Sudah hari senin lagi, nampak nya waktu seakan berlalu begitu cepat ketika berlibur, waktu seakan tak mendukung nya untuk rehat dan beristirahat sebentar,kini ia harus kembali lagi pada kenyataan.
Hujan nya masih turun bersama dengan kabut yang sepertinya sudah menyelimuti sebagian dari kota Bandung. Hujan nya tak terlalu lebat yang membuat ku masih bisa beraktivitas diluar sana.
Aku suka hujan. Aku punya kenangan dengan hujan, aku punya kenangan indah di malam hari saat kota Bandung seperti sedang menghembuskan angin yang kencang dan menurunkan hujan yang lebat. Mungkin malam itu adalah malam yang tak akan pernah ku lupakan, saat kota Bandung di selimuti dingin namun aku hangat memakai jaketnya. Itu alasan yang cukup sederhana yang membuat diriku sampai detik ini masih menyukai hujan dan kamu.
Aku menghela nafas dan mengambil totebag hitam yang berada di atas kasur,berjalan perlahan ke arah pintu dan keluar dari kamar yang indah itu. Aku turun dari tangga dan mendapati rumah yang hangat dan begitu sepi ini.
Rumah yang ku tinggali sejak kecil. yang tadinya ramai sampai harus sepi karna semua penghuni rumah sudah mempunyai rumah barunya masing masing, jujur. rumah nya sudah agak rusak dan rumah ini juga jauh dari perkotaan yang membuatku diriku kesusahan untuk bepergian ke mana pun karna Aku harus menaiki beca untuk sampai di jalan raya, aku bukan tak suka dengan rumah nya tapi rumah ini menyulitkan diriku sendiri. itu mengapa aku memilih untuk menjual nya dan membeli rumah baru yang letak nya dekat dengan daerah perkotaan.
Ku lihat sekeliling sudut dari setiap rumah ini... Tak pernah ada yang berbeda. Semua tata letak nya masih sama, cat yang tak pernah ku ganti sejak kepergian kedua orang tuaku, dan bingkai foto yang masih tepajang jelas di tempat nya masing masing. Setiap sudut nya tak pernah ada yang ku ubah karna jika aku rindu mereka aku hanya akan berkeliling di rumah ku sendiri.
Namun kini, rumah itu harus di tutupi dengan kain berwarna putih, sofa yang tadinya di pakai untuk menonton TV harus ku tutupi dengan kain dan setiap bingkai fotonya harus ku lepas dan ku simpan ke sebuah kotak yang nanti nya akan ku bawa ke rumah baru ku.
Aku akan merindukan rumah yang sejak kecil ku tinggali sampai kini aku dewasa, berat rasanya jika harus meninggalkan rumah ini namun ini juga demi kebaikan ku sendiri.
Setelah puas menatap semua sudut rumah, aku pun memutuskan untuk pergi, aku pergi karna ingin melihat rumah baru yang akan ku tinggali.
Seperti yang sudah ku katakan tadi, aku harus menaiki beca agar sampai di jalan raya.
"Pak hayu jalan," Ucapku ke bapak pemilik beca langganan ku."hayu neng berangkat."
Jalanan nya becek ketika hujan aku pun harus sedikit melindungi beberapa barangku agar tak terkena cipratan air nya.
Sudah 20 menit sejak aku tadi berangkat dari rumah ku kini aku sampai, aku langsung turun dan membuka payung yang tadi kubawa dari rumah lalu segera mengeluarkan uang dan memberikannya ke bapa tadi.
"Ini pak." Ucap ku sambil menyodorkan uang nya.
"Aduh neng kajeun weh sekarang mah gratis lagian neng juga ini terakhir kalinya naik beca kan nya? Neng bentar lagi pindah bapa jadi sedih eyyy hilang langganan bapak," Ucap bapak itu dengan nada agak begitu sedih
Aku tersenyum kepada bapak itu namun jika tak kubayar tega rasanya karna hidup bapak itu hanya mengandalkan dari penghasilan becanya.
"Yah bapa gaboleh gitu atuh kan biru pelanggan, kalo pelanggan harus bayar ini di Terima pak cepat uang nya" Paksa ku. Mungkin jika aku tidak memaksa bapak itu uang nya tidak akan ia terima. Setelah mengatakan hal itu aku bergegas lari agar bapak itu tak mengejar ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Dan Semestanya
Romancebiru mencoba mengendalikan perasaannya, dengan mulai menyibukkan dirinya dan tidak memikirkan lelaki yang selalu menjadi bayang bayang nya. namun takdir berkata lain dan biru di pertemukan kembali dengan lelaki yang selalu menyiksa pikiran nya. apa...