Jeonghan meregangkan kedua tangannya ke atas. Meskipun hari ini ia sudah selesai mengajar di kelas sebagai kelas terakhir sebelum pekan olahraga, Jeonghan tidak bisa langsung pulang ke rumah dan merebahkan badannya di atas kasur lalu tidur semalaman. Ia menghela nafas sambil menatap ke arah lapangan sepakbola yang sedang digunakan untuk mengeringkan lukisan tadi pagi.
Namun, entah kenapa sekarang perasaannya cukup tenang. Angin berhembus dengan damai dari jendela, cuaca cerah dan sinar matahari yang hangat, semua ini jadi membuat Jeonghan semakin ingin pulang ke rumah untuk makan siang dengan keluarganya. Menikmati nasi pulen hangat dan tumis sayuran kesukaannya, sambil bercerita tentang kegiatan di sekolah setelah ekstrakurikuler.
Ia rindu dengan suasana kehidupannya sebelum menjadi guru. Namun apa daya, kehidupan ini juga sebelumnya hanya angan-angan Jeonghan yang akhirnya terwujud setelah lulus kuliah. Walau terlalu berat menjadi seorang guru SMP yang masih lajang, setidaknya Jeonghan menyukai semua pekerjaannya disini.
"Aku sudah memanggilmu daritadi loh."
Jeonghan menengok ke arah suara. Si guru sejarah dunia berkacak pinggang sambil memegang tas kertas hitam yang lumayan besar. Wajahnya terlihat masam, terbukti kalau Jeonghan tidak mendengar panggilan darinya dari awal. Jeonghan hanya bisa tersenyum.
"Oh- Hyungwon."
"Seseorang menitipkan ini untukmu di pos satpam dan menyuruh aku untuk membawanya. Aku tidak tahu dari siapa, tapi ini terasa lumayan berat."
Beberapa kotak makan mencuat dari luar tas tersebut. Ukurannya tidak semua sama, tetapi terlihat benar-benar berat. Isi kotaknya juga penuh, dan batin Jeonghan seketika memunculkan nama seseorang yang kemungkinan pelaku dari pengiriman ini. Ia mengambil tas tersebut dan menaruhnya di atas meja.
"Terima kasih, Won. Duduk saja dulu di sebelahku." ucap Jeonghan sambil menarik plastik tersebut ke arahnya.
Tiba-tiba saja wangi minyak wijen dan tumisan sayuran masuk ke dalam hidungnya tanpa permisi, membuat Jeonghan semakin merasa kelaparan. Rasanya seperti ia belum makan sejak lima tahun yang lalu. Semua ini terlalu bagus untuk terjadi, rasa laparnya perlahan hilang.
"Mungkin tidak hari ini." Hyungwon bergegas menuju kubik mejanya dan membawa dua buku tebal, "aku ada kelas sekalian mengabari tentang pekan olahraga minggu depan, jadi duluan saja."
"Mau aku sisakan? Ini ada banyak." ucap Jeonghan seraya mengambil kotak makan satu per satu. Semuanya masih terasa hangat. Lucunya, tiga kotak tersebut berwarna biru, kuning, dan hijau.
Gemas.
"Kalau kau mau sih, tapi boleh-boleh saja!" teriaknya sambil berjalan keluar ruang guru.
Kembali fokus ke kantong plastik tersebut, kedua mata Jeonghan berubah menjadi berbinar-binar saat ia melihat makanan yang tersaji di kotak makan tersebut. Meskipun hanya ada tiga kotak makan, tetapi masing-masing penuh dengan makanan hingga susah untuk ditutup.
Satu kotak besar berisi nasi dan taburan wijen panggang, satu kotak kecil berisi tumis kacang panjang, tahu, dan sawi, dan kotak terakhir berisi ayam char siu. Jeonghan hanya bisa melongo melihat kotak-kotak tersebut dibuka, dan perutnya semakin kewalahan membuat suara yang bisa didengar. Semua makanan ini terlalu tinggi dan jauh dari apa yang ia ekspektasikan.
"Woah."
"Jihoon." Jeonghan meraba-raba sendok dan sumpit dalam tas, "kamu lihat semua ini?"
"Aku bisa lihat semua makanan enak ini dengan mataku sendiri, terima kasih." Tangan Jihoon menarik kursi kosong di samping Jeonghan, lalu duduk sambil menatap ke makanan tersebut. "Dan aku mau mencobanya. Kapan kamu membuat makan siangmu ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
call me when you're bored | gyuhan
RomanceMingyu dan Jeonghan tidak kenal dengan satu sama lain. Keduanya bertemu karena orang tua mereka sepakat untuk menjodohkan mereka secara tiba-tiba, membuat Mingyu dan Jeonghan harus bisa akrab dalam kurun waktu dua minggu sebelum pernikahan. Maka kar...