1. War

1.2K 126 16
                                    

Mayat dan darah. Dua kata yang mendominasi tempat ini. Kaki kecil dari lelaki manis berusia 7 tahun itu melangkah. Menyusuri banguna bangunan yang kemarin ia lihat masih bagus dan kokoh namun sekarang hancur. Bahkan beberapa ada yang terbakar.

Kepalanya tertoleh ke kanan dan kiri. Melihat banyaknya mayat dari anggota packnya tergeletak begitu saja. Matanya berkaca kaca, tubuhnya bergetar takut.

"Ibu..." Panggilnya lirih. Berharap sang ibu datang lalu memeluknya seperti biasanya.

Jisung benar benar tidak tahu apa yang terjadi. Tadi ia tengah asik bermain main di kastilnya. Namun tiba tiba ibunya datang dengan raut paniknya. Menyuruh dirinya untuk berdiam diri dikamar dan jangan kemana mana sebelum dia datang. Namun berjam jam dia menunggu, bahkan sampai hari hampir menjelang malam ibunya tak kunjung datang.

Jisung yang merasa bingung dan penasaran akhirnya memilih keluar kamar. Kastil yang biasanya ramai oleh keluarganya kini terasa sepi. Ia terus melangkah, hingga sampai keluar kastil dan mendapati keadaan tempat tinggal anggota packnya sudah hancur dan berantakan.

Bangunan bangunan yang beberapa saat lalu berdiri kokoh kini tampak ada yang rusak bahkan terbakar.

"Ibu, apa yang terjadi? Jie takut..." Jisung bergumam lirih. Kaki kecilnya terus melangkah, dengan kepala yang terus mengamati sekitarnya. Berharap ada seseorang yang mau menolongnya.

Dug!

Langkah Jisung terhenti ketika menabrak seseorang. Ia mendongak, menatap dua orang pria yang tidak ia kenali dan sepertinya bukan berasal dari packnya.

"Siapa dia?" Tanya salah satu pria itu pada temannya.

"Sepertinya dia anak dari Jihoon dan Sejeong." Jawab pria yang satu lagi.

"Apa harus kita bunuh dia juga?"

"Apa maksud kalian? Dan siapa kalian? Sedang apa kalian disini? Dimana ibu, ayah, kakek dan nenek Jie? Kenapa semua orang meninggal? Kenapa bangunan bangunan disini hancur?" Jisung langsung mengeluarkan semua pertanyaan yang ada diotaknya.

"Kau cerewet sekali bocah. Kau tidak perlu tau kami siapa, kau hanya perlu tau bahwa seluruh anggota pack mu mulai sekarang sudah menjadi anggota pack kami. Dan keluarga mu? Mereka semua sudah mati."

Mata Jisung berkaca kaca, bibirnya bergetar menahan tangisnya. Kepalanya menggeleng tak percaya.

"Kalian jahat!!" Jisung mendorong salah satu pria yang menghalangi jalannya lalu langsung berlari menjauh.

Pandangannya yang memburam karena air mata yang menggenang di pelupuk matanya membuat Jisung tidak bisa melihat jalan dengan jelas hingga berakhir tersandung.

Jisung memegang lututnya yang berdarah, ia menatap hal yang membuatnya tersandung. Tubuhnya seketika bergetar, matanya menatap tak percaya apa yang ada dihadapannya. Itu sebuah mayat, dan itu, mayat ibunya.

"Ibu..."

Jisung merangkak mendekati mayat sang ibu yang tergeletak dengan luka lebar didadanya yang masih mengalirkan darah segar. Ia mengangkat kepala sang ibu keatas pahanya, menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantik ibunya dengan air mata yang perlahan mengalir.

"Ibu..." Panggilnya lagi. Berharap sang ibu menjawabnya dengan lembut seperti biasanya. Tangan kecil Jisung menepuk nepuk pipi ibunya pelan.

"Ibu, buka mata mu, apa yang terjadi? Jie takut, ayo buka mata mu ibu." Air mata semakin mengalir deras, Jisung masih terus menepuk nepuk pipi sang ibu. Meski itu sia sia.

Karena Jisung dapat merasakan pipi yang biasanya hangat itu terasa dingin ditangannya. Tidak ada hembusan nafas yang keluar dari hidung sang ibu. Pun dengan nadinya yang sudah tidak berdenyut.

My Fated Pair Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang