enam

189 9 5
                                    

Arkan mengecup adiknya setelah melakukan doa. Arkan bersama adiknya sedang membaca Al-Qur'an, berharap dengan membaca ini hati adiknya tenang.

Arkan mencium sampul Al-Qur'an lalu mengecup adeknya. Alvie merasakan ketenangan lalu menangis kala mengingat mendiang orang tuanya.

"Kangen mama papa"

Arkan mengangkat adiknya kegendongannya. Arkan mengecup dahi adiknya sembari menimang pelan, adik kecilnya kanan kiri.

Arkan melepaskan peci adiknya dan sarungnya, dirinya juga melepas sarung yang ia pakai. Arkan membawa adiknya kebawah untuk menonton tv.

Sesampainya dibawah Arkan duduk menyalakan televisi dan mencari kartun. Arkan mendudukan adiknya disofa lalu ia pergi kedapur mencoba membiasakan adiknya minum dot lagi.

Alvie melengkungkan bibirnya kebawah mencari kakaknya. Rumah sepi membuatnya merasakan bayang bayang saat ia akan dibunuh dan dilecehkan.

Ia tak suka orang namun juga sepi tak suka. Keduanya ada dalam otaknya bak kaset rusak yang berputar.

Namun semua itu teralihkan dengan kartun kesukaannya. Tak tau mengapa Alvie tertawa senang melihatnya, Alvie mengambil remot mengeraskan volume televisi.

"Hihi lucu"

"Ayo serang monster jahatnya, tonjok, lempar biar hancurrr!!!" Antusias Alvie tanpa sadar. Rasa yang menyenangkan sudah lama tak ia keluarkan.

Disisi Arkan, ia baru saja selesai membuat susu dengan dot. Arkan berjalan sembari mengocok susu dalam dotnya, Arkan menegang saat mendengar suara adiknya yang 2 tahun sudah tak ia dengar.

"Al-vie"

Tak percaya!! Sudah pasti!!! Disana adiknya terlihat senang seperti umurnya yang ke 8 tahun. Alvie? Adiknya dengan senyum cerahnya?

"Vievie"

Alvie menoleh menatap kakaknya. Arkan berlari menerjang sang adik mengecup seluruh wajah adiknya, Arkan menjauhkan wajahnya membungkuk memegang kedua bahu Alvie.

"Adeknya kakak hiks"

Arkan menumpukan tubuhnya dengan lututnya memeluk sang adik, Alvie terdiam balik memeluk kakaknya. "Kakak jangan nangis, jangan sedih"

"Vie kembali. Adiknya kakak, Vievienya kakak udah kembali hm. Ini adeknya kakak, bukan yang pemurung dan tatapan kosongnya kemaren" ucap Arkan mendongak menatap Alvie dengan air mata mengalir.

Arkan berdiri mengangkat adiknya. Ia duduk dengan adiknya dipangkuannya, Arkan tak bisa menahan harunya dengan kemajuan psikis adiknya.

Arkan mengarahkan ujung dot kemulut adiknya. Alvie menatap dot dihadapan kakaknya, Otaknya berputar beberapa kejadian moment dengan kakak dan orang tuanya.

"Kakak dot adek mana"

"Mama adek abis num dot sama kakak ditaman. Kita main seluncur yeiyyy"

"Kakak ayo kesana"

"Eh adek kok pake dot gamau diliat orang"

"Engga adek engga malu"

"Sayangnya papa ko masih ngedot" papa mengecup wajah alvie yang berbaring nyaman disamping istrinya.

"Udah mas"

Arkan menatap adiknya yang kembali dengan tatapan kosong, tidak!! Ia tidak rela. Adiknya baru saja menunjukkan kemajuan pesat, ia tidak mau kehilangan kemajuan itu.

"Adekkk"

"Dek!"

Alvie tersentak ingin menangis tapi tak jadi karna dot dimulutnya. Alvie bergetar dipangkuannya membuatnya menggoyangkan pahanya pelan.

Depressed BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang