2. Ponsel

22 4 1
                                    

Suara gemerincing kunci terdengar kacau. Kanya baru saja sampai depan pintu kosannya dengan tangan gemetar sehingga sulit untuk memasukkan kunci.

Kanya melihat kondisi sekitar dahulu sebelum akhirnya masuk dan mengunci kembali pintu tersebut.

Akhirnya Kanya dapat merebahkan diri di kasur ternyamannya.

"Ayah bajingan!"

Kanya memalingkan netranya ke tembok di dekat lemarinya. Terpampang fotonya bersama sang Ibu yang telah meninggalkannya sejak ia masih SMP.

Foto itu nampak sedikit lecek karena dahulu selalu ia bawa. Pun dengan bekas sobekan di sebelah kanan, tempat Ayahnya berdiri. Ia sangat muak dengan ayahnya sampai fotonya pun ia buang.

Pasalnya, ayah Kanya meninggalkannya sendiri di rumah yang saat ini ditahan bank pada saat ia kelas dua belas SMA. Alhasil ia pergi dan hidup lontang-lantung di tengah kota.

Ayahnya pecandu miras. Penjudi.

Lebih tepatnya penjudi bodoh yang meminjam uang kesana kemari tanpa hasil.

Salah satunya kepada Bara.

Kanya sudah beberapa kali melihat ayahnya cekcok dengan Bara dan kakaknya, David, karena hutang ayahnya yang enggan dibayarkan.

Salah satu alasan hidupnya tidak tenang selama ini karena ia ditinggalkan ayahnya kabur dengan hutang yang hampir seharga mobil itu.

Kanya menghela napas berat.

"Ibu.. Kanya kangen ibu.. Ibu lihat kan ayah jahat banget? Kanya takut bu... Kanya pengen nyerah tapi kalo Kanya nyerah sekarang, Kanya ngga bisa ketemu ibu kan..?"

Isakan demi isakan terdengar pilu menemani kesepian Kanya.

Hingga ia hampir tertidur.

Sebelum akhirnya mengingat satu hal penting.

Ia belum mencatat hasil curiannya tadi.

"Wah, lumayan juga padahal satu dompet doang.." Kanya merogoh laci penyimpanannya dan menggabungkan uang tadi.

"Satu juta empat ratus delapan puluh li-"

Namun, sayang, ketika ia merogoh handphonenya untuk mencatat nominal tadi...

Ponsel tersebut sudah tidak ada pada kantong celananya.

Ia baru menyadari satu hal.

Bahwasannya tadi ada satu antek-antek Janu yang berdiri sangat dekat dengannya.

"Hah..." Keluhnya lemas. "Udah pasti ada di mereka..... Mati gue......"

Kepalanya seketika berputar.

Jika ponsel tersebut tidak berisi data penting miliknya pasti sudah ia biarkan saat ini.

Fakta yang lebih mengerikan adalah, ponselnya bisa jadi jatuh di tangan Bara.

"Bangsat!!!!! Hidup kenapa ngajakin bercanda mulu sih!!!" Teriak Kanya sembari mengusak kasar rambutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kr!minal [ft. Park Hanbin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang