Aku mengeluarkan sepedah ku dari garasi rumah. Stelan yang sederhana, piyama ungu dan rambut yang ku ikat satu.
Pagi ini perut ku sudah tidak bisa di kondisi kan, tidak ada makanan di rumah karna aku masih sibuk untuk membereskan beberapa barang di rumah jadi tidak ada waktu untuk memasak.
Aku memutuskan untuk membeli bubur yang berada di depan Perumahan, seingatku ada banyak sekali orang yang berjualan di sana dan aku juga pernah melihat gerobak bubur.
Aku menyusuri jalanan yang masih sepi, suara burung berkicau dan hembusan angin pagi yang membuatku tersenyum. Karna, sudah lama aku tidak menikmati pagi yang indah seperti ini.
Aku masuk ke salah satu jalan yang di kiri kanan nya di kelilingi oleh sawah yang luas dan juga beberapa burung burung yang berterbangan tanpa arah dan tujuan. Perumahan ku memang dekat dengan sawah jadi tak aneh jika ada salah satu jalan yang di kelilingi oleh sawah.
Kayanya seru deh kalo jadi burung, bisa terbang kemana aja tanpa mikirin beban yang banyak. Batin ku.
Kalo kalian berfikir aku aneh.....
Ya memang aneh sih. Namun, inilah biru, seorang perempuan yang sangat aneh.Sudah 20 menit sejak aku bersepeda dan aku sudah menemukan gerobak bubur yang akan ku beli bubur nya.
"Pak, bubur nya satu, jangan pakai bawang goreng ya pa,"
"Enya keudap nya neng."
Aku berdiri di sebelah gerobak buburnya sambil menunggu bubur ku jadi. Aku melihat sekeliling dan rasanya perumahan ini sangat indah di kelilingi oleh orang orang yang baik.
"Neng, kayanya amang baru liat neng deh, anyar nya?,"
"Enya mang, baru pindah beberapa hari yang lalu."
Sepertinya pemilik bubur ini sudah lama disini karna dia saja teliti jika ada pelanggan yang baru.
"Mang, biasa nya,"
"Enya siap."
Tiba tiba ada suara laki laki yang tentunya sangat familiar di telinga ku, dan wangi parfume yang sangat aku kenali dan aku yakin itu dia.
Namun, aku tak terlalu menghiraukan sampai pada akhirnya......"Bir??."
Iya, sudah ku duga itu dia. Tapi aku tak pernah menduga bahwa dia akan menyapa ku dengan suara nya yang sangat lembut itu.
Aku melihat wajah nya dan lagi lagi dia melemparkan senyuman manis nya dengan tatapan mata yang sangat hangat.
"Ga nyangka bakal ketemu disini ya bir,"
"I-iya hehe." Timbalku.
"Bir lu ga lupa kan sama gua?."
Mengapa dia melemparkan pertanyaan seperti itu?, Dan bagaimana diriku bisa lupa dengan mu? Jika setiap kenangan yang selalu kau buat sangat melekat bahkan tak pernah bisa ku lupa kan sampai detik ini.
"Raka dwi andika. Kalo lu lupa nama gua" Tegasnya.
"Gua ga lupa kok." Timbalku.
Setelah aku menimbal ucapanya dia tersenyum dan masih melihat diriku.
Mengapa harus terseyum? Mengapa dirimu harus berkali kali melemparkan senyuman yang sama itu? Bukan karna aku membenci mu tapi aku takut jika terus melihat senyuman mu, aku akan kembali pada saat dimana aku tak bisa melupakan mu lagi, lalu selama ini bagaimana waktu yang kuhabiskan untuk melupakan mu? Apakah semua waktu itu akan sia sia?.wangi parfume nya tak berubah masih sama seperti dulu, wangi parfume yang aku saja tidak bisa melupakan nya.
"Bir, masi alergi sama bawang goreng?." Satu obrolan yang mebuyarkan lamunan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Dan Semestanya
Romancebiru mencoba mengendalikan perasaannya, dengan mulai menyibukkan dirinya dan tidak memikirkan lelaki yang selalu menjadi bayang bayang nya. namun takdir berkata lain dan biru di pertemukan kembali dengan lelaki yang selalu menyiksa pikiran nya. apa...