empat

229 13 1
                                    

Alvie tiba tiba teringat ibadah, tapi menghela nafas lega karna tadi sudah sholat. Selalu aja seperti ini terpuruk sampai lupa segalanya.

Tok tok

Alvie berkeringat dingin, Alvie berlari pergi kekamar mandi mencari perlindungan lalu mengunci. Dadanya naik turun takut, badannya gemetar.

"Alvie sayang, ini om dek" panggil seseorang dengan suara berat. Suara seorang laki laki yang sudah berumur.

"Alviee"

Alvie yang berada dikamar mandi mulai membuka pintu dengan gemetar. Alvie kenal tapi bayangan menyakitkan itu ada. Bagaimana jika mereka pura pura dan jahat?!

"Alviee, kamu tidur? Buka dong om pegel nih" ucap seseorang.

Ceklek

Om Rehan yang melihat Alvie memejamkan mata mulai panik. Om Rehan memeluk Alvie membuat badan Alvie gemetar hebat.

Om Rehan masuk kedalam kamar dengan Alvie dipelukannya. Alvie mulai terisak hebat, ketakutannya benar benar menyiksanya.

"Alvie tenang ya, ini om. Om ga jahat" Om Rehan memeluk Alvie membawa kepangkuannya. Alvie memeluk Om Rehan erat dengan tangis pecah.

"Om takut hiks, mau kakak hiks" isak Alvie.

"Nanti malam kakak pulang. Alvie sama Om dulu ya?" Ucap Om Rehan mengusap rambutnya. Om Rehan menenangkan Alvie yang ketakutan, hatinya sakit melihatnya.

Om Rehan mengangkat Alvie kegendongannya lalu pergi kekamar mandi. Setelah selesai Alvie dibawa om Rehan kebawah.

"HUAAAAA GAMAUUUU....KAMAR OM, DISINI BANYAK YANG JAHAT. GAMAU, ALVIE TAKUT" teriak histeris Alvie memberontak.

"Pa? Eh Alvie sayang kenapa nangis hm, Vie sama kakak yu sini," ucap Karina pada Alvie. Karina tau ini pasti terjadi tapi mau bagaimana lagi.

Memilih adiknya ketakutan dan lama lama merasakan yang namanya kenyamanan. Atau, adiknya celaka bahkan sampai merengang nyawa.

Alvie saat ini bingung, ia sayang kangen dan nyaman sama Om Rehan. Dilain sisi rasa aman ada pada Karina, teman kakaknya.

Karina merentangkan tangan, Alvie meminta diturunkan lalu memeluk Karina erat. Karina tersenyum membawa Alvie kedekapannya.

Cup

"Takut. Mau pulang, mau kakak" racau Alvie mulai menangis lagi. Karina menenangkan bocah ini yang masih menangis.

Karina berjalan dengan Alvie berjalan sambil memeluk Karina. Om Rehan mengikuti dari belakang, berjaga jika Alvie kenapa napa.

Sesampainya diruang keluarga Karina duduk disofa dengan Alvie dipelukannya. Alvie membenamkan wajahnya, bahkan badannya gemetar.

"Vie gausah takut, mereka ga jahat dek" setelah mengucap, Karina mencium adik temannya. Karina cukup gemas tapi juga kasian.

Karina membawa wajah itu dihadapannya, dapat ia lihat bibirnya berdarah. Karina mengambil tisu diatas meja membersihkan luka dibibir mungilnya.

"Vie~ jangan kayak gini, kakak tau nanti marah loh" ucap Karina menjadi perhatian semuanya. Om Rehan mengambil obat merah.

"Sini mama aja". Oma mendekat membuat Alvie takut, Alvie memukul Karina yang menahan tubuhnya. 'Tolongggg , kakakkkk Vie gamau disiksa'

"Hey hey jangan kayak gitu. Lihat mata nenek, masa tidak lihat sih kalo nenek sayang sama kamu hm" ucap Nenek dengan pandangan sedih.

Alvie menatap mata wanita tua itu. Alvie memegang pipi wanita itu, pandangan kasih sayang seperti orang tuanya. Alvie rindu mereka.

Depressed BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang