buru masuk kedalam toilet dan segera buang air kecil, entah mengapa ia merasa tak nyaman saat ini, ia merasa sedang di awasi.
Perasaannya makin kacau saat mendengar langkah kaki tak beraturan memasuki toilet, terlihat tiga orang pria berdiri diambang pintu toilet menatapnya dengan tatapan remeh, fourth mencoba mengabaikan mereka dan bergegas keluar, tapi ketiga pria itu tampaknya tak memberi ruang padanya untuk lewat.
"Hei, kau si homo itu, benar kan?" Salah satu dari mereka membuka suara
"Eii.. nong, kamu sepertinya salah masuk ruangan. Ini toilet untuk pria, harusnya kamu pakai toilet wanita di sebelah sana" mereka tertawa
"Auu, benar, benar, pria homo seperti mu pasti lebih cocok memakai toilet wanita." Tawa mereka semakin pecah, tangan fourth mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. Ia sangat membeci perkataan orang di depannya itu, ditundukkan nya kepalanya agar dapat menahan emosi di dalam dirinya.
Ketiga pria tersebut terdiam melihat kearah fourth yang menunduk seperti menahan tangis, salah satu dari mereka mendekati fourth dan memegang bahunya
"Ai'nong, apa kau menangis?"
Brukk
Pria tersebut terhempas oleh pukulan yang dilayangkan oleh fourth, sepercik darah mengenai jari-jari tangan fourth, sepertinya fourth meninjunya terlalu keras. Kedua pria yang di ambang pintu itu berlari mendapati temannya yang terjatuh
"Pegang dia!!" Seru pria yang jatuh tadi, matanya melotot penuh amarah yang meluap-luap, ia mencoba bangun sambil mengusap ujung bibirnya yang berdarah. pilihan untuk memukul pria tadi adalah ide yang buruk
Kedua pria lainnya dengan sigap memegang tubuh fourth, tangan fourth ditarik kebelakang punggungnya dan mengunci pergerakannya. Fourth mencoba melepaskan diri tapi tenaga fourth tak sekuat orang yang menahannya.
"Berani-beraninya kau memukul wajah ku! Kau pikir orang sepertimu pantas mengangkat tangan kepada ku!!" Pekik pria itu, tangannya ia angkat lalu menampar wajah fourth dengan keras hingga berdengung meninggalkan bekas kemerahan di wajah putihnya
Fourth menggigit bibirnya, rasa sakit mejalar keseluruh wajahnya, ia mencoba menahan air matanya agar tidak keluar. Kepalanya semakin pusing oleh tamparan keras yang ia terima
Pria itu menarik kerah baju fourth "kau homo bukan? Oke, kita lihat seberapa baik tubuhmu" dia membuka paksa kancing kemeja fourth satu-persatu.
Alarm panik di kepala fourth berbunyi, rasa takut dan panik bercampur jadi satu. Niatnya untuk membela dirinya malah berakhir buruk seperti ini, kejadian seperti ini membuatnya merasa deja vu, tubuhnya membeku, tanpa sadar air matanya telah terjatuh.
"Sial, lekuk tubuhnya lumayan ternyata" pria itu mengumpat, tak menyangka pria dihadapannya ini mempunyai tubuh yang ramping dengan lekuk tubuh yang sempurna. Sebenarnya pria itu hanya ingin menggertak pria mungil itu agar takut dan tak berani lagi padanya, namun semua niat awalnya buyar hanya karena melihat tubuh indah fourth, terbesit pikiran kotor di dalam benaknya
"Apa yang kalian lakukan?"
Suara seseorang dari balik pintu menghentikan aktivitas kotor yang mereka lakukan, mereka sontak kaget dan berjalan mundur saat melihat orang tersebut
Melihat sorot mata tajam dari sosok itu membuat ketiga pria tadi menjadi takut dan berlari keluar dari dalam toilet tersebut
Pria itu berjalan mendekati fourth yang termenung dengan air matanya yang tak berhenti keluar, mulutnya terbuka namun ia tak berkata sepatah kata pun, sorot mata fourth begitu gelap seperti menyiratkan kesedihan dan kemarahan, tubuhnya kotor dengan pakaian yang terbuka dan rambut yang berantakan. Pria itu berjongkok ke hadapan fourth
"Fourth kau baik-baik saja?"
Fourth melirik pria yang memanggil namanya itu, air matanya semakin deras, spontan memeluk orang dihadapannya dan menangis dengan kencang.
"Gem ... Aku ... Huahh ... Aku takut gem" tangis fourth pecah, ia tak ingat bahwa pria di hadapannya ini punya perasaan tak nyaman padanya
Gemini tersentak kaget melihat fourth yang merengkuhnya sangat erat. Sejak kapan pria di hadapannya ini menjadi akrab dengannya? mendengar tangis fourth yang semakin kencang ia jadi tak tega untuk melepas pelukan mereka, ia menunggu fourth menenangkan diri terlebih dahulu
Isak tangis fourth perlahan berhenti, ahh... Ia baru ingat gemini yang ia peluk adalah orang yang menaruh rasa kesal pada dirinya, buru-buru ia melepas pelukannya dan mengusap air matanya
"Maaf aku-"
Gemini merapikan kemeja fourth, mengancingi kembali pakaiannya dan merapikan surai rambutnya yang berantakan. Fourth jadi terdiam melihat perilaku yang dilakukan gemini
"Ayo naik"
Gemini membelakangi fourth dan memberi isyarat padanya untuk naik ke atas punggungnya. "Aku akan mengantarmu pulang"
"Prim menung-"
"Dia sudah pulang. Aku menyuruhnya pulang lebih dulu"
Fourth semakin bingung dengan gemini, apa ini benar-benar gemini yang setiap hari selalu berdecak kesal kearahnya? Mungkin pria ini kasihan dengan kejadian yang menimpa dirinya, tak ingin ambil pusing ia segera naik ke punggung gemini
Gemini berdiri saat merasa fourth telah naik ke punggungnya, selama perjalanan mereka ke parkiran mereka tak berbicara satu sama lain. Bahkan saat di dalam mobil tidak ada satu orang dari mereka mencoba untuk memulai percakapan, rasa canggung memenuhi atmosfer hanya ada keheningan.
Maaf kalau aku sering kelamaan updatenya ya. Nunggu mood dulu
Buat kalian yang masih mau baca makasih banget yaaa🤍🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Homophobic lover
RomanceSeorang pelayan pria yang bekerja untuk gadis kaya raya memiliki rumor, dikatakan bahwa pria tersebut adalah seorang yang berpura-pura homoseksual agar dapat mendekati nona muda sang pewaris tunggal. Sang kekasih nona tersebut tak tinggal diam mende...