18

3.7K 270 105
                                    

"Istirahat yang teratur Anjani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Istirahat yang teratur Anjani. Pengidap anemia seperti kamu ini tidak bisa kelelahan. Jangan kamu sepelekan terus kondisi kamu ini, itu bisa berdampak bahaya ke kamu. Bahkan beberapa Minggu ini saja kamu sudah sering mimisan kan?"

Di ruang tertutup dengan nuansa putih polos itu menjadi titik pertemuan Anjani dan dokter spesialisnya––dokter Silvi, yang selama ini menangani dirinya.

"Orang tua kamu harus tau keadaan kamu, Anjani. Biar mereka tidak terlalu menekankan kamu untuk terus belajar tanpa ingat waktu, seperti yang kamu katakan tadi." Dokter Silvi menyerahkan beberapa obat juga vitamin kepada Anjani.

"Dokter tau sendiri kan, gimana renggangnya hubungan aku sama Papa. Biar beribu kali aku jelasin kondisi aku ke Papa, kayanya Papa juga gak akan peduli. Yang dipikirkan Papa itu, gimana caranya biar aku bisa dibanggakan Papa."

Kini tatapan sayu itu kentara adanya. Dokter Silvi sejenak terdiam. Sedikit wanita itu tahu latar belakang pasiennya yang satu ini. Karena itulah ia memaklumi mengapa setiap Anjani menemuinya, tak ada satu orang pun yang menemani gadis itu.

"Gak ada orang tua yang gak peduli sama anaknya. Sekalipun dia terlihat cuek di mata kita. Percaya sama saya, pasti di lubuk hati setiap orang tua, selalu ada tersirat rasa khawatir untuk anaknya. Juga rasa sayang untuk anaknya."

Ada jeda ketika wanita itu berbicara, ia memilih mengusap lembut punggung tangan Anjani, sebelum kembali lagi berkata, "Saya doakan, semoga hubungan kamu sama Papa kamu cepat membaik. Saya juga menunggu momen dimana Anjani ditemani orang tuanya cek kesehatan."

Anjani menarik senyum tipis. Entah mengapa, berbicara dengan dokter Silvi membuat hatinya sedikit lega. Wanita itu lebih mengerti keadaannya, dibandingkan Mamanya sendiri di rumah.

"Makasih ya, dok, untuk semua nasehat-nasehatnya. Dan maaf juga, setiap aku ke sini, pasti dokter selalu dengerin curhatan aku..."

Dokter Silvi menggeleng pelan. "Gak masalah. Kalau kamu mau curhat lagi, saya siap dengerin."

Anjani ikut menggeleng, sembari terkekeh pelan. "Gak dok, aku mau pulang aja."

"Oke. Hati-hati dijalan ya, Anjani. Jangan lupa minum obatnya tiga kali sehari."

"Siap dok!"

Anjani bangkit berdiri. Lalu meninggalkan tempat tersebut dengan suasana hati yang cukup membaik. Langkahnya menyelusuri koridor rumah sakit yang cukup ramai. Ketika ingin melangkah memasuki lift, ia mendadak berhenti, melihat seorang wanita setengah baya yang kesusahan mendorong kursi rodanya. Jiwa empatinya memberontak, lantas tanpa banyak berpikir ia menghampiri.

"Tante, biar aku bantu ya?"

Wanita itu sempat menarik senyum hangat sebelum berkata, "Aduh gak usah, ngerepotin kamu. Ruangan Tante juga gak jauh lagi kok ini."

Anjani tetap bersikeras untuk membantu, dengan langsung memposisikan dirinya di belakang kursi roda itu untuk mendorongnya pelan. "Gak ngerepotin kok Tante. Ini ruangan Tante dimana?"

EVANDER || BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang